Skip to main content

MU, lapangan bola dan Indonesia



Rasanya semua mungkin sudah tahu kalau mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla cinta olahraga sepak bola.

Kecintaan JK terhadap sepak bola memang dikenal lama. JK pernah menjabat Ketua PSM Makassar sejak 1980 - 1990. JK juga jadi pemilik klub sepak bola Makassar Utama dari 1985 - 1992. Saat kecil dia suka main bola.

Namun lantaran suatu ketika tendangannya menghancurkan kaca sebuah rumah sakit, sang ayah Haji Kalla, melarangnya bermain bola. Dia kemudian diperkenankan bermain bola, tapi harus menjaga gawang alias kiper.

"Karena itu klub sepak bola favorit saya MU. Makassar Utama," kelakar JK.

Orang tuanya, alm. Hadji Kalla, saat masih hidup, sering mengajak Jusuf Kalla untuk menyaksikan pertandingan klub kesayangannya PSM Makassar. Hal itu berlanjut hingga Kalla menjadi pengurus.

Ketika dia masih muda, Jusuf Kalla selalu menjadi kiper saat bertanding, tidak pernah menjadi penyerang.

"Saya dulu dianggap tak bisa bermain bola, jadi selalu jadi kiper saja," kata Jusuf Kalla kepada para wartawan yang tergabung dalam tim futsal Forum Komunikasi Wartawan Wapres (Forwarpres) bertemu dengan JK untuk mohon doa restu karena akan berlaga dalam turnamen futsal antar forum wartawan, suatu ketika akhir Maret 2008.

Saat itu, Jusuf Kalla memang menjadi Wakil Presiden yang bahkan sering dianggap wartawan dan publik sebagai the Real President.

Sang Wapres kala itu sempat kaget ketika disodorkan foto futsal Forwapres. "Eh, saya kira ini tim MU, habis seragamnya biru-biru," kata JK sambil membubuhkan tanda tangannya. "Wah, saya mesti tulis apa, nih? `Selamat bertanding saja`, ya," kata JK.

Nah bagaimana dengan kisruh PSSI saat ini?

Kata JK, siapapun yang menjadi Ketua PSSI saat ini memiliki beban berat, karena pecinta bola tanah air sangat mengharapkan membaiknya prestasi tim nasional Indonesia.

"Masyarakat berharap terlalu banyak. Padahal tidak ada prestasi yang didapat secara instan," ucap JK yang sekarang menjabat Ketua Palang Merah Indonesia.

JK kemudian menceritakan obrolannya dengan Ketua Palang Merah Internasional Jakob Kellenberger. Saat itu, Jakob mengatakan sulit mengembangkan bakat anak-anak Indonesia bermain sepak bola, terutama di kota-kota besar.

"Karena tidak ada tempat bagi anak-anak untuk berlari. Tidak ada lapangan. Cucu saya saja kalau pulang langsung main video games," tutur Kalla.

JK kemudian berpendapat, berlari merupakan hal penting dalam permainan sepakbola. "Hampir 87 menit dari 90 menit, pemain bola pasti berlari. Tidak sekedar berlari, tapi berlari sesuai posisi dan strategi," jelasnya.

Karena itulah, JK mengatakan lapangan sangat diperlukan, bukan hanya agar dapat bermain bola tetapi juga menjaga stamina. Menurut analisa JK, itulah alasan sepak bola berkembang di negara maju Eropa.

"Karena ada kombinasi stamina dan intelegensia. Cucu saya ada yang kuliah di Inggris, di sana dia di sekolah berasrama. Ada tujuh lapangan bola. Dalam seminggu bermain bola dua kali," cerita JK.

So, tertarik memimpin PSSI?

"Tidaklah. Saya ini kan sudah pernah menjadi Ketua PSM Makassar 20 tahun lalu," kata JK saat silaturahmi dengan wartawan di Jakarta, Rabu malam, 2 Maret 2011.

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...