Geliat Lippo Karawaci Mei 2011

Sebagai emiten properti dengan kapitalisasi pasar terbesar, PT Lippo Karawaci Tbk terus mengembangkan bisnisnya dengan melakukan berbagai aksi korporasi.

Belum lama ini, perusahaan di bawah Grup Lippo tersebut baru saja menuntaskan akuisisi dua perusahaan untuk memperkokoh bisnis retail malls dan asset management perseroan.

Pada 20 Mei 2011, perseroan telah menuntaskan akuisisi terhadap Lippo-Mapletree Indonesia Retail Trust (LMIRT) yang tercatat di Bursa Efek Singapura dan Lippo Mapletree Indonesia Retail Trust Management Ltd (LMIRT Mgt).

Aksi akuisisi tersebut, diperkirakan akan mendorong nilai mal dan asset management perseroan menjadi US$4 miliar atau setara Rp34 triliun dari sebelumnya US$798 juta atau sekitar Rp6,8 triliun hingga 4 tahun mendatang.

Menurut Vice President dan Head of Corporate Communication Lippo Karawaci Danang Kemayan Jati, akuisisi ini memungkinkan perseroan untuk memfasilitasi US$2 miliar aset mal-mal kepada LMIRT dalam 3 tahun ke depan.

"Ini akan menambah aset mal LMIRT yang telah dimiliki dan dibangun saat ini senilai US$798 juta menjadi US$4 miliar di bawah manajemen dalam 5 tahun," paparnya.

Dengan akuisisi tersebut, kepemilikan perseroan di LMIRT menjadi sebesar 29,5% dari sebelumnya hanya 2,26%, sementara di LMIRT Mgt menjadi 100% dari sebelumnya 60%.

Sebesar 18,2% saham LMIRT diakuisisi perseroan dari afiliasi perusahaan, Lippo Group. Sementara sisanya, sebesar 9,02% dibeli dari Mapletree LM Pte. Ltd.

Untuk pembiayaan, pada 19 Mei 2011 perseroan mengumumkan akan menerbitkan 1,45 miliar saham baru (rights issue) melalui penempatan langsung (direct placement) kepada Pacific Asia Holdings senilai Rp957 miliar atau setara dengan US$112 juta dengan harga Rp660 per saham.

Transaksi direct placement tersebut dilakukan dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 10% saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Adapun saham-saham baru yang dikeluarkan tidak akan dapat diperdagangkan untuk jangka waktu 12 bulan.

Dalam risetnya yang dipublikasikan 20 Mei 2011, analis PT CIMB Securities Indonesia Lidya Toisutta menilai keputusan perseroan untuk melakukan rights issue tanpa hak memesan efek terlebih dahulu bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat Lippo Group baru saja menambah kepemilikannya atas saham perseroan melalui pembelian kembali dari pasar.

"Ini adalah kedua kalinya dalam waktu kurang dari 12 bulan, Lippo Karawaci telah mengeluarkan saham baru di mana menimbulkan kekhawatiran akan kondisi perseroan yang overhang," tulisnya.

Lidya mengatakan tujuan perseroan menjadi pengendali dalam LMIRT adalah untuk memuluskan aksi penjualan aset komersial perseroan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini, tuturnya seharusnya dapat meningkatkan rasio laba bersih terhadap ekuitas (return to equity/ ROE) perseroan.

Dengan adanya dilusi harga saham akibat rights issue yang dilakukan perseroan, CIMB Securities mempertahankan status netral dan menurunkan target harga untuk emiten berkode LPKR ini menjadi Rp770/ saham dari sebelumnya Rp830/ saham hingga akhir tahun ini.

Sementara itu, analis PT Valbury Securities Nico Omer menilai penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu kurang menguntungkan bagi pemegang saham minoritas karena saham baru tersebut hanya akan dijual kepada investor institusi, sehingga mendilusi saham pemilik ritel.

Namun, dia mengungkapkan jika perseroan dapat menggunakan dana hasil penerbitan saham tersebut dengan maksimal dan mencetak pertumbuhan laba yang signifikan, maka pemegang saham minoritas pada akhirnya juga dapat menikmati keuntungan dari perseroan walaupun sahamnya telah terdilusi.

"Seperti kita ketahui, portofolio Lippo Karawaci juga meliputi mal dan rumah sakit, dimana potensi dari proyek rumah sakit saat ini semakin besar. Jadi diharapkan akuisisi ini benar-benar memberikan keuntungan bagi pemegang saham minoritas," ujarnya.

Analis PT Bahana Securities Natalia Sutanto dalam risetnya 23 Mei 2011 mengungkapkan selama kuartal pertama tahun ini pendapatan dari divisi rumah sakit Lippo Karawaci tercatat sebesar Rp288 miliar, naik 17% dari perolehan periode yang sama tahun lalu dan berkontribusi hampir 33% terhadap total pendapatan perseroan.

Peningkatan pendapatan tersebut, tuturnya didorong oleh pembukaan rumah sakit baru Siloam di Jambi pada Februari tahun ini. Hingga akhir tahun, dia melanjutkan perseroan akan membuka dua rumah sakit baru, yakni MRCCC di Jakarta dan Balikpapan.

"Perseroan juga akan menambahkan dua rumah sakit lagi di Tangerang dan Makassar pada 2012," paparnya.
Natalia memprediksi pendapatan divisi rumah sakit pada tahun ini akan tumbuh 34% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp1,8 triliun, didukung oleh kebutuhan rumah sakit yang meningkat dan minimnya fasilitas rumah sakit yang ada.

Dia menambahkan selama kuartal I/ 2011 penjualan dari Cikarang naik 141% dari kuartal IV/ 2010, didukung oleh produk perumahan dan kawasan industri. Pertumbuhan permintaan terhadap kawasan industri telah mendorong kenaikan harga hingga 15% di Cikarang pada tahun ini.

Pada tahun ini, Natalia menuturkan perseroan akan fokus pada penjualan kawasan industri dan perumahan mencapai Rp600 miliar. Sementara untuk bisnis apartemen, perseroan mencatat pemesanan mencapai 50% terhadap unit apartemen di St Moritz dengan harga jual Rp21 juta/ meter persegi.

"Dengan didukung oleh kontribusi dari divisi rumah sakit melalui pembukaan rumah sakit baru dalam waktu dekat, kita menaikkan target pendapatan perseroan menjadi Rp4,6 triliun pada 2012," tulisnya.

Di samping itu, Natalia mengatakan pada 2012 perseroan akan diuntungkan dengan pengakuan penjualan unit apartemen di St Moritz yang rencananya akan diserah terimakan pada awal tahun depan.

Meskipun harga saham perseroan telah melemah 13,9% selama beberapa bulan terkahir, Bahana Securities menaikkan status perseroan menjadi "Beli" dengan potensi penguatan harga saham hingga 19% pada tahun ini.

(Bisnis Indonesia, 1 Juni 2011)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi