Di titik jenuh kapasitas produksi


Optimisme pelaku industri properti yang tetap tinggi dalam mencapai target penjualan tahun ini bisa jadi berkorelasi positif dengan pencapaian kinerja produsen semen di Tanah Air.

Belum lagi ekspektasi pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur nasional dengan mulai adanya penyerapan anggaran oleh pemerintah daerah cukup memberikan sinyal bagi pertumbuhan industri semen.

Baru-baru ini Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan konsumsi semen nasional pada tahun ini diprediksi tumbuh 10% menjadi 44,3 juta ton dibandingkan konsumsi tahun lalu sekitar 40,3 juta ton.

Sejumlah indikasi prospek tersebut juga membawa angin segar bagi tiga emiten semen yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Semen Gresik Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk.

Selama kuartal pertama tahun ini, boleh dikatakan kinerja emiten di sektor semen dari sisi perolehan laba dan pembukuan penjualan memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan.

Indocement mencatatkan pertumbuhan laba bersih paling besar dibandingkan dengan dua emiten semen lainnya yakni PT Semen Gresik Tbk dan PT Holcim Indoncesia Tbk.

Berdasarkan data laporan keuangan yang dihimpun oleh Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU), pertumbuhan laba bersih Indocement tercatat sebesar 10,3% menjadi Rp867,52 miliar dibandingkan dengan periode sama 2010 sebesar Rp786,67 miliar dengan margin laba bersih sebesar 29,5%.

Sementara pertumbuhan laba bersih Semen Gresik tercatat sebesar 9,1% menjadi Rp884,86 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp810,89 miliar dengan margin laba bersih dengan margin laba berih 24,9%.

Adapun Holcim hanya mencatatkan pertumbuhan laba bersih 2,1% menjadi Rp209,19 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya Rp204,89 miliar dengan margin laba bersih 12,4%.

Kendati mencatatkan pertumbuhan laba bersih terendah, pertumbuhan penjualan Holcim tercatat yang paling besar yakni mencapai 22,8% menjadi Rp1,68 triliun dibandingkan periode sama 2010 sebesar Rp1,37 miliar.

Sementara Indocement berada di posisi kedua dengan pertumbuhan sebesar 15,5% menjadi Rp2,94 triliun, naik dibandingkan dengan periode sama 2010 sebesar Rp2,55 triliun.

Adapun Semen Gresik tercatat paling rendah pertumbuhan pendapatannya yaitu hanya 9,5% menjadi Rp3,55 triliun dibandingkan dengan kinerja periode sama 2010 sebesar Rp3,25 triliun.

Analis dari PT Indosurya Securities Reza Priyambada menilai Holcim merupakan satu-satunya emiten semen yang memiliki potensi pertumbuhan pendapatan yang besar karena porsi pangsa pasar Holcim saat ini masih sangat kecil dibandingkan dengan Semen Gresik dan Indocement.

"Rendahnya pertumbuhan penjualan Semen Gresik dan Indocement itu karena kapasitas produksi keduanya sudah mulai jenuh, makanya mereka bangun pabrik baru lagi sekarang," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Semen Gresik saat ini sedang membangun 2 pabrik semen baru di Tuban Jawa Timur dan Tonasa Sulawesi Selatan yang diharapkan menambah kapasitas produksi perseroan menjadi 25,5 juta ton per tahun.

Sementara Indocement sedang membangun 1 unit penggilingan semen di Citeurep berkapasitas 2 juta ton per tahun.

Saat ini, total kapasitas produksi Semen Gresik mencapai 18 juta ton per tahun dan diperkirakan meningkat menjadi 25,5 juta ton, apabila dua pabrik semen baru anak usaha perseroan yakni PT Semen Tonasa dan pabrik di Tuban tuntas dibangun. Kedua pabrik tersebut memiliki total kapasitas 5 juta ton.

Kapasitas produksi Indocement saat ini juga tidak jauh berbeda yakni 18,6 juta ton per tahun. Perseroan yang 51% sahamnya dikuasi oleh Hidelberg Cement Group asal Jerman itu menargetkan kenaikan kapasitas produksi sebesar 2 juta ton menjadi 20,6 juta ton, seiring dengan pembangunan satu unit penggilingan semen Citeureup.

Menurut Reza, untuk tetap mempertahankan kinerja pertumbuhan pendapatannya maka Holcim dituntut untuk terus memperluas distribusi semennya sembari terus meningkatkan kapasitas produksinya.

Berdasarkan kinerja keuangan per 31 Maret 2011 tersebut, Reza menilai Indocement merupakan top pick di sektor semen. "Saya cenderung memilih Indocement karena faktor efisiensinya," ujarnya.

Analis PT CIMB Securities Indonesia Lydia Toisuta, dalam risetnya yang dirilis pada 23 Maret 2011, memproyeksikan laba bersih Semen Gresik tahun ini akan mencapai Rp3,74 triliun atau tumbuh 2,8% dibandingkan dengan perolehan tahun lalu.

Laba bersih diperkirakan akan terus tumbuh menjadi Rp4 triliun pada 2012 dan Rp4,2 triliun pada 2013.
Dari sisi pendapatan, diperkirakan tumbuh 7,8% menjadi Rp15,46 triliun yang terus meningkat menjadi Rp16,69 triliun pada 2012 dan Rp18,02 triliun pada 2013, seiring beroperasinya dua pabrik semen baru di Tuban dan Tonasa.

Indocement juga mendapat penilaian positif dari Analis dari Valbury Asia Securities Budi Rustanto. Dalam risetnya per 24 Maret 2011, Budi memperkirakan laba bersih Indocement naik 16,06% menjadi Rp3,74 triliun. Laba perseroan diperkirakan akan terus tumbuh menjadi Rp4,28 triliun pada 2012 dan Rp4,89 triliun pada 2013.

Pendapatan Indocement diperkirakan tumbuh 10,78% menjadi Rp12,33 triliun pada 2011 dan terus meningkat menjadi Rp13,61 triliun pada 2012 serta Rp14,97 triliun pada 2013.

Pada perdagangan 3 Mei 2011, saham Indocement dan Semen Gresik ditutup melemah. INTP ditutup melemah 0,88% (Rp150) menjadi Rp16.950 per lembar dengan kapitalisasi pasar Rp62,40 triliun sedangkan SMGR terkoreksi 0,5% (Rp50) menjadi Rp9.500 dan berkapitalisasi pasar Rp56,35 triliun.

Sementara itu saham Holcim (SMCB) stagnan di level Rp2.225 per lembar dengan kapitalisasi Rp17,05 triliun.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi