Skip to main content

Punya kemauan, ikuti jejak Adrie Subono


Sorot matanya masih terlihat lelah. Namun senyum hangat masih mengembang di wajah Adrie Subono siang itu. Malam sebelumnya, ayah tiga anak sukses menggelar konser musik Jakarta Jam 2011 selama dua hari berturut-turut.

Kali ini Adrie memboyong Never Shout Never, We the Kings, I See Stars, The Starting Line, dan New Found Glory menghibur publik ibukota.

Band-band yang besar di situs MySpace ini ternyata memiliki penggemar yang menikmati setiap hentakan musik yang ditampilkan. Sesuai dengan namanya, Jakarta Jam, pergelaran musik ini menggabungkan penampilan band-band lintas aliran musik, seperti power pop, punk, pop akustik, hard core, dan rock. Sebelumnya, Java Musikindo mendatangkan Deftones dan berikutnya, giliran Stone Temple Pilots menggelar konser awal Maret ini.

Penampilan band-band yang sebagian besar bergerak secara independen ini mengesankan Java Musikindo mengkhususkan diri pada konser musik rock. Namun, Adrie menepis anggapan ini. Menurut dia, genre musik bukanlah suatu pertimbangan utama ketika Java Musikindo memutuskan untuk menggelar konser.

“Saya mau artis yang bisa dijual dan memiliki pasar. Jika artisnya sudah sangat terkenal dan saya harus jual tiket dengan harga puluhan juta, saya justru tidak tega menjual tiket mahal-mahal. Saya tidak mengkhususkan diri untuk aliran musik tertentu melainkan beraneka genre, yang penting produk [artis] bisa dijual,” jelas Adrie.

Hingga kini ada satu musisi dan grup musik internasional yang tak kunjung berhasil Adrie yakinkan untuk mengadakan konser di Indonesia, yaitu Eric Clapton dan Radiohead.

Adrie yakin mereka belum sempat singgah ke Tanah Air karena keterbatasan jadwal konser, bukan disebabkan oleh situasi Indonesia yang tidak kondusif.

Penyuka warna hitam ini menuturkan citra Indonesia kian membaik di luar negeri. Isu teror bom sudah tidak jadi perbincangan utama. Jika dulu musisi asal Amerika Serikat acap kali menanyakan lokasi kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, kini sudah tidak ada lagi yang bersikap demikian.

Tetapi, dia belum berani membuat pergelaran musik blues, genre musik kesukaannya. Adrie pesimis akan keberadaan pasar pecinta musik blues di Indonesia. Secinta apa pun dia dengan blues, jika dirasa tidak menjual, dia belum mempunyai nyali untuk mewujudkan konser blues.

Kesuksesan Adrie bergelut di bidang promotor kerap dibagikan kepada orang lain. Adrie sering diundang untuk berbicara di berbagai kampus tentang bisnis promotor.

Bahkan suatu hari, seorang dosen berkomentar bahwa metode pemasaran yang dilakukan Adrie tidak sesuai secara akademik tetapi justru mendatangkan keuntungan lebih besar.

“Meskipun ada orang yang heran mengapa saya mau buka kartu soal bisnis, saya menganggap berbagi ilmu itu sebagai ibadah,” jelas Adrie.

Selain berbagi pengalaman di kampus-kampus, Adrie turut menuangkan kisahnya melalui buku berjudul WOW!! yang ditulis Carry Nadeak pada 2003. Buku ini mengisahkan seluk-beluk Adrie menjalankan bisnis pertunjukan sejak 1994.

Sudah hampir delapan tahun berlalu sejak WOW!! dirilis. Adrie belum berniat untuk menelurkan buku lagi. Usut punya usut, dia mengaku belum mempunyai waktu senggang untuk memikirkan buku selanjutnya.

Adrie juga pernah memainkan peran sebagai produser musik. Ussy Sulistiawaty dan grup band Domino adalah musisi lokal yang pernah diproduseri Adrie. Bahkan Domino diajak sebagai band pembuka konser Placebo pada 2010 lalu.

“Selama berbisnis konser, saya biasa mengobrol dengan banyak artis tentang kesuksesan dan proses produksi mereka. Apa yang saya dapatkan itu adalah ilmu dan sayang jika tidak disebarkan. Saya bagikan ilmu itu kepada artis yang diproduseri sendiri, bukan artis yang sudah jadi,” kata Adrie.

Namun pria yang gemar bertopi ini belum berniat menekuni bisnis selain bisnis konser. Dia terlanjut jatuh cinta pada bisnis pertunjukan dan enggan pindah ke bidang lain.

“Saat ini saya hanya bisa fokus untuk satu bidang, yakni penyelenggaraan konser. Belum bisa menekuni bidang lain seperti manajemen artis secara total. Saya menganut paham jadilah ahli di bidangnya,” jelas Adrie.

Kini Java Muskindo tidak berjalan sendirian di bisnis promotor konser. Banyak promotor baru bermunculan dan menambah daftar panjang variasi penyelenggaraan konser musik di Indonesia.

Adrie mengaku justru senang dengan banyaknya promotor konser akhir-akhir ini. keberadaan promotor semakin dibutuhkan karena banyaknya jumlah artis yang bisa didatangkan ke Tanah Air. Tetapi, Adrie berharap mereka mengetahui apa yang harus dilakukan selain berjualan tiket.

“Bukan hanya sekadar punya duit, sewa gedung, dan jual tiket. Banyak sekali yang diurus, seperti keamanan dan kenyamanan penonton,” jelas Adrie.

Adrie yang masih terlihat bugar di usia 57 tahun ini berpendapat infrastruktur di Indonesia belum sepenuhnya mendukung penyelenggaraan konser. Gedung Kesenian Jakarta dinilai cukup memenuhi syarat sebagai tempat pertunjukan musik namun kapasitasnya tidak mampu menampung ribuan orang.

“Akhirnya, gedung olahraga jadi pilihan. Jumlah gedung olahraga di Jakarta juga tidak sebanyak di luar negeri. Akibatnya, saya harus rebutan dengan pameran buku, alat rumah tangga atau pesta pernikahan jika ingin mengadakan konser. Saya sering gagal mendapatkan lokasi konser padahal jadwal dengan artis sudah cocok,” ungkap Adrie.

(please read Bisnis Indonesia Newspaper)

(redaksi@bisnis.co.id)


Biodata
Nama : Adrie Nurmianto Subono
Nama panggilan : Adrie
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Januari 1954
Nama orang tua: Subono Mantofani (alm.)
Anak ke-2 dari 5 bersaudara
Status: Kawin
Pekerjaan: Promotor musik
Nama Istri / Pekerjaan : Chrisye F. Subono / Ibu Rumah Tangga
Nama anak: Melanie Subono, Christy Subono, Adrian Subono


Jadwal konser Java Musikindo ke depan:
13 Maret 2011 : Stone Temple Pilots di Arena Terbuka PRJ - Kemayoran, Jakarta
3 April 2011 : Jimmy Eat World di Tennis Indoor Senayan, Jakarta
5 April 2011 : Bruno Mars di Istora Senayan, Jakarta
27 April 2011 : Maroon 5 di Istora Senayan, Jakarta
12 Mei 2011 : Sara Barailles di Tennis Indoor Senayan, Jakarta
14 Mei 2011 : A Rockect To The Moon, Hey Monday, The Downtown Fiction di Tennis Indoor Senayan, Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...