Ada apa antara Podomoro dengan Bakrieland?


PT Agung Podomoro Land Tbk dan PT Bakrieland Development Tbk sama-sama dikenal sebagai pengembang yang menyasar segmen kelas atas, yang margin keseluruhannya dikenal paling kecil di antara segmen yang lain. Siapa lebih baik?

Podomoro merupakan pemain kawakan properti di bawah bendera usaha Agung Podomoro Group yang dikendalikan Trihatma Kusuma Haliman. Produk Agung Podomoro Land sendiri fokus pada apartemen dan hunian kelas atas lainnya.

Sementara itu, Bakrieland, kelompok usaha milik keluarga Aburizal Bakrie ini, adalah pengembang properti terintegrasi. Proyek yang dikembangkannya bukan hanya perumahan atau gedung perkantoran semata, melainkan juga merambah hingga bisnis jalan tol.

Dua nama di atas, Haliman dan Bakrie adalah pengusaha papan atas yang konglomerasinya masuk 100 besar perusahaan kakap di Tanah Air. Pertarungan keduanya di sektor properti, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini, tentu menarik dicermati.

Setelah rampung merestrukturisasi ubnit-unit bisnis di grupnya paruh tahun lalu, Podomoro langsung menggelar penawaran umum saham perdana (IPO) November, dan menjalankan ekspansi dengan mengakusisi proyek baru di tengah keterbatasan lahan yang dimiliki.

Tiga proyek perumahan yang diambil alih Agung Podomoro a.l. Green Lake Sunter, Green Permata Residence, dan Grand Taruma. Total terdapat 11 proyek properti yang tengah dikembangkan perseroan pada tahun ini.

Dana pelepasan saham perdana yang diperoleh perseroan tersebut tak kurang dari Rp2,2 triliun yang di antaranya dpergunakan untuk pelunasan utang, akuisisi proyek baru, dan pendanaan proyek properti lainnya.

Bakrieland sendiri jelas tidak tinggal diam. Setelah mendapatkan lahan pengembangan di Jonggol Jawa Barat tahun lalu, Bakrieland tercatat sebagai emiten properti yang memiliki ketersediaan lahan (landbank) terbesar.

Yang menarik, Februari lalu, keduanya, Podomoro dan Bakrieland, menyita perhatian pelaku pasar atas rumor rencana Podomoro mengakusisi lahan seluas 8 hektare milik Bakrieland di kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, senilai Rp1,3 triliun.

Mengomentari isu ini, Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land Prisca Batubara Andriessen mengatakan dalam pengembangan usahanya, perseroan mengutamakan kebijakan strategis berupa pembelian atau akusisi lahan.

“Kami tidak dalam negosiasi joint venture dengan pihak manapun. Perlu diketahui, dalam pengembangan usaha strategi yang kita pakai adalah membeli atau akuisisi tanah di daerah strategis,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurut dia, siapa pun pihak yang memberi penawaran lahan, tak terkecuali Bakrieland, pasti akan ditanggapi sejalan dengan rencana dan platform perusahaan.

“Kalau yang menawarkan lahan banyak. Tentu akan kita lihat semua, bagaimana harganya dan lainnya,” tuturnya.

Menariknya, pandangan Prisca bertolak belakang dengan manajemen Bakrieland dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia di mana strategi utama pengembangan usaha perseroan melalui pola kemitraan.

“Bakrieland saat ini sedang melakukan pembahasan dengan beberapa pihak guna mengkaji kemungkinan kemitraan strategis (strategic partnership),” jelas Corporate Secretary Bakrieland Nuzirman Nurdin.

Kendati laporan keuangan 2010 Podomoro dan Bakrieland sama-sama belum disampaikan, riset PT CIMB Securities yang dirilis 12 Januari 2011 memperkirakan laba bersih Bakrieland akan mencapai Rp83 miliar, dengan pendapatan Rp1,28 triliun.

Analis CIMB Lydia Toisuta menilai kemampuan perusahaan mencetak laba bagi pemegang saham (return on equity/ ROE) tahun ini akan mencapai sebesar 1,4%, tergolong rendah jika dibandingkan dengan pesaing lainnya.

Di sisi lain, riset PT Indopremier Securities per 28 Januari terhadap Podomoro menetapkan ROE-nya 14,57% alias masih menjanjikan. Relatif besarnya selisih ROE Bakrieland dan Podomoro ini juga ikut menjelaskan pergerakan harga saham keduanya.

Analis Indopremier Securities Victor G. Murthi mematok pendapatan Podomoro tahun ini mencapai Rp1,77 triliun dengan laba bersih Rp320,14 miliar. Tahun ini, perseroan diproyeksi meraup pendapatan Rp2,76 triliun dengan laba bersih Rp673,16 miliar.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi