Harga CPO dan target saham BWPT


Menyambut pengumuman laba bersih PT BW Plantation Tbk, para analis menaikkan target harga saham perseroan di pasar. Fasilitas kredit untuk mendongkrak produksi dinilai menjadi katalis tambahan.

Laba bersih emiten sawit ini pada akhir 2010 naik 45,45% menjadi Rp243,58 miliar, dibandingkan dengan posisi 2009 senilai Rp167,46 miliar. Laba bersih itu setara dengan EPS Rp60,62 per saham.

Kuatnya capaian tersebut ditopang pendapatan usaha yang tercatat naik 22% dari Rp584,11 miliar pada 2009 menjadi Rp712,17 miliar pada akhir tahun lalu.

Menyambut itu, analis PT Kresna Securities Gemilang Lim merekomendasikan beli dan menaikkan target harga saham perseroan menjadi Rp2.025. Terlebih, produksi tandan buah segar (TBS) dua bulan pertama 2011 melampaui ekspektasi.

"Target harga kami naik sebesar Rp75 atau sebesar 3,8% sehubungan dengan tingkat rata-rata biaya tertimbang yang menurun dari 10,7% menjadi 10% berujung pada penurunan biaya utang dari 8,6% menjadi 7,9%," tuturnya dalam laporan riset per 17 Maret.

Proyeksi terebut, lanjutnya, memasukkan fasilitas kredit dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) senilai Rp237 miliar yang jatuh tempo pada Maret 2018. Kredit tambahan tersebut diekspektasikan untuk mendanai belanja modal tahun ini.

Padahal, fasilitas utang tersebut menekan proyeksi laba bersih 2011 dan 2012 yang dipatok Kresna Securities masing-masing sebesar 3,3% dan 4,8% menyusul adanya penambahan biaya bunga masing-masing sebesar 15,8% dan 33,4%.

Lalu apa yang mendasari optimisme Kresna Securities? Gemilang menyodorkan data kinerja fundamental. Per Februari, produksi CPO dan TBS naik 62,7% dan 62,2% secara tahunan.

Produksi TBS naik signifikan dari 21.311 ton pada Februari 2010 menjadi 34.676 ton pada Februari 2011, setara dengan panen TBS yang tumbuh 1,8 ton per hektare pada Februari 2011 dibandingkan dengan posisi Februari 2010 seluas 1.4 ton per hektare.

Di sisi lain, produksi CPO naik menjadi 7.930 ton pada Februari 2011 dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu 4.890 ton. Rerata ekstraksi CPO dipertahankan pada level yang sama sebesar 22,9%.

Terpisah, analis PT eTrading Securities Linda Lauwira menilai minimnya dampak La Nina membuat kinerja kuartal IV/2010 tumbuh signifikan, karena pendapatan satu kuartal tersebut naik 105,9% dan laba bersih juga naik 81% dibandingkan dengan kuartal III/2010.

"Tidak ada efek signifikan dari La Nina pada 2010. Pada kenyataannya, produksi TBS pada 2010 naik 8,1% dibandingkan dengan posisi 2009. Ini tercermin dari tidak adanya pengadaan kelapa sawit dari pihak ketiga pada 2010 dibandingkan dengan periode 2009 yang mencapai 33.000 ton," tuturnya dalam laporan riset per 24 Februari.

Linda menambahkan pembangunan dermaga di Sei Rimbang yang dekat dengan perkebunan perseroan akan mengurangi biaya transportasi, dan menjadi kesempatan mematok harga jual lebih tinggi karena pelayanan yang mudah.

"Pengiriman TBS tepat waktu ke pabrik pengolahan juga menjaga kesegaran TBS sehingga kualitas produksi CPO-nya lebih baik," paparnya.

Untuk menggenjot produksi, perseroan membangun pabrik baru berkapasitas 30 ton per jam yang bisa dimaksimalkan menjadi 45 ton per jam. Ditambah dua pabrik yang ada berkapasitas 105 per ton, total kapasitas mereka naik menjadi 135 ton per jam atau 810.000 TBS per tahun.

BW Plantation adalah perusahaan sawit yang mengembangkan, menanam, dan memanen TBS, CPO dan, inti sawit. Perseroan mengelola tujuh perkebunan; empat di Kalimantan Tengah, dua di Kalimantan Barat dan satu di Kalimantan Timur.

Total lahannya mencapai 96.149 hektare termasuk lahan plasma, 54% atau 52.060 hektare telah ditanami dan 33% atau 15.270 hektare telah mencapai tahapan matang. Perseroan memiliki satu fasilitas bulking sepanjang sungai Cempaga dan dermaga di Sei Rimbang untuk mengefisienkan pengiriman produk.

Gemilang mencatat konstruksi pabrik baru perseroan tertunda dari jadwal. Konstruksi yang dilakukan anak usahanya yakni PT Adhyaksa Dharmasatya itu seharusnya dimulai pada Januari 2011, dan baru terlaksana pada Maret 2011.

"Meski demikian, kami yakin penundaan dua bulan tersebut dampaknya terbatas terhadap kinerja perseroan akhir tahun ini," ujarnya.

Pabrik pengolahan tersebut diperlukan di tengah kuatnya produksi kebun inti dan plasma perseroan yang per Februari 2011 menyumbang 15,9% dan 10,6% estimasi 2011. Secara total, produksi TBS periode tersebut menyumbang 14,7% dari ekspektasi Kresna Securities.

Di sisi lain, panen TBS pada Februari 2011 sedikit melampaui ekspektasi yakni sebesar 17,5%. Meski memiliki lahan yang baru masak-dan biasanya memiliki tingkat panen TBS lebih rendah-seluas 4.000 hektare tahun ini, perseroan bisa mempertahankan tingkat panen.

"Secara umum, kami yakin bisa mempertahankan target pertumbuhan produksi CPO 2011 sebesar 25,4% secara tahunan menjadi 110.000 ton," papar Gemilang.

(Please read Bisnis Indonesia Newspaper)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi