Posts

Showing posts from May, 2010

Target laba di antara tanda leges dan cukai

Oleh Fahmi Achmad Wartawan Bisnis Indonesia Saya masih saja tersenyum kalau mengingat bagaimana Tara, rekan saya dalam akun Twitter baru-baru ini menulis "PT Delta Djakarta Tbk naikkan harga produk minuman 30% pada April! Waduh alamat miskin kita!" Tara termasuk kaum urban yang sesekali menghabiskan waktu dengan bersantai di pusat hiburan dan terkadang juga mencicipi minuman beralkohol atau sering disingkat minol. Soal harga minol yang melambung sejak bulan lalu akan menjadi landasan bagi para produsen minuman ringan dan beralkohol terkait penjualan dan pendapatan mereka pada tahun ini. Produsen minuman beralkohol di Indonesia terdiri dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT Delta Djakarta, PT Gitaswara Indonesia, dan PT Bali Hai Brewery Indonesia. Keempat produsen tersebut memproduksi bir mencapai 2 juta hektoliter per tahun. Multi Bintang mengandalkan penjualan bir Bintang, lalu produk lager beer premium seperti Heineken, Guinness Foreign Extra Stout, dan minuman nonalkohol

Beda Widodo dan Anggito

Oleh Fahmi Achmad Salah satu momen terbaik bagi pecinta sepakbola Indonesia adalah ketika Indonesia mampu bermain apik di luar negeri. Momen Piala Asia 1996 merupakan contoh bagaimana permainan tim Merah Putih Indonesia begitu membanggakan. Pada 4 Desember 1996, di Stadion Syekh Zayed Abu Dhabi Uni Emirat Arab, sekitar 3.000 orang penonton menjadi saksi bagaimana tendangan salto menggunting (bycicle kick) Widodo Cahyono Putro hasil umpan Ronny Wabia, merobek gawang Kuwait pada menit ke-20. Lalu 20 menit berikutnya, giliran Ronny Wabia mencetak gol dari tendangan pojok. Para penonton bergemuruh. Di Indonesia, masyarakat berteriak gembira menyaksikan tayangan siaran langsung pertandingan itu di televisi. Hasilnya boleh cuma 2-2 karena Kuwait berhasil memaksakan hasil seri pada babak kedua, dan satu golnya hasil penalti Yousif Al-Dakhi. Pulang ke Tanah Air, Widodo dan Ronny jadi pahlawan. Nama Widodo kembali mentereng ketika pekan lalu. Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Iman Arief mengatakan

Dewata jual Hotel Aston Bali

Aset Hotel Aston Bali Resort & Spa dilego kurator PT Dewata Royal International sebagai dampak dari sita jaminan atas aset hotel itu yang menghadapi persoalan dengan kreditornya, Bank Mandiri. Swandy Halim, Kurator PT Dewata Royal International, perusahaan pemilik hotel itu yang telah pailit, telah mengumumkan pelelangan salah satu hotel berbintang di Bali itu melalui salah satu media nasional, Harian Kompas, dengan menetapkan limit harga lelang mencapai Rp202 miliar. Dalam risalah lelangnya, kurator Hotel Aston mengatakan aset hotel yang dilelang meliputi bangunan dan sarana prasarana seluas 30.729 m2 yang merupakan bagian dari aset yang dijaminkan kepada Bank Mandiri. Swandy menyebutkan bagi yang berminat mengikuti lelang hotel itu yang dilakukan satu paket dengan aset yang lain diharuskan menyetor uang jaminan lelang sebesar Rp60 miliar. Menurut dia, lelang itu berikut lahan seluas 14.850 m2 yang menjadi kesatuan dari Hotel Aston dengan sertifikat atas nama Rustandi Jusu

Setoran bagi hasil migas Pertamina dikurangi

Pemerintah setuju untuk mengurangi target setoran bagi hasil migas PT Pertamina (Persero) sebanyak Rp5 triliun pada tahun ini sebagai mekanisme pembayaran utang BBM TNI kepada BUMN produsen migas tersebut. Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu menuturkan sejauh ini TNI mempunyai utang kepada Pertamina sebesar Rp5 triliun. Pengurangan setoran itu merupakan bentuk pembayaran utang TNI yang ditanggung pemerintah kepada Pertamina. “Sudah disepakati bahwa pembayaran utang TNI dilakukan dengan cara mengurangi setoran bagi hasil migas Pertamina kepada pemerintah sebesar piutang yang dimiliki kepada TNI,” ujarnya. Menurut Said, Pertamina juga telah menyepakati mekanisme pembayaran itu, sehingga perseroan kepada TNI berkurang. Jumlah utang BBM TNI ke Pertamina sebesar Rp5 triliun merupakan akumulasi penggunaan BBM sejak 2002 dan membengkak saat TNI ikut dalam penanganan bencana tsunami di Aceh pada 2004. Selain itu, alokasi BBM yang menggunakan skema rupiah juga turut menciptakan pembengkaka

Sinarmas Land Building

Sinarmas Group segera membangun Sinarmas Land Building di atas lahan seluas 2,5 ha di BSD City, Tangerang dengan nilai investasi lebih dari Rp100 miliar. Proyek kantor setinggi lima lantai itu akan menjadi kantor terpadu bagi perusahaan-perusahaan yang bernaung di bawah Sinarmas Developer & Real Estate, yang di dalamnya akan berkantor, antara lain PT BSD Tbk dan PT Duta Pertiwi Tbk. Presiden Direktur PT Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk Harry Budi Hartanto mengatakan pengembangan proyek itu berkonsep ramah lingkungan sehingga ikut berkontribusi bagi program eco green development di BSD City. “Gedung seluas 15.000 m2 tersebut dibangun di kawasan BSD Office Park yang merupakan bagian dari pengembangan BSD City Tahap II dengan investasi lebih dari Rp. 100 miliar,” ujarnya dalam siaran persnya, hari ini. Pembangunan itu Sinarmas Land Building, lanjutnya, telah dimulai yang ditandai dengan pemancangan tiang pertama, tanda dimulainya proyek itu hari ini. Dia memperkirakan proyek itu bisa dir

Musim klub kaya meraup prestasi

Musim kompetisi 2009-2010 mulai berlalu, sebagian besar liga utama dunia terutama di Eropa telah memiliki juara. Di Spanyol dan Italia masih mencari sang pemenang sejati akhir pekan ini. Ada seutas benang merah dari pencapaian juara-juara liga utama di mana ternyata terdapat dominasi klub kaya dengan dana berlimpah dan pemain berkualitas serta pelatih mumpuni. Apakah uang berlimpah dapat menghadirkan prestasi bagi klub sepakbola ? secara instan premis tersebut boleh jadi ada benarnya. Fakta kekayaan dan belanja modal pemain punya korelasi positif dengan pencapaian gelar juara. Di Jerman, Bayern Munich merebut gelar gelar Deutchmaster musim ini. Klub megabintang yang beken dengan sebutan FC Hollywood ini berada di urutan keempat daftar tim terkaya versi Deloitte Football Money League 2010 dengan nilai 289,5 juta euro. Majalah Forbes menempatkan tim asuhan Louis Van Gaal ini di urutan kelima terkaya dunia dengan nilai Rp8,9 triliun. Harta melimpah membuat Bayern Munich mampu berinvestas

Kinerja Inalum versi pemerintah

Pemerintah menyatakan kinerja keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) selama 4 tahun terkahir mulai mencatatkan laba. Deputi Menteri BUMN Bidang Pertambangan Industri Strategis Energi dan Telekomunikasi (PISET), Sahala Lumban Gaol menuturkan sebelumnya Inalum memang mencatatkan kerugian. “Saat ini kondisinya sudah mulai positif, dan mulai membukukan laba. Namun saya tidak ingat jumlah laba yang dicatat Inalum sepanjang 4 tahun terakhir ini,” ujarnya hari ini. Menurut Sahala, pemerintah akan melakukan negosiasi dengan pihak Jepang sehubungan dengan akan habisnya masa kontrak di proyek tersebut pada 2013. Inalum disebut-sebut mengalami kerugian yang cukup besar lantaran utang pembangunan Inalum dibiarkan terus dalam bentuk Yen Jepang, sedangkan penjualan aluminium batangan dalam dolar AS. Saat terjadi apresiasi Yen, perseroan mencatat mismatch sehingga menyebabkan kerugian yang besar. Selain produksi aluminium batangan, salah satu asset berharga yang dimiliki Inalum adalah pemban

Ada apa Inalum?

Kementerian BUMN menyatakan mengajukan sejumlah opsi terkait dengan rencana untuk masuk ke PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Menteri BUMN Mustafa Abubakar menuturkan opsi yang diajukan itu untuk menyiapkan munculnya kemungkinan hasil kajian tim teknis yang akan memberi rekomendasi apakah kerjasama antara Indonesia-Jepang akan jalan terus ataukah berhenti. “Kami tentunya ingin lebih terlibat dalam Inalum, dengan mengajukan sejumlah opsi. Namun, kami masih menunggu hasil kajian dari tim teknis yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perindustrian,” ujarnya hari ini. Menurut Mustafa, hingga saat ini belum ada keputusan mengenai kerjasama antara Indonesia-Jepang di Inalum. Namun demikian, Duta Besar Jepang yang bertemu dengan pihaknya beberapa hari lalu juga mengajukan sejumlah opsi mengenai kerja sama di industri aluminium itu. “Duta Besar Jepang juga mengajukan opsi dalam kerjasama Inalum. Nanti akan ada negosiasi antara kedua belah pihak. Kami di BUMN akan siap untuk masuk jika suda

Pelunasan Obligasi Indomobil

PT Indomobil Finance Indonesia melunasi obligasi III/2009 seri A perseroan senilai Rp126 miliar sehingga efek utang itu tidak dicatatkan lagi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). "Terhitung mulai 5 Mei 2010, obligasi tersebut tidak tercatat dan tidak dapat diperdagangkan lagi melalui Bursa Efek Indonesia dan atau dilaporkan perdagangannya melalui sarana yang disediakan oleh BEI," ujar Ph. Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang BEI Latifah Hanum dalam keterbukaan informasi otoritas bursa sore ini. Di dalam keterbukaan informasi itu, Latifah menginformasikan pelunasan pokok obligasi dan pembayaran bunga obligasi akan dibayarkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku agen pembayaran atas nama emiten. Hal itu sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diatur dalam perjanjian agen pembayaran kepada pemegang obligasi. Data BEI menunjukkan Total nilai obligasi Indomobil Finance yang masih beredar hingga saat ini sebesar Rp500 miliar. Obligasi itu terdiri dari tiga

target Pendapatan Duta Graha Indah

PT Duta Graha Indah Tbk, perusahaan konstruksi, membidik pendapatan 2010 senilai Rp1,87 triliun atau naik 44,96% dari pendapatan ditahun sebelum yang sebesar Rp1,29 triliun. Direktur Utama Duta Graha Indah Dudung Purwadi mengatakan pada kuartal I/2010 pihaknya membukukan kenaikan pendapatan 13,5% dari Rp337,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp382,6 miliar. Target peningkatan tersebut diharapkan mampu mengerek pos laba bersih perseroan menjadi Rp14,3 miliar atau naik 3,6% dari Rp13,8 miliar (kuartal I/2009). “Kami [Duta Graha Indah] optimis tahun ini bisa meraih laba bersih Rp70 miliar-Rp80 miliar karena ditunjang dengan banyaknya kontak-kontrak konstruksi dan infrastruktur yang sudah kami dapat,” kata Dudung, kemarin. Menurut Dudung sektor konstruksi menjadi penyumbang terbesar untuk pendapatan perseroan pada kuartal pertama tahun ini dengan persentase sebesar 60,6% atau setara dengan Rp189 miliar. Sedangkan sektor infrastruktur menyumbang Rp123,1 miliar atau berkontri

Abdi Bangsa menjadi Mahaka Media

PT Mahaka Media Tbk meningkatkan modal dasar perseroan sebesar 108,33% menjadi Rp500 miliar dari modal dasar sebelumnya Rp240 miliar guna mempersiapkan aksi korporasi yang ditargetkan selesai semester II tahun ini. Direktur Utama Rudi Setia Laksmana mengatakan rapat umum pemegang saham (RUPS) menyetujui peningkatan modal dasar tersebut dan aksi korporasi yang akan dilakukan. Selain itu, mulai kemarin nama perseroan PT Abdi Bangsa Tbk berubah menjadi Mahaka Media. “Persetujuan peningkatan modal dasar pada RUPS hari ini, membuat kami lebih leluasa untuk melakukan aksi korporasi yang ditargetkan dapat selesai semester II tahun ini. Saat ini, kami masih mengkaji lebih lanjut aksi korporasi yang akan dilakukan,” ujarnya seusai RUPS, kemarin. Rudi menjelaskan jika perseroan telah selesai mengkaji aksi korporasi berupa akuisisi perusahaan yang sesuai dengan keinginan perseroan maka Mahaka Media berencana menerbitkan saham baru (rights issue) senilai Rp150 miliar – Rp200 miliar. Rudi menambahk

Nasib klub di antara utang dan kepercayaan bank

Tom Hicks dan George Gillett, pemilik Liverpool telah menunjuk Barclays Capital untuk mengatur penjualan kepemilikan mereka di salah satu klub sepak bola besar asal Inggris itu. Dua pengusaha asal Negeri Paman Sam itu memang lagi terbelit pembayaran utang 100 juta pound dari 237 juta pound kepada Royal Bank of Scotland dan Wachovia Bank dari Amerika Serikat. Sang pemilik telah diberi batas waktu hingga Juli. Barclays akan berperan sebagai penyokong 300 juta pound sebagai refinancing utang Liverpool tersebut. Ketika membeli Liverpool pada 2007, Hicks dan Gillet hanya mengeluarkan dana 219 juta pound. Kini mereka berharap kepemilikannya bisa dijual 500 juta pound atau menyamai APBD 2010 Provinsi Jawa Barat yang Rp7,7 triliun. Utang klub-klub bola Eropa kepada perbankan kini menjadi per-hatian dari UEFA (Union of European Football Associations). Otoritas sepak bola Benua Biru ini malah menyebutkan 56% dari keseluruhan utang klub seluruh Eropa berada di Liga Premier Inggris dengan nilai 3,

"Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto"

Ratusan tamu memenuhi ruangan Ballroom Hotel Le Meridien Jakarta, Sabtu malam lalu. Diantara mereka tampak Mantan Wapres Try Sutrisno bersama isteri, Ketua Yayasan Dana Mandiri Haryono Suyono dan isteri, mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman, Mantan Menperin Ismail Fahmi, Sri-Edi Swasono, CEO Agung Podomoro Group Trihatma Kusuma Haliman, dan puluhan pengusaha serta pejabat lainnya. Malam itu rupanya bertepatan dengan 80 tahun usia pengusaha Probosutedjo, yang lahir di Desa Kemusuk, Yogyakarta, 1 Mei 1930. Tak heran kalau banyak tamu yang datang dari kalangan pengusaha, dan para mantan menteri di jaman mantan (alm) Presiden Soeharto. Sebab, dia adalah adik sekandung Pak Harto, yang selalu bersama sejak kecil hingga dewasa. Bersamaan dengan Ultah ke-80 itu, dia meluncurkan buku biografi berjudul Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto. Buku setebal 680 halaman tersebut, ditulis oleh Alberthiene Endah, penulis sejumlah biografi tokoh dari selebriti hingga pejabat. Saat ini