Skip to main content

Giliran OCBC NISP versus CIMB Niaga



Persaingan usaha dalam sektor perbankan saat ini semakin ketat. Setidaknya terdapat sekitar 121 bank yang ada di Indonesia dan bersaing untuk mendapatkan kepercayaan lebih dari 200 juta penduduk.

Sebagai lembaga intermediasi yakni penyimpan dan penyalur dana masyarakat, prinsip kepercayaan dan keamanan merupakan hal paling utama yang ditawarkan bagi konsumen. Nasabah tentu akan melihat rekam jejak lembaga perbankan sebelum menaruh uangnya dalam lembaga tersebut.

Di Indonesia, perbankan dibagi atas beberapa kelompok yakni bank milik pemerintah, bank umum swasta nasional, bank pembangunan daerah, bank campuran, serta bank asing. Diantara sekian banyak bank, ada sejumlah bank umum swasta nasional yang kendali saham utamanya dipegang oleh bank asing, a.l PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Bank OCBC NISP awalnya bernama Bank NISP yang merupakan bank keempat tertua di Indonesia yang didirikan di Bandung pada 4 April 194. Bank yang fokus pada segmen usaha kecil dan menengah (UKM) itu mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak 1994.

Namun, pada akhir Juni 2010, NISP diakuisisi oleh OCBC Bank-Singapura dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali dengan memiliki 81.9% saham bank tersebut. Dengan adanya dukungan dari bank lokal tertua di Singapura itu, bank yang saat ini dipimpin oleh Parwati Surjaudaja terus mengembangkan bisnisnya.

Sementara itu, Bank CIMB Niaga awalnya bernama Bank Niaga dan didirikan pada 26 September 1955. Bank Niaga mulai mencatatkan sahamnya di BEI pada 1989. Keputusan tersebut diambil untuk meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas.

Namun, pada November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB) yang kini dikenal sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings) mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dan pada 1 November 2008, LippoBank pun secara resmi bergabung ke Bank CIMB Niaga. Dengan komposisi saat ini, bank yang dipimpin oleh Arwin Rasyid menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM, dan korporasi.

Dengan pengalaman yang cukup lama di dunia perbankan serta dukungan dari bank asing kinerja dua bank tersebut, dari sisi penyimpanan dan penyaluran dana ke masyarakat, baik Bank OCBC NISP dan Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan.

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) OCBC NISP selama 2010 naik 18,71% menjadi Rp35,85 triliun dari Rp30,2 triliun pada tahun sebelumnya, dan penyaluran kredit perseroan tumbuh 28,57% menjadi Rp27,36 triliun dari Rp21,28 triliun.

Disaat yang sama jumlah DPK CIMB Niaga juga naik 36,63% menjadi Rp117,83 triliun hingga akhir 2010 dari Rp86,24 triliun pada akhir 2009 dan penyaluran kredit tumbuh 25,26% menjadi Rp100,35 triliun dari Rp80,11 triliun.

Namun, jika melihat neraca laba rugi, khususnya pertumbuhan laba bersih kedua emiten yang masuk dalam industri perbankan itu mengalami perbedaan.

Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perseroan disebutkan pada akhir tahun lalu bank dengan kode saham NISP membukukan laba bersih sebesar Rp320,98 miliar, atau turun 26,33% dari tahun sebelumnya sebesar Rp435,86 miliar.

Sementara, bank dengan kode saham BNGA mengalami pertumbuhan laba bersih selama tahun lalu sebesar 62,82% menjadi Rp2,54 triliun dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp1,56 triliun.

Jika dilihat dari komponen neraca laba rugi Bank OCBC NISP dapat terlihat meskipun pendapatan bunga bersih perseroan naik 4,62% menjadi Rp1,81 triliun dari Rp1,73 triliun, namun pendapatan operasional perseroan turun sebesar 3,08% dari Rp496,95 miliar menjadi Rp481,63 miliar.

Salah satu faktor penurunan pendapatan itu karena laba selisih kurs perseroan berkurang 45,49% menjadi Rp70,65 miliar dari sebelumnya Rp129,62 miliar. Sementara itu beban operasional meningkat 8,03% menjadi Rp1,48 triliun dari Rp1,37 triliun. Hal ini mengakibatkan laba operasional perseroan turun tipis sebesar 0,38% menjadi Rp606,62 miliar dari Rp608,99 miliar.

Adapun peningkatan laba yang dialami oleh Bank CIMB Niaga seiring meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 19,18% menjadi Rp7,33 triliun dari Rp6,15 triliun. Pertumbuhan juga terjadi pada pendapatan operasional perseroan sebesar 5,43% dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,36 triliun.

Beban operasional perseroan juga meningkat menjadi Rp4,35 triliun dari Rp3,75 triliun. Hal ini mengakibatkan laba operasional perseroan tumbuh 51,58% menjadi Rp3,35 triliun dari Rp2,21 triliun.

Menanggapi adanya perbedaan kinerja tersebut, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan penurunan laba yang terjadi pada OCBC NISP sebenarnya lebih disebabkan adanya beban biaya penggabungan antara OCBC NISP dengan OCBC Indonesia. Sementara dari sisi kinerja lainnya cukup baik.

Untuk penyaluran kredit pun NISP menunjukkan peningkatan sehingga rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) berada pada kisaran 77,96% dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) terjaga di kisaran 2%.

Sementara, CIMB Niaga juga menunjukkan peningkatan penyaluran kredit dan LDR berada pada kisaran 88,04% dengan NPL berada pada kisaran 2,59%.

Dengan kinerja tersebut, Edwin melihat NISP tumbuh cukup baik namun lebih konservatif dibandingkan dengan BNGA. Kedepannya, Edwin mengimbau ditengah persaingan ketat industri perbankan NISP harus lebih berani mengambil risiko dengan menambah variasi debitur dan agresif menyalurkan kredit. Inovasi produk dan pelayanan pun dinantikan dari dua perbankan nasional itu.

"Kalau dilihat dari kinerja dua-duanya cukup bagus. Hanya BNG memiliki kemampuan mencetak laba lebih tinggi dari NISP. Itu juga terlihat dari LDR dan NPL yang dimiliki masing-masing bank. Saya lihat BNGA lebih agresif dibandingkan NISP," jelasnya.

Kedepannya, Edwin memperkirakan saham BNGA mampu menembus kisaran Rp1.980 per lembar saham dan NISP menembus Rp1.600 per lembar saham. dengan peregerakan saham yang cukup atraktif, Edwin pun merekomendasikan BUY untuk saham tersebut.

"Untuk jangka pendek mereka masih atraktif, tapi kami perlu melihat program atau inovasi lainnya kedepan. Dua saham ini kami rekomendasikan BUY," tutupnya.

(Please read Bisnis Indonesia Newspaper)

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...