"Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto"

Ratusan tamu memenuhi ruangan Ballroom Hotel Le Meridien Jakarta, Sabtu malam lalu. Diantara mereka tampak Mantan Wapres Try Sutrisno bersama isteri, Ketua Yayasan Dana Mandiri Haryono Suyono dan isteri, mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman, Mantan Menperin Ismail Fahmi, Sri-Edi Swasono, CEO Agung Podomoro Group Trihatma Kusuma Haliman, dan puluhan pengusaha serta pejabat lainnya.

Malam itu rupanya bertepatan dengan 80 tahun usia pengusaha Probosutedjo, yang lahir di Desa Kemusuk, Yogyakarta, 1 Mei 1930. Tak heran kalau banyak tamu yang datang dari kalangan pengusaha, dan para mantan menteri di jaman mantan (alm) Presiden Soeharto. Sebab, dia adalah adik sekandung Pak Harto, yang selalu bersama sejak kecil hingga dewasa.

Bersamaan dengan Ultah ke-80 itu, dia meluncurkan buku biografi berjudul Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto. Buku setebal 680 halaman tersebut, ditulis oleh Alberthiene Endah, penulis sejumlah biografi tokoh dari selebriti hingga pejabat. Saat ini AE, begitu sapaan karabnya, tengah menyelesaikan penulisan biografi Ny. Ani Bambang Yudhoyono.

Berbagai acara digelar pada Malam Minggu itu. Para tamu diajak ‘main’ angklung yang dipandu oleh tim angklung dari Univesitas Mercubuana, ada pergelaran Ketoprak Humor, dan menampilkan sejumlah artis penyanyi jadul seperti Rafika Duri dan Camelia Malik. Begitu juga dengan pembawa acara, tampil Oetari dan Ari Purnomo.

Sang tuan rumah Probosutedjo bersama keluarga besarnya, tampak bahagia. Senyum sumringah selalu menghiasi bibirnya. Begitu masuk ruangan, Probo tak sungkan mendatangi meja para tamu, dan menyalami mereka. Semua undangan yang hadir malam itu, mendapat bingkisan buku Memoar Romantika Probosutedjo, yang dicetak oleh PT Gramedia Pustaka Utama.

Dalam buku yang disiapkan selama lima bulan oleh AE itu, Probo bercerita secara lugas dan terbuka tentang Soeharto, tentang G30S PKI, Supersemar, tentang dia sendiri ‘kabur’ ke Pematang Siantar dan menjadi guru di Sumatera Utara itu, dan kisahnya memulai bisnisnya hingga menjadi seorang pengusaha besar.

Dia juga menjawab tuduhan atas berbagai bisnis yang dilakoninya, dan dikaitkan dengan KKN, termasuk pengalamannya ketika mendekam di penjara Sukamiskin pada 2003. Ada 17 Bab dengan masing-masing judul berbeda didalam buku itu.

“Saya semula enggan membuat buku ini. Tapi atas desakan teman-teman, saya teruskan mecetaknya. Saya berharap, dengan terbitnya buku ini, bisa mengubah dan menjernihkan pikiran masyarakat tentang anggapan yang salah terhadap Mas Harto dan saya selama ini,” ungkapnya.
(ini artikel Bunda Rahmayuli yang saya suka)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi