Nilai pasar seragam dan pakaian kerja Indonesia



Pasar seragam dan pakaian kerja Indonesia diperkirakan mencapai Rp9,55 triliun sepanjang tahun ini atau 10% dari target penjualan tekstil nasional yang sebesar Rp95,5 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat mengatakan produsen lokal harus meningkatkan fokus pada pasar dalam negeri, khususnya kebutuhan seragam yang pertumbuhannya mencapai 3% - 6% per tahun.

"Indonesia adalah negara dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) paling terintegrasi di Asia Tenggara, harusnya kita bisa manfaatkan pertumbuhan pasar dalam negeri," katanya dalam pembukaan Uniform and Work Wears Fair 2011 di Kementerian Perindustrian, hari ini.

Dia menambahkan kebutuhan seragam instansi pemerintah, termasuk TNI, adalah pasar utama produsen tekstil lokal mencapai 75% dari total pasar seragam nasional.

"Nilai dan pasarnya meningkat terus. Apalagi seragam siklus pakainya bisa 6 bulan sekali sampai satu tahun sekali," kata Ade.

Kementerian Perindustrian memperkirakan nilai pasar seragam dan pakaian kerja di Indonesia berkisar antara Rp6,7 triliun - Rp9,55 triliun. Adapun penjualan tekstil tahun ini diperkirakan tumbuh 11,8% dari Rp85,4 triliun pada 2010 menjadi Rp95,5 triliun.

Menteri Perindustrian M. S. Hidayat mengingatkan fokus produsen garmen lokal yang terlalu berorientasi ekspor membuka peluang bagi produsen luar negeri mengisi pasar domestik yang tahun ini diperkirakan tumbuh 11,8%.

"Jangan karena ekspor pasar impor dilupakan, hasilnya impor garmen jadi melonjak. Padahal garmen termasuk salah satu produk kreatif yang pertumbuhan ekspornya pesat," ucap Hidayat.

Impor garmen Januari - Mei 2011, jelas Ade, melonjak hingga 36% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2010 didorong oleh pertumbuhan permintaan menjelang lebaran.

"Padahal biasanya untuk lebaran paling besar tumbuh 15%, walaupun produksi domestik juga meningkat," kata Ade.

Direktur Tekstil dan Aneka Budi Irmawan mengatakan lonjakan impor tersebut hanya angka sementara dan akan kembali normal setelah lebaran.

"Mereka antisipasi agar persediaan aman selama lebaran. Nanti kalau semua sudah terserap pertumbuhannya akan turun," kata Budi.

(please read Bisnis Indonesia daily)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh