read...

Nama Drs. Lo Kheng Hong sudah tidak asing lagi bagi mereka yang berkecimpung di pasar modal ataupun yang berinvestasi di produk saham. Dia dijuluk Warren Buffet Indonesia. Buffett merupakan tokoh investor kawakan yang sukses superkaya asal Amerika Serikat. Pak Lo (lahir 20 Februari 1959) merupakan seorang investor value Indonesia jenis individu. Entah bagaimana dia memang sukses. Cuan selalu. Selalu Cuan. Tiap pagi dia membaca koran. Iya koran cetak. Ada empat koran yang tiap pagi dia baca yaitu Koran Bisnis Indonesia, Harian Kompas, Kontan, dan Investor Daily. Sudah puluhan tahunan dia langganan koran. Berita yang menarik dia corat-coret dan ditandai dengan marker. Pak Lo memang jeli membaca berita koran. Inspirasinya memang dari baca koran. Hitungannya pun mantab. Data yang tak resmi menyebutkan, LKH pernah memiliki portofolio saham hingga Rp2,5 triliun. Itu bukan hasil kerja semalam. Dia mulai sejak puluhan tahun silam. Tahun 1979: mulai kuliah malam jurusan Sastra Inggris

Moody's Investors Service has affirmed Saka Energi Indonesia (P.T.)'s B2 corporate family rating and senior unsecured bond rating. The outlook on all ratings remain stable. "The affirmation of Saka Energi's B2 ratings reflect our expectation that its shareholder group will step in to provide support if the operating environment deteriorates such that the company does not generate sufficient cash flows to repay its $376 million US dollar bond due in May 2024," says Rachel Chua, a Moody's Vice President and Senior Analyst. "At the same time, Saka Energi's fundamental credit profile remains driven by its long-term fixed-price gas sales contracts with quality counterparties, which provide some revenue stability and support its strong credit metrics," adds Chua, who is also Moody's Lead Analyst for Saka Energi. The rating remains constrained by the company's small scale, declining production profile and its exposure to high geographic concentr

Saat ini peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) begitu penting bagi perekonomian nasional. Dengan jumlah lebih dari 64 juta pelaku usaha, kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 60,5%. Namun, persoalan modal masih menjadi isu klasik tetap mendera UMKM. Upaya menderaskan aliran dana pinjaman dari perbankan dan pemerintah kepada ‘wong cilik’ ternyata tak mudah. Banyak target pembiayaan yang belum tercapai. Dana kredit usaha rakyat (KUR) dari pemerintah masih sering disalahgunakan. Fasilitas pembiayaan lewat KUR ini memang menjadi salah satu yang paling diburu masyarakat karena tingkat bunga yang relatif murah. Mengutip data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tingkat suku bunga KUR sebesar 6% per tahun dengan plafon untuk pelaku usaha mikro sebesar Rp50 juta per debitur. Agar tingkat bunga terjangkau, pemerintah memberikan subsidi bunga kepada lembaga penyalur KUR. Dengan bunga murah tersebut, tak heran pada 2022 terdapat 7,6 j