Ini kinerja industri asuransi selama 2010

Aset industri asuransi komersial baik jiwa, kerugian, dan reasuransi meningkat sebesar 27% menjadi Rp231,02 triliun sepanjang tahun lalu dibandingkan dengan aset industri pada tahun sebelumnya Rp181,8 triliun.

Kenaikan tersebut ditopang oleh pertumbuhan investasi ditambah dengan pertumbuhan pendapatan premi pada tahun lalu yang cukup tinggi seiring dengan kondisi makroekonomi dan iklim investasi di pasar modal.

Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata mengatakan secara umum pertumbuhan industri tahun lalu cukup baik. Dari sisi persentase kenaikan aset asuransi jiwa tumbuh 29% year on year menjadi Rp183,09 triliun, sementara asuransi umum dan reasuransi mencapai Rp47,93 triliun atau 19%.

"Data industri asuransi ini berdasarkan data laporan keuangan perusahaan yang belum diaudit. Secara garis besar pertumbuhannya menggembirakan, asuransi jiwa tumbuh pesat begitupun dengan asuransi kerugian dan reasuransi," katanya

Premi bruto total asurasi baik jiwa dan kerugian pada 2010 tercatat sebesar Rp112,74 triliun, naik dari Rp90,53 triliun (2009) dan Rp76,46 triliun (2009).

Premi bruto segmen asuransi jiwa pada 2010 tercatat sebesar Rp77,67 triliun, naik dari Rp61,72 triliun (2009) dan Rp50,27 triliun (2009).

Premi bruto segmen asuransi kerugian pada 2010 tercatat sebesar Rp35,06 triliun, naik dari Rp28,80 triliun (2009) dan Rp26,09 triliun (2009).

Aset total asurasi baik jiwa dan kerugian pada 2010 tercatat sebesar Rp231,02 triliun, naik dari Rp181,80 triliun (2009) dan Rp1376,19 triliun (2009).

Aset segmen asuransi jiwa pada 2010 tercatat sebesar Rp183,09 triliun, naik dari Rp141,64 triliun (2009) dan Rp102,40 triliun (2009).

Aset asuransi kerugian pada 2010 tercatat sebesar Rp47,93 triliun, naik dari Rp40,16 triliun (2009) dan Rp34,79 triliun (2009).

Kontribusi terbesar dari pergerakan kekayaan industri asuransi, kata Isa, adalah dari sisi kenaikan investasi pada tahun lalu. Total investasi asuransi melonjak 29%. Ini terbagi atas investasi pada asuransi jiwa sebesar Rp168,02 triliun dan asuransi umum dan reasuransi sebesar Rp34,72 triliun.

Total hasil investasi industri asuransi komersial pada 2010 tumbuh 20,3% menjadi Rp27,63 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu Rp22,98 triliun.

Hasil investasi mencapai 25,37% dari total investasi pada 2010, yaitu Rp202,74 triliun, sedangkan hasil investasi sebesar 12,5% dari total nilai investasi Rp156,99 triliun pada 2009.

Isa Rachmatawarta mengatakan dominasi terbesar terhadap hasil investasi berasal dari asuransi jiwa.

Kontribusi asuransi jiwa terhadap hasil investasi mencapai 90,89% atau Rp25,12 triliun, sedangkan sisanya sebesar 9,11% berasal dari asuransi umum dan reasuransi senilai Rp2,51 triliun.

Adapun, total investasi industri asuransi komersial tumbuh 29% menjadi Rp202,74 triliun pada 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp156,99 triliun.

Porsi nilai investasi sebesar 82,87% berasal dari industri asuransi jiwa dengan nilai Rp168,02 triliun dan 17,12% dari industri asuransi umum dan reasuransi sebesar Rp34,72 triliun.

Pertumbuhan investasi masih ditopang oleh industri asuransi jiwa sebesar 31% menjadi Rp168,02 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp128,29 triliun, sedangkan investasi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 21% menjadi Rp34,72 triliun dari 2009 sebesar Rp28,69 triliun.

"Hasil investasi industri asuransi komersial tumbuh 20,3% akibat kenaikan investasi sepanjang 2010 sebesar 29% dari 2009. Industri asuransi jiwa mencatat pertumbuhan investasi sebesar 31%, sedangkan asuransi umum dan reasuransi tumbuh 21%," ujarnya.

Berdasarkan data Bapepam-LK, investasi industri asuransi komersial pada 2010 didominasi oleh instrumen reksa dana sebesar 30% atau Rp60,73 triliun, disusul oleh saham sebesar 22,2% atau Rp45,04 triliun, deposito sebesar Rp33,94 triliun (16,7%), dan surat utang negara sebesar Rp31,65 triliun (15,6%).

Direktur Utama PT MNC Life Patricia Rolla mengatakan pertumbuhan aset industri sebesar 27% tersebut memberi indikasi besarnya potensi pasar asuransi Tanah Air yang bisa digarap lebih jauh oleh perusahan asuransi. Pada tahun, ini pertumbuhan seiring sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

"Aset tumbuh karena memang pertumbuhan investasi dan pendapatan premi. Minimal tahun ini 10% tumbuh. Kami di MNC karena baru jalan tahun pertama juga menargetkan Rp50 miliar untuk premi," katanya.

Dia menilai peluang industri asuransi tumbuh mengingat tingkat pembelian polis secara grup dalam perusahaan baru mencapai 12% dari jumlah penduduk, sementara tingkat pembelian polis secara individu lebih kecil lagi sekitar 3,5% dari jumlah penduduk.

Menurut Isa, kenaikan aset industri menggambarkan penetrasi asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat. Dengan total pendapatan premi bruto sebesar Rp112,74 triliun, penetrasi asuransi komersial mencapai 1,75%, naik dari tahun sebelumnya 1,62%. Adapun total PDB tahun lalu sebesar Rp6.422,9 triliun.

Adapun jika ditambah dengan asuransi sosial non-komersial a.l Jamsostek dan Asuransi Kesehatan Indonesia, penetrasi industri asuransi mencapai 2,08% pada tahun lalu. "Ada kenaikan dari sisi kontribusi terhadap PDB mengingat pertumbuhan premi tahun lalu cukup tinggi," katanya.

Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika Willy Suwandi Dharma memperkirakan pada tahun ini pertumbuhan aset industri asuransi sekitar 15%-17% dibandingkan dengan aset tahun lalu.

Pertumbuhan aset tahun lalu, kata Willy, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industri otomotif yang mendorong industri lain seperti asuransi kendaraan, dan adanya regulasi penambahan modal perusahaan asuransi. Pertumbuhan aset asuransi umum dan reasuransi sebesar 19% tahun lalu mengingat pada 2010 pengaruh krisis global sudah hilang.

"Semuanya berkaitan, pertumbuhan ekonomi, lalu pengaruh otomotif yang mendorong asuransi kendaraan juga tumbuh. Adanya aturan penambahan modal mendorong aset naik," katanya.

Sementara itu, total klaim bruto industri asuransi komersial pada 2010 naik sebesar 33,5% menjadi Rp68,25 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu Rp51,14 triliun.

Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Isa Rachmatarwata mengatakan peningkatan pertumbuhan klaim bruto tersebut didorong oleh kenaikan klaim pada asuransi jiwa.

Berdasarkan data Bapepam-LK, klaim bruto industri asuransi jiwa pada 2010 mendominasi klaim bruto industri dengan porsi mencapai 77,36%, sedangkan asuransi kerugian sebesar 22,64%.

Klaim bruto asuransi jiwa tercatat mencapai Rp52,8 triliun, naik 36,1% dari tahun sebelumnya Rp38,8 triliun, sedangkan klaim bruto asuransi umum dan reasuransi naik 25,1% menjadi Rp15,45 triliun dari posisi 2009 sebesar Rp12,35 triliun.

Namun, klaim netto asuransi umum dan reasuransi tercatat naik 37,3% menjadi Rp9,6 triliun dari posisi 2009 sebesar Rp6,99 triliun, sedangkan klaim netto asuransi jiwa naik 35,9% menjadi Rp51,78 triliun dari posisi 2009 sebesar Rp38,1 triliun.

Adapun, total klaim netto industri asuransi komersial selama 2010 mengalami pertumbuhan 36,1% menjadi Rp61,38 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp45,08 triliun.

"Komposisi klaim bruto asuransi jiwa mendominasi kuantitas klaim bruto industri mencapai 77,36% dan mendorong pertumbuhan. Namun, pertumbuhan klaim netto asuransi umum dan reasuransi lebih besar dari asuransi jiwa," ujarnya, kemarin.

Wakil Ketua Bidang Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Julian Noor menyatakan kenaikan klaim asuransi secara umum tersebut bersamaan dengan pertumbuhan industri yang ditunjukkan dari kenaikan premi.

Dia menambahkan setiap bisnis asuransi kerugian memiliki potensi klaim yang berbeda terkait dengan pertumbuhan klaim tersebut, yaitu ada bisnis yang klaimnya berdasarkan frekuensi dan peningkatan nilai.

Adapun, bisnis asuransi kendaraan bermotor dinilai memiliki potensi tinggi terhadap klaim, karena faktor tingginya pencurian dan kecelakaan, menyusul peningkatan nilai perbaikan setiap tahun.

Kondisi serupa juga terjadi pada asuransi kesehatan, terkait dengan harga obat yang naik setiap tahun.

"Potensi klaim berdasarkan frekuensi seperti pada bisnis asuransi pengangkutan laut yang sangat tergantung terhadap kondisi cuaca. Kalau cuaca buruk, hal itu bisa menyebabkan kecelakaan dan kerusakan barang," jelas Julian.

Isa menambahkan loss ratio bruto atau perbandingan klaim bruto terhadap premi bruto industri asuransi komersial pada 2010 juga tercatat naik menjadi 60,5% dari posisi tahun sebelumnya 56,5%. Loss ratio netto industri juga naik menjadi 63,9% dari tahun lalu 59,7%.

Industri asuransi jiwa selama 2010 mencatat loss ratio bruto jauh lebih tinggi mencapai 68%, naik dari posisi 2009 sebesar 62,8%, sedangkan asuransi umum dan reasuransi sebesar 44,1%, naik dari tahun sebelumnya 42,9%.

Dia menambahkan kondisi serupa juga terjadi untuk loss ratio netto, yaitu asuransi jiwa mencapai 68,5%, naik dari posisi 2009 sebesar 63,3%, sedangkan asuransi umum dan reasuransi sebesar 46,7%, naik dari tahun sebelumnya 45,8%.

Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Nusantara Hero Samudera juga menilai kenaikan klaim asuransi jiwa tersebut seiring dengan pertumbuhan bisnis yang ditunjukkan dari kenaikan premi.

Dia menuturkan kemungkinan besar pertumbuhan klaim itu disebabkan oleh banyaknya jatuh tempo pembayaran yang harus dilaksanakan, mengingat dalam beberapa tahun terakhir banyak produk asuransi jiwa berkala yang jatuh tempo dalam 3 tahun atau 5 tahun.

Namun, loss ratio asuransi jiwa mencapai 68% pada 2010 dinilai sangat tinggi dan diharapkan bukan menjadi indikasi penurunan kualitas bisnis industri ini terhadap pertanggungan risiko jiwa.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi