Seberapa tinggi kenaikan harga baja di dunia?


Produksi baja dunia di 64 negara produsen meningkat 8,8% pada Februari 2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi 117 juta metric ton.

World Steel Association menyebutkan dari total 64 negara produsen, produksi baja secara keseluruhan mencapai 117 juta metric ton pada Februari. Volume produksi tersebut relative lebih rendah jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yang sempat di level 127 juta metrik ton.

Namun, jika dibandingkan antara periode yang sama tahun lalu, tingkat produksi tersebut lebih tinggi 8,8%. Pada periode tersebut produksi baja global mencapai sekitar 107 juta metrik ton.

Produksi baja China mencapai 54,3 juta metrik ton atau naik 9,7% dibandingkan dengan Februari 2010. Kenaikan produksi juga dialami Jepang, yaitu naik 5,7% menjadi 8,9 juta metric ton, sedangkan produksi baja Korea Selatan naik 25,7% menjadi 5 juta metric ton.

Di kawasan Eropa, Jerman memproduksi 3,7 juta metric ton atau naik 7,9%, dan Italia juga naik sekitar 4,9% menjadi 2,3 juta metrik ton. Adapun, Spanyol memproduksi 1,4 juta metrik ton atau naik 6,4%.
Adapun, produksi Turki mencapai 2,5 juta metric ton atau naik fantastis 35,5% dibandingkan dengan periode yang sama 2010. Amerika Serikat memproduksi 6,6 juta metric ton dan lebih tinggi 5,6% dibandingkan dengan Februari tahun lalu.

Pertumbuhan dua digit juga dialami oleh Brasil yang memproduksi baja sebanyak 2,7 juta metric ton atau 11,4% lebih tinggi dari tahun lalu.

Adapun, utilisasi pabrik baja yang beroperasi di 64 negara produsen rata-rata mencapai 82% atau naik tipis dibandingkan dengan Januari 2011 yang hanya 80,9%. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tingkat utilisasi tersebut juga lebih tinggi 2,7%.

Sebelumnya muncul kekhawatiran pasar terkait dengan kemungkinan kenaikan harga baja dunia menyusul tingginya harga minyak dan rusaknya infrastruktur transportasi batu bara di Australia yang dikhawatirkan berpengaruh pada utilisasi industri baja internasional. Australia merupakan pemasok 2/3 kebutuhan batu bara kokas (cocking coal) yang merupakan 50% dalam proses pembuatan baja.

Wakil Ketua Iron and Steel Industry Association (IISA) Irvan Kamal Hakim sebelumnya memperkirakan akan terjadi penaikan harga baja sekitar 23% sampai dengan akhir semester I 2011.

Kenaikan harga tersebut bakal terjadi karena beberapa faktor, seperti kenaikan biaya transportasi karena eskalasi harga minyak, kenaikan bahan baku iron ore, dan bencana banjir di Queensland, Australia yang mengganggu pasokan batu bara kokas dunia yang banyak digunakan untuk produksi baja.

Bahkan, kenaikan harga dikhawatirkan lebih tinggi setelah Badai Yasi menerjang daerah yang sama menjadikan kondisi wilayah tersebut lebih buruk. Perbaikan infrastruktur di daerah bencana tersebut diperkirakan menghabiskan waktu berbulan-bulan.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan ketika dimintai pendapatnya mengatakan harga baja kini memang mengalami tren kenaikan, yang awal mulanya dipicu oleh kebutuhan infrastruktur di China. Karena kebutuhan yang tinggi tersebut, katanya, China menahan ekspor baja sehingga menjadikan pasar sedikit bergolak.

Banjir dan Badai Yasi di Australia diakuinya memperburuk situasi pasar karena gangguan pasokan batu bara kokas yang merupakan 50% campuran bahan baku terganggu. Seperti diketahui, Australia merupakan pemasok 2/3 kebutuhan batu bara kokas global.

“Kondisi itu akan berdampak terhadap kontrak tender-tender proyek konstruksi sehingga demi mempertahankan marjin, kontraktor kemungkinan mengubah kembali kontrak,” katanya.

(please read Bisnis Indonesia Newspaper)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi