Ultah PSSI dan ironi di atas puisi

19 April 2011, hari ini PSSI ulang tahun. Banyak masalah dalam 4 bulan terakhir yang membuat sepak bola nasional seakan menjadi ajang memperlihatkan watak asli bangsa Indonesia. Bahkan FIFA pun dibawa-bawa dalam pusaran ironi ini.

Mari kita flashback setahun lalu:

Mengelola sepak bola Indonesia itu tidak gampang dan bukan pekerjaan asal-asalan. Bebannya sangat berat dan itulah yang harus dipikul oleh pengurus PSSI.

Hal tersebut diakui Nurdin Halid dalam perayaan ulang tahun ke-80 PSSI di Hall C Arena Pekan Raya Jakarta, Senin (19/4/2010). Melalui sebuah puisi berjudul "Aku Cinta Sepak Bola", Ketua Umum PSSI itu menggambarkan susahnya mengurus sepak bola Indonesia.

Dengan kemeja warna biru, Nurdin naik ke panggung setelah penyanyi Dewi Gita membawakan sebuah lagu. Dengan nada berapi-api, Nurdin membacakan puisi sambil berjalan ke kanan atau ke kiri. Sesekali tangannya mengepalkan tangan untuk menambah tekanan pada kalimat yang dibacakannya.

"PSSI nafas dan jiwa bangsa," ucapnya membaca penggalan puisi karyanya sendiri. "Bergerak dengan semangat dan tak boleh mati. Bertarung turut dan ikhlas untuk prestasi."

Melalui puisi itu pula, Nurdin menyampaikan bahwa mengurus sepak bola nasional itu tidak gampang. "Mengurus PSSI sangat berat, menuntut dedikasi yang tinggi," bunyi sepenggal kalimat di dalamnya.

Dalam kondisi karut-marut seperti sekarang ini, sepak bola nasional perlu penanganan serius dari PSSI selaku otoritas tertinggi olahraga tersebut. Beragam cara sudah dilakukan untuk mengatasinya, termasuk menuntut reformasi dan restrukturisasi PSSI sebagaimana dimaktubkan dalam rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) akhir Maret lalu


Aku cinta sepakbola
PSSI nafas dan jiwa bangsa
Bergetar semangat tak boleh mati
Bertarung harga diri tulus dan ikhlas meraih prestasi

Usai membaca puisi, Nurdin langsung disambut tepuk tangan hadirin... entah tepuk tangan yang bermakna apa?

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi