Keluarga Adikoesoemo dan AKR Corporindo

Bisnis Keluarga Adikoesoemo nampaknya kian fokus ke distribusi BBM setelah menjual sejumlah perusahaan miliknya,

Keluarga Adikoesoemo, yang memulai konglomerasinya di Indonesia sejak 1960-an dari bisnis perdagangan bahan kimia, kini telah berkembang ke berbagai lini usaha. Mulai dari lini distribusi perdagangan BBM, logistik, properti, perkebunan, dan terakhir tambang batu bara.

Kemarin, PT AKR Corporindo Tbk yang merupakan milik keluarga Adikoesoemo melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Saritanam Pratama dengan nilai sebear Rp24,75 miliar kepada PT Sorini Agro.

Direktur AKR Suresh Vembu dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia kemarin menyatakan akta jual beli transaksi tersebut ditandatangani pada 28 Januari 2011

AKR Corporindo (AKRA) menjual saham milik perseroan sebesar 2,699 juta lembar saham dalam PT Saritanam Pratama kepada Sorini Agro Asia Corporindo dan sebesar 1 lembar saham kepada PT Kencana Cipa Batja masing dengan harga Rp24,75 miliar dan Rp9.167

"Dengan demikin perseroan tidak memiliki saham dan sebagai pemegang saham dalam PT Saritaam Pratama sejakl 28 Januari," kata Suresh. Dia menambahkan transaksi penjualan saham tersebut bukan merupakan transaksi material.

AKRA yang dimiliki Keluarga Adikoesoemo juga telah melakukan divestasi PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. Divestasi Sorini, produsen sorbitol terbesar se Asia-Pasifik itu, diumumkan paruh Desember 2010.

Cargill, raksasa komoditas dan produk manufaktur asal Inggris yang mengakuisisi 68,82% saham Sorini dari AKR, juga mencaplok 16,19% saham Sorini milik UOB Kay Hian Pte Ltd.

Total nilai transaksi itu Rp2,72 triliun, dan menjadikannya sebagai transaksi divestasi saham pertama yang efektif tahun ini.

Sekitar separuh dana hasil penjualan Sorini Agro Asia Corporindo ke Cargill Inc akan digunakan untuk mendongkrak lini distribusi BBM.

Dirut PT AKR Corporindo Tbk Haryanto Adikoesoemo menyatakan dana yang disiapkan untuk memperkuat lini distribusinya itu berkisar Rp750 miliar-Rp1 triliun. Adapun divestasi 68,82% saham Sorini milik AKR ke Cargill Rp2,2 triliun.

"Kami akan membeli kapal tanker dan membangun lima unit stasiun distribusi BBM," ujar generasi kedua keluarga Adikoesoemo ini.

Lima unit stasiun BBM itu menurut rencana akan dibangun di Teluk Timbau dan Buntok Baru, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Tiga stasiun lainnya dibangun di Palembang, Sumatra Selatan; Kalimantan Timur; dan Bitung, Sulawesi Utara.

Stasiun distribusi BBM itu juga akan mendukung tambang batu bara perseroan di Muara Teweh, Barito Utara, yang sekaligus menjadi sentral distribusi batu bara dari tambang milik pihak ketiga yang berniat menggunakan jasa perusahaan.

Adapun, kapal tanker yang akan dibeli dikhususkan untuk memudahkan distribusi bahan bakar lintas pulau yang ditujukan untuk kapal nelayan. Ukuran kapal tanker yang akan dibeli itu 5.000 ton. Saat ini, perseroan baru memiliki 2 kapal tanker berkapasitas 1.000 ton dan 2.000 ton.

Bagaimana kinerja AKR Corporindo tanpa Sorini yang merupakan produsen bioetanol terbesar kedua di dunia itu?

Sejak aksi korporasi itu diumumkan pada 15 Desember 2010, secara akumulasi harga saham perseroan telah terkoreksi 7,9% dari level Rp1.770 pada saat itu ke level Rp1.630 per 12 Januari.

Penurunan harga saham itu bisa jadi merupakan respons dari investor terhadap penjualan Sorini yang sebenarnya bertujuan untuk membuat AKR Corporindo fokus pada bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM).

Namun, penurunan itu masih sejalan dengan pergerakan indeks harga gabungan (IHSG) yang juga melorot pada periode yang sama.

Analis PT Kim Eng Securities Adi N. Wicaksono menilai divestasi Sorini tidak akan menggembosi kinerja perseroan tahun ini, karena porsi pendapatan Sorini pada pendapatan AKR Corporindo hanya sebesar 14% untuk kinerja keuangan sepanjang 2010. Laba kotor Sorini juga menyumbangkan 37% terhadap laba kotor konsolidasi AKR Corporindo.

Untuk tahun ini, pendapatan perseroan masih diprediksi meningkat 12% menjadi Rp12,86 triliun dibandingkan dengan Rp11,46 triliun yang diperkirakan bisa dicapai sepanjang tahun lalu, meskipun laba usahanya diprediksi masih terkoreksi 8% ke level Rp531 miliar.

Laba bersih juga diprediksi akan meningkat 26% menjadi Rp409 miliar tahun ini, dengan penghitungan beban bunga akan berkurang setelah sejumlah utang Sorini juga ikut diboyong oleh pemilik barunya.
Namun, tanpa Sorini, kontribusi dari lini manufaktur bioethanol perseroan akan berkurang dari 19% sepanjang 2010 menjadi hanya 5% untuk tahun ini, meskipun ada porsi yang tersisa dari sumbangan Khalista Liuzhou, anak usaha lain yang lokasinya di China.

Menurut Adi, divestasi juga menguntungkan bagi AKR Corporindo karena harga jualnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga estimasi yang diperkirakannya sebesar Rp1.800 per saham. Saham Sorini dijual di level Rp3.500 per saham ke Cargill.

Dana itu diperkirakan akan disisihkan untuk dividen spesial sebesar Rp175 per lembar saham atau 30% dari total dana penjualan itu.

Dana segar setelah potongan dividen itu diperkirakan berada pada level Rp1,8 triliun, yang akan memenuhi pundi cadangan dana ekspansi atau akuisisi bagi AKR Corporindo selanjutnya, terutama pada sektor energi dan tambang yang sudah dilirik emiten itu sejak lama.

Jika tidak dimaksimalkan, dia menilai dana menganggur itu masih tetap dapat menghasilkan, bahkan jika hanya didepositokan bisa memberikan sumbangan pendapatan bunga Rp76 miliar pada akhir tahun ini.

Secara keseluruhan, dia tidak hanya menetapkan rekomendasinya pada level beli, tetapi turut meningkatkan target harga saham dari Rp1.940 sebelumnya menjadi Rp2.200. Penghitungan itu memasukkan faktor EV/EBITDA sebesar 10,8 kali pada akhir tahun ini.

Vice President Research & Analysis Valbury Securities Nico Omer Jonckheere juga memiliki target harga yang sama, naik dari rekomendasi sebelumnya Rp1.750.

Dia juga memprediksi dana menganggur perseroan dari penjualan Sorini akan digunakan untuk mendukung distribusi BBM perseroan, terutama dalam bisnis pertambangan di Kalimantan.

"Dana itu kemungkinan besar akan digunakan untuk memperbesar bisnis utamanya yaitu distribusi BBM, tetapi tidak menutup kemungkinan AKR Corporindo akan menggunakannya untuk akuisisi tambang yang sudah diniatkan sejak lama."

Dia juga memprediksi dividen spesial yang akan dibagikan perseroan akan ditetapkan pada level Rp100-Rp150.

Namun, Nico memperkirakan kinerja keuangan perseroan juga berpotensi menurun akibat kehilangan sumbangan pendapatan dari Sorini, meskipun ada potensi peningkatan dari bisnis bahan bakar yang sedang melirik pembatasan BBM bersubsidi.

Pembatasan BBM bersubsidi, seperti diprediksi Nico dan manajemen emiten, akan meningkatkan kinerja perseroan yang merupakan pemegang izin penjualan BBM bersubsidi, selain Pertamina.

Bicara soal pencapaian 9 bulan pertama 2010, saat Sorini masih di bawah payung AKR Corporindo, pendapatan perseroan naik 35,37% menjadi Rp8,53 triliun dibandingkan dengan Rp6,3 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Namun, beban pokok penjualan perseroan naik hingga 40,65%, sehingga membuat laba kotor terpangkas sebesar 5,6% menjadi Rp679,82 miliar dibandingkan dengan sebelumnya Rp720,19 miliar.

Laba operasional perseroan bahkan turun hingga 24,9% menjadi Rp320,24 miliar dibandingkan dengan sebelumnya Rp426,51 miliar, seiring dengan meningkatnya beban usaha hingga 22,44%.

Namun, pos laba bersih terselamatkan oleh laba selisih kurs yang naik hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya dan beban pajak yang turun hingga 43,57% dibandingkan dnegan posisi pada 9 bulan pertama 2009.

Laba kurs perseroan meningkat dari Rp16,91 miliar pada kuartal III/2009 menjadi Rp56,96 miliar pada kuartal III/2010, sedangkan beban pajak turun dari Rp105,37 miliar menjadi Rp58,43 miliar.
Alhasil, emiten dengan kode saham AKRA tersebut bisa mengantongi peningkatan laba bersih 17,46% menjadi Rp225,34 miliar dibandingkan dengan Rp191,84 miliar pada periode Januari-September 2009.
Kendati laba bersihnya meningkat, margin laba bersih perseroan justru turun tipis dari 0,03% menjadi 0,02%.

Penurunan margin laba bersih ini menjadi salah satu poin yang digarisbawahi oleh analis PT Valbury Asia Securities Budi Rustanto dalam risetnya yang dirilis November tahun lalu. Namun, dia menilai peningkatan laba bersih yang dibukukan oleh AKR Corporindo merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan perseroan.

"Perlu diperhatikan, penurunan margin sebagai akibat ekspansi berbagai lini bisnisnya," ujarnya dalam riset yang terbit pada 9 November 2010.

Peningkatan itu, tuturnya, dapat terlihat pada pertumbuhan indikator volume penjualan beberapa bisnis utamanya, yang mencakup jasa logistik, penyimpanan dan transportasi bahan bakar, dan tentunya masih dari bioethanol Sorini.

Untuk sektor energi dan bahan bakar, perseroan saat ini sudah memiliki beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan daerah Indonesia Timur.

Kontribusi dari lini perdagangan BBM meningkat dari 53% pada kuartal III/2009 menjadi 60% pada kuartal III/2010. Hal itu, tuturnya, kemungkinan besar disebabkan oleh ukuran pasar yang relatif besar dan permintaan yang meningkat dari sektor energi.

Menurut dia, pertumbuhan yang besar dari lini bisnis perdagangan bahan bakar masih akan menjadi katalis utama bagi peningkatan kinerja keuangan emiten yang dikomandoi oleh Haryanto Adikoesoemo itu.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi