PTBA dan China Railway

PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk meneken kontrak
engineering procurement and construction (EPC) serta kontrak operator
dan perawatan dengan China Railway Group Limited untuk pembangunan
jalur kereta api pengangkutan batu bara senilai.

Nilai kontrak untuk EPC mencapai US$1,3 miliar. Jumlah tersebut
mengalami kenaikan dari perkiraan sebelumnya sebesar US$1,02 miliar.
Sementara itu untuk operator dan perawatan selama US$3,5 miliar dalam
jangka waktu 20 tahun

Sekretaris Perusahaan PTBA Achmad Sudarto mengungkapkan proyek
dikerjakan dalam jangka waktu 4 tahun sejak dimulainya pengerjaan.

“Dalam hal ini China Railway Group Limited akan membangun jalur kereta
api untuk kapasitas angkut sebesar 27 juta ton per tahun, dan
memberikan jaminan pengangkutan kepada PTBA sebesar 25 juta ton per
tahun,” ujarnya kemarin.

Menurut Achmad, skema pendanaan berasal dari kas internal sebesar 30%
dan 70% dari pinjaman. Sejauh ini ada empat bank asal China yang siap
mendanai proyek tersebut.

Dalam proyek ini, PTBA menguasai 10% saham, China Railway Engineering
sebesar 10% dan PT Transpacific sebesar 80%.

Proyek ini sebelumnya sempat tersendat lantaran konsorsium melakukan
penghitungan ulang atas proyek yang dikerjakan. Bahkan, Kementerian
BUMN sempat mengultimatum perusahaan batu bara ini untuk mencari
partner lainnya jika proyek tidak segera dilanjutkan.

Jalur kereta api yang dibangun ini sepanjang 308 kilo meter yang
menghubungkan Bangko Tengah ke Lampung.

Terkait dengan proyek tersebut, PTBA menjajaki kemungkinan untuk
menambah kepemilikan saham dalam perusahaan patungan yang dibentuk
untuk mengelola angkutan batu bara, Transpacific Railway.

Direktur Utama PTBA Sukrisno pekan lalu menyatakan perseroan memiliki
kemampuan untuk menambah kepemilikan di perusahaan patungan itu.

“Saat ini kami memang minoritas. Ke depan kami bisa meningkatkan
kepemilikan menjadi mayoritas di perusahaan patungan itu,” ujarnya.

Saat itu Sukrisno juga menyatakan perseroan juga tidak mengalami
masalah apabila perusahaan yang selama ini menjadi parter dalam joint
venture itu memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama.

“Ada banyak perusahaan yang berminat untuk bergabung pada perusahaan
joint venture tersebut, sedangkan untuk pendanaannya masih dalam
proses penyelesaian,” lanjut Sukrisno.

Hal ini diungkapkan oleh Sukrisno menanggapi permintaan Menteri BUMN
Mustafa Abubakar yang meminta BUMN pertambangan ini mencari partner
baru jika perusahaan yang selama ini digandeng tidak bisa
merealisasikan proyek pembangunan jalur kereta api.

“Dengan mitra yang baru, diharapkan biaya pembangunan jalur kereta api
bisa ditekan, dan jalur kereta api bisa dibangun. Ada potensi yang
cukup besar pada PTBA jika jalur itu sudah dibangun,” ujarnya pekan
lalu.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi