Operasi penyelamatan Bahana Securities

Polemik penetapan harga saham perdana (initial public offering/ IPO) PT Garuda Indonesia Tbk yang terlalu murah kini memasuki babak baru: Bagaimana menyelamatkan modal para underwriter-nya yang tergerus karena menelan saham Garuda senilai Rp2,3 triliun.

Laiknya sebuah sinetron berseri, episode terbaru dari polemik saham IPO Garuda kini adalah terpuruknya modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) tiga penjamin pelaksana emisinya, yaitu PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana Securities.

Yang terparah adalah MKBD Bahana yang menyusut 59,3% menjadi Rp82,05 miliar dari posisi sebelumnya Rp201,64 miliar. Modal kerja Danareksa Sekuritas turun 46,78% menjadi Rp252,03 miliar, sedangkan Mandiri Sekuritas turun 13,98% menjadi Rp142,84 miliar.

Situasi ini menunjukkan, bagaimanapun, keputusan yang diambil oleh Kementerian BUMN menyangkut harga saham perdana Garuda, masih menuntut keputusan lanjutan agar tidak menimbulkan masalah baru bagi perusahaan negara lainnya.

Dalam hal ini, tiga perusahaan sekuritas itulah yang harus diselamatkan agar bisa tetap menjalankan aktivitas bisnisnya. Tanpa modal memadai, mustahil Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas serta Bahana melakukan kegiatan usahanya dengan normal.

Perlu segera ditambahkan, langkah penyelamatan tersebut akan menjadi salah satu pertaruhan bagi Menteri BUMN Mustafa Abubakar untuk menjaga agar perusahaan milik pemerintah tetap sehat, di tengah memanasnya isu reshuffle kabinet.

Meski tidak pernah benar-benar disebutkan secara eksplisit, Kementerian BUMN sebetulnya telah menyiapkan sejumlah opsi guna menyelamatkan tiga sekuritas itu, sekaligus memitigasi risiko lebih lanjut yang mungkin muncul dari situasi tersebut.

Opsi yang dimaksud itu pertama, mencari pinjaman bank atau lembaga keuangan lain; kedua, pengambialihan tiga sekuritas tersebut oleh BUMN lain, dan ketiga, placement saham Garuda milik tiga underwriter itu ke investor lain dengan kompensasi satu kursi direksi Garuda.

Pada opsi pertama yang mencari pinjaman, sempat beredar kabar PT Danareksa dan PT Bank Mandiri Tbk menjadi sumber untuk menalangi tiga perusahaan sekuritas itu. Dua institusi keuangan tersebut mengucurkan pinjaman senilai total Rp1,7 triliun.

Danareksa mengucurkan pinjaman ke anak usahanya, Danareksa Securities senilai Rp750 miliar. Perusahaan ini juga mengucurkan pinjaman ke Bahana Rp200 miliar dengan tenor satu bulan. Dengan demikian, total pinjaman yang digelontorkan Danareksa Rp950 miliar.

Hingga menjelang jatuh tempo, Bahana dikabarkan mencari pinjaman untuk menutup kewajibannya itu. Sementara itu, Mandiri Sekuritas mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri Rp750 miliar atau sesuai dengan porsi yang harus diserap oleh anak usahanya tersebut.

Melakukan penyelamatan melalui pengajuan pinjaman memang bisa ditempuh sebagai salah satu opsi penguatan modal. Biasanya, skema pinjaman itu dilakukan dengan menggunakan saham sebagai kolateral, atau lazim disebut sebagai repo.

Mekanisme ini memungkinkan sekuritas yang membutuhkan dana bisa memperoleh likuiditas dengan cepat. Namun, selain harus menanggung beban bunga, masalah naik turunnya saham yang menjadi jaminan akan membuat mekanisme ini sangat berisiko.

Risiko pada opsi pertama mungkin tidak akan muncul pada opsi kedua, yakni apabila langkah penyelamatan dilakukan dengan cara pembelian saham sekuritas oleh BUMN yang lain. Opsi ini juga relatif lebih mudah karena tidak terkait, misalnya dengan peraturan Bank Indonesia.

Masalahnya, sejauh ini tidak banyak perusahaan yang benar-benar tertarik membeli saham sekuritas tersebut. Kalaupun ada, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk due diligence agar transaksi benar-benar menguntungkan bagi pihak pembeli.

Padahal, upaya penyelamatan ini harus dilakukan secepatnya agar permodalan perusahaan sekuritas milik pemerintah lekas sehat. Ingat, semakin makin lambat opsi penyalamatan itu dilakukan, besar kemungkinan, makin besar pula risiko yang harus ditanggung.

Opsi terakhir adalah dengan menjual saham Garuda yang diserap oleh tiga underwriter itu pada investor lain. Meski opsi ini bersifat jual rugi, tapi langkah ini bisa memotong kerugian lebih besar yang diderita underwriter apabila harga saham Garuda terus melorot.

Di luar prospek jangka pendek saham Garuda yang tidak terlalu berkilau akibat kenaikan harga minyak, perumusan langkah penyelamatan bagi sekuritas yang mengalami kalah bandar seperti Bahana dkk bukan sesuatu yang baru di bursa.

Nasib sama yang dialami PT Trimegah Securities beberapa tahun lalu saat jadi underwriter PT Sat Nusapersada Tbk bisa menjadi contoh. Perusahaan ini juga kalah bandar ketika saham Sat Nusapersada tidak terlalu laku dan melorot dan debut perdagangannya.

Langkah yang dilakukan Trimegah saat itu adalah menjual saham emiten tersebut dengan harga diskon (cut loss). Sesudah itu, pemilik Trimegah menyuntikkan modal, hingga berhasil menghentikan 'pendarahan' akibat harga saham yang diserap mengalami penurunan.

Apakah langkah yang dilakukan Trimegah itu tepat jika diterapkan pada Bahana, Danareksa, dan Mandiri, belum tentu. Bagi ketiga sekuritas BUMN itu, opsi ketiga dengan melego saham Garuda ke investor lain bisa memperkecil kerugian.

Pemanis satu kursi direktur Garuda masih wajar mengingat porsi saham yang dijual sekitar 15%, dan kewenangan milik pemerintah selaku pemegang saham pengendali. Namun, risiko politik yang muncul dari situasi ini juga tidak bisa diabaikan.

Yang pasti, apapun opsi yang dipilih, sekuritas BUMN 'anak-anak kita juga' itu butuh keputusan cepat dari Kementerian BUMN. Kita berharap opsi yang dipilih adalah opsi terbaik, yang tidak didasarkan pada sholat istikharah atau emosi balas dendam.

(silahkan berkorespondensi dengan bambang.jatmiko@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi