Kisah Fuad Rahmany di Bapepam-LK

Suasana di ballroom Ritz-Carlton Pacific Place pada Jumat malam itu layaknya perhelatan paparan publik emiten yang akan melakukan penawaran umum perdana saham atau obligasi.

Namun, jelas itu bukan acara biasa meski ruang paling sudut bagian timur hotel itu juga dipenuhi puluhan pelaku pasar modal dan dihadiri jajaran Bapepam-LK, self-regulatory organization (SRO), dan emiten.

Acara itu dibuka dengan kalimat Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Lily Widjaja, "If a picture paints a thousand words". Ucapan yang merujuk 20 foto berpigura Ahmad Fuad Rahmany yang dipajang di bagian lobby.

Foto-foto Fuad, yang baru diangkat menjadi Dirjen Pajak 2 pekan lalu itu, menghanyutkan setiap tamu yang hadir pada acara perpisahan yang dibayar dari kocek SRO.

Ada foto presiden SBY dan Ibu Sri Mulyani yang di-blur, demi menonjolkan sosok Fuad. Lalu ada foto hitam putih jajaran direksi SRO dan Bapepam-LK yang menonjolkan Fuad karena hanya dia yang diberikan warna.

Namun, di balik sifat 'nyeleneh' dalam pameran kecil-kecilan itu, banyak hal lain yang bisa dipahami bahwa Fuad adalah orang yang terbuka, lepas, dan tidak banyak memikirkan hal yang tidak perlu. Hal itu tercermin dari seringai Fuad yang santai, yang sama perlakuannya, baik kepada presiden ataupun kepada bawahannya.

Keterbukaan itu juga terlihat dari sikapnya kepada wartawan yang ceplas-ceplos dalam kesehariannya, sehingga kadang 'ngeri' mengutip langsung pernyataannya seperti, "Gampar saja orangnya biar kapok," atau "Memang dia penjahatnya."

Contoh kutipan terakhir bahkan pernah berbalik ke Fuad karena berperkara singkat dengan Prem Harjani yang tidak terima dianggap penjahat pasar modal.

Yang paling jelas, Fuad sangat peduli dengan wartawan yang 'mangkal' di Gedung Soemitro Djojohadikusumo. 'Demi' mereka, kantor staf ahli eselon II akhirnya disulap menjadi ruang pers di lantai dasar bagian depan kantornya yang baru direnovasi pada tahun lalu.

Penempatan ruang wartawan yang lebih lapang itu kadang diartikan mencerminkan keinginannya agar pasar modal lebih terbuka, meskipun kadang kala tidak diturunkan oleh bagian humas otoritas pasar modal dan Bursa Efek Indonesia yang sering mendapat celaan dari wartawan.

Memang banyak yang dikenang dari Fuad. Baik keberhasilan ataupun keburukan pasar modal pernah terjadi pada masanya. Catat saja, usahanya membenahi struktur sekuritas dan manajer investasi sejak akhir 2007 sudah menemui tahap akhir. Hasil evaluasi itu berhasil mencabut izin beberapa sekuritas dan belasan manajer investasi yang dianggap tidak 'perform'.

Beberapa kasus yang mencuat adalah penggelapan dana nasabah PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia, yang menyerempet ke kasus bailout PT Bank Mutiara Tbk (dulu bernama Bank Century), dan PT Optima Kharya Capital Securities-Optima Management, serta PT Sarijaya Permana Sekuritas.

Entah kebetulan atau karena evaluasi, ketiga kasus itu terungkap setelah kejatuhan pasar modal pada 2008, semua ketika Fuad menjabat.

Lalu ada reformasi di dalam tubuh Bapepam-LK, yang dulunya 'hampir semua pegawai main duit', hingga sekarang terkenal dengan kesulitannya meloloskan dokumen dari jalur belakang.

Ketua Bapepam-LK yang satu ini juga terkenal karena keseniorannya di lingkaran Kemenkeu. Dia pernah berjuang di Badan Rehabilitasi dan Rekonsiliasi Aceh (BRR). Dia juga mengembangkan hingga status Dirjen Pengelolaan Utang hingga meningkat menjadi eselon I sekaligus menciptakan dasar-dasar pasar surat utang negara (SUN) yang bisa dinikmati hingga sekarang.

Beberapa kebijakan langsungnya dalam penanganan kasus emiten juga terlihat sangar, karena terkesan stick to the rule dan tanpa kompromi. Sebut saja, kasus PT Indosat Tbk yang harus membuat Menkominfo saat itu, M. Nuh, mengeluarkan maklumat agar Qatar Telecom dapat masuk ke salah satu BUMN telekomunikasi itu pada 2008.

Selanjutnya ada perkara PT Central Proteinaprima Tbk yang harus mengulang rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) ketika ingin melakukan rights issue yang kontroversial, hasil kerja penyidikan yang mengungkap identitas pemegang saham gadungan.

Bukannya tanpa cela, Fuad juga digosipkan beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan Grup Bakrie.

Padahal, lelaki yang terkenal dengan julukan Arjuna di Bapepam-LK sudah beberapa kali memeriksa aksi korporasi grup usaha pribumi-India-Inggris itu hingga ke level pemeriksaan, hanya saja tidak pernah ada yang tahu hasilnya jika kasus tersebut tidak besar.

Arjuna, memang merupakan panggilan Fuad oleh pegawai keamanan di lingkungan Kemenkeu dan Bapepam-LK, layaknya panggilan Banteng I untuk Menkeu.

Panggilan itu juga seakan mencitrakan dirinya yang bersih dari intervensi, meskipun kerap dicap terlalu lunak dan terlalu dekat dengan dua kerabatnya di pasar modal yang hingga sekarang masih menjabat sebagai komisaris SRO.

Belum lagi gosip miring tentang apartemen yang dimilikinya saat ini, yang menimbulkan pertanyaan siapa yang memberikannya kepada Fuad, meskipun ada pihak yang telah tahu bahwa properti itu dimiliki dengan hasil mencicil dari gaji bersihnya sebagai Ketua Bapepam-LK dan komisaris di beberapa BUMN.

Lalu yang terakhir, lobinya terhadap pembentukan otoritas jasa keuangan (OJK) yang belum terealisasi hingga saat ini, yang membuat pekerjaan rumah bagi successor sementaranya, Nurhaida, menjadi lebih berat.

Memang tak cukup dituliskan kekurangan ataupun kelebihan lelaki yang namanya sering diplesetkan wartawan sebagai Fuce, 'Fuad Cemen'. Namun, malam itu juga dimanfaatkan beberapa pelaku pasar modal untuk menitipkan pesan yang intinya jangan sombong kepada kerabat lama setelah bertempat di tempat baru.

"Lebih tepatnya, kami senang ada yang lebih paham tentang pasar modal di Ditjen Pajak, sehingga tidak repot menjelaskan lagi nantinya jika kami harus menghadap beliau jika suatu saat nanti kami berkunjung ke sana," ujar Lily.

Tak hanya Ketua APEI itu, hampir semua pihak, salah satunya Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) juga menitipkan pesan yang sama terkait dengan pekerjaan rumah pajak reksa dana yang belum rampung.

Acara yang kemudian dihebohkan dengan penampilan 'solo guitar' oleh Fuad sambil melengkingkan permainan melodi plus vokal lagu 'Stairway to Heaven' yang memukau tetamu yang hadir.

Anda tak kan menyangka kalau suara Fuad lumayan merdu, yang tak kalah dengan Sri Mulyani Indrawati, memang penuh arti dan harapan.

Harapan itu khususnya terhadap penyelesaian kasus mafia pajak dan pungutan liar, yang menjadikan Gayus sebagai simbol masih bobroknya otoritas perpajakan. Yang seakan menuntut Fuad agar lebih tegas di kemudian hari, dan tidak mendapatkan panggilan Fuce lagi dari rekan pewarta di Gatot Subroto.

artikel ini terbit di Bisnis Indonesia edisi 1 Feb 2011 by (irvin.avriano@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi