Posts

Showing posts from July, 2010

Tiki-taka masih menggoyang bursa efek

Oleh Fahmi Achmad Wartawan Bisnis Indonesia Pesta sepakbola sejagad telah 2 pekan usai. Rutinitas kembali berjalan seperti sedia kala, dan begitu pula dengan aksi jual beli dalam perdagangan saham. Investor kembali memainkan dananya di bursa. Selama sebulan terakhir, indeksi harga saham gabungan (IHSG) seakan lesu. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan selama perhelatan Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan, 11 Juni-11 Juli 2010, membawa imbas pada terjadinya penurunan rata-rata nilai transaksi harian di pasar modal Tanah Air dari target yang ditetapkan tahun ini sebesar Rp4,5 triliun. “Selama Piala Dunia rata-rata nilai transaksi sebesar Rp4,2 triliun, masih kurang dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp4,5 triliun. Bahkan transaksi harian pernah sempat di bawah Rp3 triliun. Tapi kami tidak akan mengubah target tahun ini,” ujar Ito awal pekan ini. Seiring dengan berakhirnya Piala Dunia 2010, Ito pun berharap rata-rata nilai transaksi harian

Off the record

"Are you disapointed?" itu kalimat tanya yang disampaikan andika melalui akun twitternya kepada saya Jumat 23 Juli pukul 00:05. Pertanyaan yang sangat tidak salah karena hari Kamis itu sangat bikin jengkel dan cukup aneh bagi saya terkait dengan kejadian di kantor. Semua itu terkait pula dengan berita headline. Para penulisnya Z sebagai perangkum berita, dan reportase oleh X, Y, A dan B. Di dalam berita itu ada kalimat sebagai berikut; [Dalam perkembangan lain, terkait dengan mismatch antara dana pihak ketiga di PT Bank Capital Tbk dengan laporan keuangan Grup Bakrie, seorang direktur BEI yang berkeras agar identitasnya dilindungi mengatakan ada rencana untuk merekomendasikan audit investigasi. Rencana audit investigasi tersebut dimunculkan sebagai salah satu opsi untuk menyiasati 'tembok tebal' yang kini praktis dihadapi BEI dalam menyelidiki kebenaran tentang selisih data tersebut, yakni pasal kerahasiaan bank. "Tapi ini masih belum firm, opsi lain juga masih k

Optima, skandal yang terperam (2)

Optima, skandal yang terperam (2) Oleh Arif Gunawan S. Wartawan Bisnis Indonesia Robert Widjaja mungkin tidak pernah tahu namanya sempat menjadi perbincangan di rapat-rapat direksi dan rapat koordinasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Robert, yang menanam uangnya di PT Optima Kharya Capital Securities (Optima Securities), sempat diposisikan sebagai ‘kunci’ penyelesaian kasus Grup Optima. Situasi tersebut bermula dari pemeriksan BEI, tak lama setelah kasus itu meledak awal September 2009. Pemeriksaan itu menemukan perbedaan data antara saldo di Optima Securities dengan saldo di Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI).Atas perbedaan tersebut, Dirut Optima Securities Harjono berdalih hal tersebut hanya karena salah input dan bisa dikoreksi. Tim pemeriksa BEI lalu menunggu, dan butuh hampir sebulan untuk sadar bahwa alasan Harjono mengada-ada, sampai Optima Securities mengaku bermasalah. Fakta material itu akhirnya mengundang su

Optima, skandal yang terperam (1)

Dari pembinaan hingga silence operation Oleh Arif Gunawan S. Wartawan Bisnis Indonesia Sejak menjabat Direktur Pengawasan dan Kepatuhan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Uriep Budhi Prasetyo merasakan ubannya bertambah. Kelelahan acap memuncak. Uriep masuk ke jajaran direksi BEI pada Juli 2009 setelah bersaing dengan Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Hamdi Hasyarbaini. Sebelumnya, dia adalah Direktur Operasional PT Dhanawibawa Artha Cemerlang dan Komisaris Kustodian Sentra Efek (KSEI). “Ketika masuk direksi bursa, saya sering di-bilangin pilihannya hanya dua: Rambut berkurang atau rambut jadi putih semua. Baru dua bulan, rambut saya sudah putih semua,” ujarnya di depan direksi dan kepala divisi pada rapat koordinasi BEI 2 September 2009. Maklum, baru duduk sebagai direktur BEI, Uriep langsung disuguhi kasus pasar modal terbesar setelah skandal PT Bank Century Tbk-PT Antaboga Delta Sekuritas, yakni dugaan penyelewengan dana nasabah PT Optima Kharya Capital Securities (Op

Mari saingi Prancis dan Nigeria

Oleh Fahmi Achmad Wartawan Bisnis Indonesia Di ajang olahraga sebesar Piala Dunia, kemenangan akan seseorang tak perlu wafat dahulu untuk menjadi seorang pahlawan. Namun kekalahan menjadikan seorang menjadi pecundang dan akan selalu diingat sepanjang sejarah. Ekspektasi terhadap prestasi dan kejayaan di ajang dunia yang begitu tinggi membuat sepakbola hanya menjadi media dan sarana untuk unjuk kekuasaan. Dan seperti pameo, politik kadang menjadi panglima. Prancis menjadi contoh terbaik saat ini. Tim Les Bleus pulang dari Afrika Selatan dengan prestasi yang sangat tidak bisa dibanggakan karena gagal bersaing dengan juara dunia dua kali Uruguay, Meksiko dan tuan rumah. Presiden Nicolas Sarkozy pun memanggil Thierry Henry, mantan kapten dan pemain senior yang ikut memperkuat Prancis menjadi juara dunia 1998 dan juara Eropa 2000 di Belanda, untuk memberikan penjelasan di istana negara. Sikap Sarkozy itu mungkin tak ada salahnya bagi penilaian publik Prancis. Menteri Olahraga Prancis pun me