Rumput hijau tetangga dan nyaris juara

Rumput tetangga lebih asri dan hijau? Jangan kuatir, karena tagihan PAM mereka jauh lebih besar. Begitu kata kawan saya bila bercerita analogi perbandingan sepak bola Indonesia dengan negara lain.

Kita boleh berharap PSSI akan lebih baik dibandingkan dengan federasi negara tetangga seperti Thailand (FAT), Malaysia (FAM), Singapura (FAS) atau asosiasi lainnya, tetapi tak perlu iri dengan perkembangan iklim sepak bola mereka.

Indonesia memiliki kompetisi sepak bola yang membuat iri negara jiran di Asean. Nyaris hampir semua pemain top Thailand, Singapura, Malaysia bermain di liga Indonesia, baik Indonesia Super League dan Liga Primer Indonesia.

Coba buka situs FIFA, di situ tertulis informasi bahwa Indonesia memiliki 7,09 juta pemain dan hanya 66.960 pemain yang terdaftar dari 83 klub. Padahal PSSI mengakui ada lebih dari 100 klub yang menjadi anggotanya.

Di level dunia, Indonesia berada di peringkat 129 dan kemungkinan berubah pada edisi 9 Maret. Di Asian Tenggara, level tersebut hanya dikalahkan Thailand yang nangkring di posisi 120.

Thailand yang di Asia berada di level 17 atau dua level di atas Indonesia, tercatat memiliki 1,3 juta pemain dan hanya 28.600 yang terdaftar di 150 klub. Negeri Gajah Putih itu boleh jawara meski belum menyamai Indonesia yang pernah di putaran final Piala Dunia 1938.

Dua pekan mendatang, Thailand akan mengukir sejarah karena menjadi tim pertama yang dijamu timnas Palestina dalam pertandingan penyisihan untuk Olimpiade London 2012. Pada 9 Maret, Palestina akan memainkan pertandingan kualifikasi internasional di dalam negeri untuk pertama kalinya.

Konflik politik, perang dan tragedi kemanusiaan membuat pertandingan kandang di Palestina ada sejarah. Palestina telah berafiliasi dengan FIFA sejak 1998. Federasi tersebut mendanai pembangunan Stadion Palestina di Ar-Ram yang dinamai Faisal Husseini. Nama seorang pemimpin Palestina di Jerusalem timur yang meninggal pada 2001.

Tim nasional Palestina telah memainkan pertandingan persahabatan melawan tim-tim internasional di stadion Palestina di Tepi Barat, Ar-Ram. Namun, pertandingan kualifikasi resmi selalu digelar di luar wilayah Palestina.

Mereka biasanya menggelar laga kandang di Jordania atau Kuwait karena situasi keamanan yang genting dan kurangnya infrastruktur yang memadai di dalam negeri.

Irak juga demikian. Namun Negeri 1001 Malam tersebut punya sejarah yang bikin iri Indonesia. Irak berulang kali dijatuhi sanksi FIFA tetapi mereka mampu tampil di Piala Dunia 1986, masuk empat besar Olimpiade 2004 dan bahkan juara Piala Asia 2007 di Senayan Jakarta.

Indonesia perlu juga cemburu bila melihat sepak bola Mesir. Di data FIFA, Negeri Piramida itu memiliki level 33 dunia dengan terdapat 3 juta lebih pemain bola di 608 klub.

Mesir memiliki prestasi tujuh kali juara Piala Afrika dan lima kali di antaranya merupakan dukungan kuat Hosni Mubarak, sang diktator yang baru saja digulingkan melalui revolusi.

Mesir, di bawah Mubarak juga mampu menjadi salah satu tim Afrika yang bermain di putaran final Piala Dunia 1990. Kala itu Mesir mampu menahan seri Belanda (1-1), Irlandia (0-0) dan hanya kalah 0-1 dari Inggris dengan gol Ian Wright.

Namun, Indonesia dan PSSI tentu tak mau sekedar berpuas diri dengan prestasi yang dikatakan mantan wapres Jusuf Kalla sebagai tim yang “Nyaris Juara” dan hanya puas menjadi runner –up di Asia Tenggara.

Biar bagaimanapun, rumput tetangga hijau karena memang dirawat dengan penuh kerja keras dan ketelatenan. Kini publik menyuarakan PSSI tak usah lagi dipimpin Nurdin Halid tetapi jangan korbankan timnas Garuda dalam ajang pertaruhan politik.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi