Transaksi swap Yunani

Pemerintah Yunani benar-benar-benar berada di bawah tekanan. Selain harus memangkas defisit anggaran, mereka juga harus menerangkan transaksi swap mereka di masa lalu yang kabarnya telah mereka lakukan untuk menutupi angka defisit yang sesungguhnya.

Pekan lalu, pengawas akuntansi Uni Eropa (UE) meminta Yunani memberi penjelasan bagaimana transaksi pertukaran mata uang (currency swap) bisa mempengaruhi besaran utang dan defisit mereka. Permintaan ini muncul setelah koran-koran di Eropa menulis bahwa Yunani telah melakukan transaksi currency swap dengan 15 bank raksasa global di masa lalu.

Dengan transaksi ini, kabarnya, Yunani bisa menurunkan defisit anggaran dan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Transaksi swap tahun 2000 dan 2001 itu membuat defisit Yunani turun 0,14 persen. Sedangkan, rasio utang terhadap PDB turun dari 105,3 persen menjadi 103,7 persen atau 2,37 miliar euro (3,2 miliar dollar AS). Ini terjadi karena swap itu membuat Yunani bisa membukukan pendapatan ekstra dalam waktu cepat.

"Goldman Sachs Group Inc. adalah bank yang menjadi mitra swap Yunani paling banyak. Mencapai 1 miliar dollar AS," ujar sumber Bloomberg, kemarin. Bank-bank besar lain yang disebut-sebut melakukan transaksi serupa dengan Yunani adalah Morgan Stanley, Barclays Capital, dan Citigroup.

Tapi, Yunani telah memperoleh pembayaran dari transaksi swap jauh sebelum tahun 2008. Di tahun itu, Uni Eropa baru mengeluarkan regulasi untuk membatasi penggunaan kontrak tersebut.

Pemerintah Yunani belum bisa dimintai konfirmasi soal 15 bank tersebut. Cuma, Menteri Keuangan Yunani, beberapa waktu lalu pernah bilang, Yunani melakukan transaksi swap saat aturan pembatasan UE belum keluar. "Pemerintah tidak lagi menggunakan swap saat ini," ujarnya.

Profesor bisnis Universitas Bocconi, Italia, Cesare Conti juga menilai Yunani melakukan transaksi yang wajar. Swap memang didesain untuk menolong suatu negara mengelola utangnya.

Pimpinan Goldman Sachs Group Inc Gerald Corrigan juga bilang, tidak ada yang salah dengan transaksi yang mereka lakukan. "Memang ada penurunan utang dan defisit, tapi tak signifikan," cetus Corrigan, kemarin.

Tapi, Profesor Universitas Boston Laurence Kotlikoff menegaskan, penurunan utang dan defisit Yunani akibat transaksi itu, bukanlah angka yang kecil. "Saat suatu negara bisa mengurangi rasio utang sampai 1,5 persen dari PDB, itu berkah. Bukan hal yang sepele dilihat dari aspek mana pun," tandasnya.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi