Meneropong Saham Danamon Sejak Desember
Pertumbuhan industri perbankan yang cukup fantastis pada tahun lalu diprediksi terus berlanjut pada tahun ini, seiring dengan tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat.
Analis Water Front Securities Isfan Helmy Asad bahkan memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan bisa naik 30% seiring dengan pertumbuhan harga komoditas dan ditopang oleh bertambahnya permintaan kredit konsumsi.
Saat ini, lanjutnya, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan berada pada kisaran 22% dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 17%.
“Prospek saham di industri perbankan masih cukup cerah hingga 2011. Memang saat ini nilai saham sudah tinggi, tetapi bisa terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan fundamental perseroan,” tegasnya.
Dia juga menilai kegiatan perbankan menerbitkan surat utang baik obligasi maupun obligasi subordinasi (subdebt) atau penerbitan saham terbatas (rights issue) merupakan langkah tepat untuk menambah permodalan perseroan.
Dengan permodalan yang memadai, perbankan dapat memenuhi tuntutan Bank Indonesia untuk lebih giat menyalurkan kredit ke masyarakat.
“CAR memang rata-rata sudah di atas 8%, hanya saja untuk meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat dibutuhkan pula permodalan yang mencukupi. Selain itu BI juga sudah memaksa perbankan untuk naikkan kredit dengan ketentuan LDR dan GWM,” ujarnya.
Hanya saja, yang masih perlu diperhatikan oleh industri perbankan adalah penyaluran kredit ke sektor produksi dan kredit usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini penting agar sebagai negara berkembang, juga disertai dengan peningkatan industri kecil.
“Perbankan harus memanfaatkan momentum ini. Namun, selain mengejar kredit konsumsi, kredit produksi dan modal kerja juga harus ditingkatkan,” jelasnya.
Sementara itu, adanya kekhawatiran bank sentral menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) karena adanya perkiraan inflasi meningkat. Isfan mengatakan hal itu tidak perlu direspons secara berlebihan. Dia juga memperkirakan kalaupun BI Rate dinaikkan tidak akan terlalu tinggi yakni pada kisaran 7%.
“Memang ada kekhawatiran BI Rate naik, tetapi kalaupun naik sepertinya hanya ke 7%. Dan itu sedikit [peningkatannya]. Saya rasa tidak ada pengaruh besar kepada industri perbankan. Jadi jangan terlalu dikhawatirkan berlebihan,” ungkapnya.
Salah satu bank yang dia direkomendasikan adalah PT Bank Danamon Tbk. Dia menilai kinerja perseroan yang terus meningkat bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor.
Saat ini harga saham perseroan berada pada level Rp6.600. Namun, Isfan memperkirakan untuk tahun depan harga saham itu bisa melonjak mencapai level Rp9.000-an.
“Bank Danamon juga cukup bagus prospeknya. Secara fundamental baik. Pendanaannya bagus dan kuat di kredit konsumsi. Permodalan juga cukup. Harga sahamnya kalau saya perkirakan bisa sampai Rp9.500 tahun depan,” katanya.
Berdasarkan riset DMG&Partners Securities, anak usaha OSK Securities, Bank Danamon membukukan laba bersih Rp770 miliar pada kuartal III.2010 atau naik 55,6% dibandingkan dengan posisi pada tahun sebelumnya.
Analis DMG&Partners Research Banks Rocky Indrawan juga menilai kinerja perseroan baik dan pertumbuhan perseroan sejalan dengan perkiraannya dan hampir menyentuh ekpektasi pasar.
“Dengan pertumbuhan tersebut, kami rasa hasilnya cukup positif dan kami naikkan target harga saham menjadi Rp7.800 dari Rp6.800,” paparnya.
Dia tidak menganggap signifikan Bank Danamon yang terkena ancaman ketentuan giro wajib minimum dengan rasio struktur pendanaan terhadap penyaluran kredit (loan to deposit ratio/LDR) mencapai lebih dari 100%, karena pertumbuhan deposito lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran kredit yakni 4,3% sedangkan pertumbuhan kredit 8,9%, dan pertumbuhan tabungan mencapai 8%.
Dia juga memprediksi seluruh kinerja keuangan Bank Danamon dapat terus membaik dilihat dari CASA yang sebesar 39,4% dibandingkan dengan rata-rata pasar sebesar 10,9%. Dan pertumbuhan kredit diperkirakan bisa naik 25%.
“Walaupun pada kuartal IV/2010 pertumbuhan kredit diprediksi melemah, pada akhir tahun bisa tumbuh 25%.”
Bank Danamon juga telah menerbitkan surat utang (obligasi) sebesar Rp2 triliun untuk mencapai target pertumbuhan kredit sekitar 20% pada 2011. Hal ini juga dipandang sebagai langkah positif untuk meningkatkan kinerja perseroan.
“Dengan perseroan menerbitkan bond, ini langkah yang baik untuk struktur pendanaan. Hingga 2012, kemungkinan pasar masih bisa terus menyerap dana,” tutupnya.
Analis Water Front Securities Isfan Helmy Asad bahkan memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan bisa naik 30% seiring dengan pertumbuhan harga komoditas dan ditopang oleh bertambahnya permintaan kredit konsumsi.
Saat ini, lanjutnya, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan berada pada kisaran 22% dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 17%.
“Prospek saham di industri perbankan masih cukup cerah hingga 2011. Memang saat ini nilai saham sudah tinggi, tetapi bisa terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan fundamental perseroan,” tegasnya.
Dia juga menilai kegiatan perbankan menerbitkan surat utang baik obligasi maupun obligasi subordinasi (subdebt) atau penerbitan saham terbatas (rights issue) merupakan langkah tepat untuk menambah permodalan perseroan.
Dengan permodalan yang memadai, perbankan dapat memenuhi tuntutan Bank Indonesia untuk lebih giat menyalurkan kredit ke masyarakat.
“CAR memang rata-rata sudah di atas 8%, hanya saja untuk meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat dibutuhkan pula permodalan yang mencukupi. Selain itu BI juga sudah memaksa perbankan untuk naikkan kredit dengan ketentuan LDR dan GWM,” ujarnya.
Hanya saja, yang masih perlu diperhatikan oleh industri perbankan adalah penyaluran kredit ke sektor produksi dan kredit usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini penting agar sebagai negara berkembang, juga disertai dengan peningkatan industri kecil.
“Perbankan harus memanfaatkan momentum ini. Namun, selain mengejar kredit konsumsi, kredit produksi dan modal kerja juga harus ditingkatkan,” jelasnya.
Sementara itu, adanya kekhawatiran bank sentral menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) karena adanya perkiraan inflasi meningkat. Isfan mengatakan hal itu tidak perlu direspons secara berlebihan. Dia juga memperkirakan kalaupun BI Rate dinaikkan tidak akan terlalu tinggi yakni pada kisaran 7%.
“Memang ada kekhawatiran BI Rate naik, tetapi kalaupun naik sepertinya hanya ke 7%. Dan itu sedikit [peningkatannya]. Saya rasa tidak ada pengaruh besar kepada industri perbankan. Jadi jangan terlalu dikhawatirkan berlebihan,” ungkapnya.
Salah satu bank yang dia direkomendasikan adalah PT Bank Danamon Tbk. Dia menilai kinerja perseroan yang terus meningkat bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor.
Saat ini harga saham perseroan berada pada level Rp6.600. Namun, Isfan memperkirakan untuk tahun depan harga saham itu bisa melonjak mencapai level Rp9.000-an.
“Bank Danamon juga cukup bagus prospeknya. Secara fundamental baik. Pendanaannya bagus dan kuat di kredit konsumsi. Permodalan juga cukup. Harga sahamnya kalau saya perkirakan bisa sampai Rp9.500 tahun depan,” katanya.
Berdasarkan riset DMG&Partners Securities, anak usaha OSK Securities, Bank Danamon membukukan laba bersih Rp770 miliar pada kuartal III.2010 atau naik 55,6% dibandingkan dengan posisi pada tahun sebelumnya.
Analis DMG&Partners Research Banks Rocky Indrawan juga menilai kinerja perseroan baik dan pertumbuhan perseroan sejalan dengan perkiraannya dan hampir menyentuh ekpektasi pasar.
“Dengan pertumbuhan tersebut, kami rasa hasilnya cukup positif dan kami naikkan target harga saham menjadi Rp7.800 dari Rp6.800,” paparnya.
Dia tidak menganggap signifikan Bank Danamon yang terkena ancaman ketentuan giro wajib minimum dengan rasio struktur pendanaan terhadap penyaluran kredit (loan to deposit ratio/LDR) mencapai lebih dari 100%, karena pertumbuhan deposito lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran kredit yakni 4,3% sedangkan pertumbuhan kredit 8,9%, dan pertumbuhan tabungan mencapai 8%.
Dia juga memprediksi seluruh kinerja keuangan Bank Danamon dapat terus membaik dilihat dari CASA yang sebesar 39,4% dibandingkan dengan rata-rata pasar sebesar 10,9%. Dan pertumbuhan kredit diperkirakan bisa naik 25%.
“Walaupun pada kuartal IV/2010 pertumbuhan kredit diprediksi melemah, pada akhir tahun bisa tumbuh 25%.”
Bank Danamon juga telah menerbitkan surat utang (obligasi) sebesar Rp2 triliun untuk mencapai target pertumbuhan kredit sekitar 20% pada 2011. Hal ini juga dipandang sebagai langkah positif untuk meningkatkan kinerja perseroan.
“Dengan perseroan menerbitkan bond, ini langkah yang baik untuk struktur pendanaan. Hingga 2012, kemungkinan pasar masih bisa terus menyerap dana,” tutupnya.
Comments