Berapa nilai perdagangan Indonesia-China?

Indonesia dan China sepakat mencapai target nilai perdagangan US$50 miliar pada 2014 melalui pemanfaatan berbagai kerjasama baik di bidang perdagangan maupun investasi.

Nilai total perdagangan Indonesia-China pada 2010 mencapai US$33,8 miliar atau meningkat 50% dari total perdagangan pada 2009 sebesar US$25,59 miliar.

”Pada 2014 kami sepakat mencapai target perdagangan baru sebesar US$50 miliar. Tentunya target ini dapat tercapai dengan meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi di kedua negara,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam siaran pers hari ini.

Kesepakatan tersebut tercapai ketika Menteri Perdagangan menerima kunjungan Wakil Menteri Perdagangan China Zhong Shan di kantornya sehari sebelumnya [21 Januari].

Mari menjelaskan tren perdagangan bilateral selama lima tahun terakhir (2005-2009) antara kedua negara meningkat rata-rata 22,26% dengan tren ekspor sebesar 15,31% dan tren impor 29,43%.

China, menurut dia, merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia. Ekspor non migas Indonesia ke China pada sepanjang 2010 tercatat mencapai US$14,07 miliar dan berperan 10,85% terhadap total ekspor non migas Indonesia. Pada 2009, ekspor Indonesia ke China tercatat hanya sebesar US$8,92 miliar.

Dari segi impor, China menguasai pasar impor terbesar di Indonesia dengan nilai impor selama 2010 sebesar US$19,68 miliar dengan pangsa pasar sebesar 18,19%. Pada periode sebelumnya, impor China hanya sebesar US$13,49 miliar.

Neraca perdagangan kedua negara selama 2010 mengalami defisit untuk Indonesia sebesar US$5,61 miliar atau naik dibandingkan dengan 2009 sebesar US$4,57 miliar.

Dari segi investasi, menurut Mari, investasi China di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data BKPM menunjukkan investasi China di Indonesia pada 2006 sebesar US$31,5 juta namun tumbuh menjadi US$65,5 juta pada 2009.

Terkait ketidakseimbangan neraca perdagangan antara kedua negara, Mari mengharapkan China dapat memfasilitasi sektor-sektor Indonesia dalam meningkatkan kemampuan ekspor Indonesia ke China seperti sektor tekstil, sepatu dan alas kaki, besi dan baja maupun akses pasar atas produk sarang burung walet Indonesia.

Mendag juga menyampaikan apresiasi atas ditandatanganinya Memorandum of Understanding on Textile Cooperation in Textile and Clothing antara Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan China Chamber of Commerce for Import & Export of Textiles (CCCT).

Kerjasama tersebut, kata dia, turut berkontribusi pada besarnya angka perdagangan tekstil antara kedua negara yang mengalami peningkatan sebesar 50% pada 2010 dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada kesempatan yang sama, kedua negara juga membahas perihal preferential export buyer’s credit.

Seperti diketahui, China memberikan bantuan sebesar US$ 1,8 milliar. Hingga saat ini, kata Mari, Indonesia telah memanfaatkan dana sebesar US$507,5 juta untuk empat proyek infrastruktur yaitu jembatan Suramadu, pabrik pembangkit listrik tenaga batu bara Labuhan Angin, bendungan Jati Gede dan procurement of 1000 km track material and 200 units turn out.

Enam proyek lainnya yang telah disetujui kedua pihak adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap Parit Baru (Kalimantan Barat), Konstruksi Jalan Tol antara Medan dan Kuala Namu (Sumatera Utara), jembatan Tayan (Kalimantan Barat), pengembangan jalan tol tahap 1 (Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat) dan Jembatan Kendari (Sulawesi Tenggara).

Mari mengharapkan pemerintah China dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pemanfaatan preferential export buyer’s credit tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi