Kilau Mutiara Hitam dan APBD


Sebut saja namanya Budi (bukan nama asli), gayanya berbicara still yakin.

Dengan kepercayaan diri tinggi, dia memaparkan hasil penglihatan di Internet handphonenya soal berita penggunaan APBD yang tak sesuai dalam acara pertemuan Mendagri, Menpora, KPK dan pejabat pemmda.

Dia katakan, "Contohnya 90% dana APBD digunakan untuk biayai Persipura!"

Saya hanya tersenyum geli sekaligus kasihan. Geli karena menahan ketawa dan kasihan atas keyakinan si Budi yang entah terlalu polos, sedikit tolol atau karena dia harus memakai kaca mata biar bisa melihat dengan jelas.

Bertanya ke om Google, saya tak mendapatkan link berita soal 90% APBD dan Persipura itu.

Adalah kesalahan fatal bagi seseorang yang berbicara dengan menuding tanpa akurasi fakta serta riset berdasarkan sumber yang kredibel. Tudingan seperti itu justru akan membuat orang seperti Budi ini terihat konyol.

Dia bilang 90% APBD Jayapura untuk Persipura? Saya bertaruh kepintaran si Budi ini tak terlalu tinggi dibandingkan dengan tinggi badannya untuk mengetahui Jayapura itu sebelah mana ya?

Budi mungkin tak paham benar kalau tim Mutiara Hitam Persipura itu di bawah binaan Pemerintah Kota Jayapura, sedangkan Pemerintah Kabupaten Jayapura sendiri memiliki tim Persidafon Dafonsoro alias tim Gabus Sentani. Itu saja sudah mencerminkan 2 entitas Jayapura yang berbeda.

Saya bingung dengan perhitungan 90% penggunaan APBD yang diistilahkan Budi. Karena itu, saya coba riset kecil-kecilan soal APBD Kota Jayapura.

Pada 2010, APBD Kota Jayapura sekitar Rp600 miliar dan untuk anggaran 2011 sebesar Rp680,7 miliar. kalau pakai rumus matematika sederhana, 90% dari Rp600 miliar misalnya, itu saja sudah lebih dari Rp500 miliar.

Padahal anggaran Persipura dalam 2 tahun terakhir hanya Rp10 miliar per musim kompetisi. Sepertinya matematika saya tak bisa menyamai rumus berhitung Budi, atau jangan-jangan dia salah baca?

Saya juga coba searching di Internet soal penggunaan APBD untuk Persipura. Di sana ada berita dengan komentar dari Ketua Harian Persipura, La Siya, bapak dari Camelia, salah satu kawan sekolah SMA saya yang tinggal di kawasan Tanah Hitam Abepura.

Di Tempointeraktif, La Siya mengatakan tidak benar jika tahun ini APBD Kota Jayapura tak menganggarkan dana hibah untuk Persipura. “Setahu saya tahun 2012 dana itu baru akan di stop sesuai dengan perintah dari Mendagri,” ujarnya di Jayapura, Jumat (1/4).

Sepanjang 2010, dana APBD yang dihibahkan untuk Persipura mencapai lebih dari Rp10 miliar. “Memang benar, sebagian dana yang dihibahkan melalui KONI digunakan untuk Persipura,” katanya.

Jika dana APBD tak lagi digulirkan untuk Persipura, maka manajemen dan pengurus yang lainnya akan tetap bekerja keras untuk mencari dana untuk klub tersebut.

“Paling banyak dana terserap untuk mengontrak pemain asing,” ujar La Siya. “Maka mau tidak mau nantinya, jika dana APBD ini sudah tak ada lagi, kami akan gunakan pemain lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan pemain asing,” La Siya menambahkan.

Manajemen dan pengurus Persipura menilai, tidak ada lagi dana hibah dari pemerintah akan mempengaruhi kualitas pemain. “Tidak hanya Persipura yang dana APBD nya akan di stop, tapi juga ini berlaku untuk seluruh klub di Indonesia,” ujarnya.

Pemerintah Kota Jayapura sejak awal Januari 2011 tak lagi memberikan dana APBD untuk Tim Mutiara Hitam Persipura Jayapura.

Pejabat Sementara Wali Kota Jayapura Elieser Renmaur mengatakan, penghentian dana untuk Persipura karena dana untuk olahraga sudah dianggarkan kepada KONI setempat. “Tidak hanya Persipura yang kita stop dananya. Tapi juga cabang olahraga lain,” kata Renmaur di Jayapura, Jumat (1/4).

Renmaur melanjutkan, apalagi sejak awal tahun lalu Menteri Dalam Negeri sudah menyampaikan kepada pemerintah daerah di seluruh Indonesia agar tidak boleh lagi menyediakan dana untuk cabang olahraga melalui APBD. “Kita sudah stop dana untuk Persipura, dan sampai saat ini tidak ada masalah,” ujarnya.

Apa ada korelasi penggunaan APBD dengan prestasi klub bola? Mari kita lihat prestasi tim Mutiara Hitam yang katanya tiap tahun dibiayai APBD dengan rata-rata Rp10 miliar.

Ketika kompetisi sepak bola nasional level tertinggi bernama Liga Indonesia (Ligina), Persipura menjadi juara pada 2005, lalu sedikit melorot hanya mencapai semifinal pada 2007.

Kemudian dengan kompetisi Indonesia Super League, Persipura juara pada musim 2008/2009. Lalu Mutiara Hitam menjadi runner-up di bawah Arema pada musim lalu (2009/2010).

Posisi kedua selalu ditempati Persipura di ajang Piala Indonesia (dulu bernama Coppa Indonesia) sejak 2005-2010.

Saat ini, tim asuhan pelatih Jacksen F. Tiago tersebut bertahta di puncak klasemen ISL 2010/2011 dan dibayangi Semen Padang dan Persija Jakarta.

Maknanya, dana hibah APBD tersebut memiliki peruntukan yang sebanding dengan prestasi dan di atas pencapaian tim lain termasuk Persija yang mendapatkan rata-rata hibah pemprov minimal Rp15 miliar per tahun.

Kalau sudah begitu, rasanya si Budi memang harus banyak belajar memiliki data akurat sebelum menuding dan asal tuduh. Namun, aah sudahlah... saya juga mau riset mencari data lagi.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi