Bank, WIR Group dan Demam Metaverse

Salah password dan harus mengurus ke kantor cabang. Itu kondisi yang saya alami dengan aplikasi mobile banking salah satu bank daerah.


(https://www.linkedin.com/pulse/metaverse-banking-industry-marco-fasc%C3%AC

Sejujurnya saya punya rekening di beberapa bank. Bukan karena saya crazy rich, tetapi karena beberapa kegiatan membutuhkan layanan bank yang berbeda.

So isi rekening saya di bank jauh di bawah batas penjaminan LPS. Dananya pun hanya keluar masuk di kisaran tanggal 25-27.

Ada tiga layanan mobile banking yang diunduh di ponsel saya. Dua milik bank pemerintah, satunya bank milik pemda. Yang terakhir ini yang error. Password salah. Saya lupa memang.

Namun, yang bikin saya malas untuk mengurusnya adalah kewajiban harus datang ke kantor kas/cabang bank tersebut hanya untuk mengatur ulang passwordnya.

Di dua bank pelat merah, sejauh ini, beberapa kali memang sempat ribet mengisi data kembali ketika reset ponsel ataupun update aplikasi. Namun, itu tidak masalah karena semuanya bisa saya lakukan tanpa harus datang dan hadir secara fisik ke kantor banknya.

Di era digital yang penuh crazy rich ini, kehadiran fisik menjadi tidak relevan untuk mendapatkan layanan yang tidak urgent.

Kita sudah mendengar konsep Metaverse. Bahkan itu bukan lagi konsep karena sudah diterapkan di dunia nyata.

Di dunia Metaverse, manusia akan masuk ke dalam dunia baru. Panca indranya akan merasakan sebuah pengalaman unik yang berbeda dari dunia fisik.

Dunia baru bukan hanya dalam 2 dimensi tetapi sudah berbentuk 3 dimensi. Replika dunia nyata yang dapat membawa manusia mendatangi berbagai tempat tanpa harus bepergian secara fisik dan tanpa terbatas dengan waktu.

Di Indonesia, pada 2021 lalu, sempat ada demam bank digital. Semuanya mengaku sebagai bank digital. Ada yang produknya yang digital, ada yang memang fully digital bank.

Inovasi IT bagi bank memang tak mudah. Tantangan terbesar adalah penyediaan dana dan SDM yang kontinyu.

Tahun ini, rasanya ada demam metaverse. Bank-bank mulai menapaki langkah ke dunia metaverse. Visinya indah, layanan baru ini dinilai akan membuat nasabah mendapatkan layanan unik di ruang virtual dari mana saja dan kapan saja.

Saya dan Anda pasti tertarik. Kapan saja, di mana saja bisa terlayani loh.

Nah, bank yang pertama yang hadir ke dalam ekosistem metaverse adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BRI boleh berbangga sebagai bank nasional pertama soal metaverse.

Bank yang tak hanya untuk wong cilik ini, sudah nota kesepahaman bersama dengan WIR Group, perusahaan berbasis teknologi Augmented Reality.

Inovasi BRI ini mengutamakan kenyamanan dan keamanan nasabah. Dengan memperkuat dua aspek itu, virtual branch BRI di Metaverse diklaim akan membawa nasabah pada pengalaman layanan yang unik.

BRI memang semakin canggih. Kinerja sektor digital BRI mencatat pertumbuhan yang menjanjikan, salah satunya ialah mobile banking BRImo.

Sampai dengan akhir 2021, BRImo itu telah digunakan oleh lebih dari 14 juta pengguna dengan laju transaksi tumbuh sebesar 66,24 persen year on year (yoy) menjadi 1,27 miliar transaksi.

Bank lain juga tak mau kalah dengan BRI. Selain BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Mandiri Tbk  juga menggandeng WIR Group untuk mengembangkan layanan perbankan Metaverse.

Bagi Y.B. Hariantono, Direktur IT & Operasi BNI, tren digital baru ini bukan sekadar untuk mengembangkan konsep mobile banking. Metaverse justru merupakan dunia virtual yang akan memberikan layanan yang berbeda dari konsep digital banking akhir-akhir ini.

“Kami akan membentuk ekosistem bisnis yang baru di dalamnya, seperti digital branch, produk digital, layanan baru, dan engagement kepada pelanggan yang attached dengan Metaverse,” kata Harianto.

Nyaris dengan alasan serupa Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, menilai kolaborasi dengan WIR Group akan memberikan warna baru khususnya dalam sektor perbankan. Bank Mandiri memandang metaverse sebagai sebuah dunia yang dirasa tepat untuk merealisasikan visi beyond banking. 

“Metaverse merupakan tempat yang ideal untuk melakukan ekspansi bisnis digital secara menyeluruh tanpa dibatasi oleh ruang fisik,” kata Darmawan dalam konferensi virtual, Rabu (16/3/2022).

Di sana, Bank Mandiri akan menggali potensi layanan perbankan, mulai dari layanan perbankan dasar seperti virtual branch hingga layanan yang bersifat beyond banking atau kualitas layanan yang semakin canggih.

Selain BRI, BNI dan Mandiri, bank yang saya nantikan kehadirannya di ranah metaverse adalah PT Bank Central Asia Tbk. BCA memang bank swasta terbesar di Indonesia. Market Capnya udah tembus Rp1.000 triliun bro.

Hera F. Haryn, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA menanggapi secara berhati-hati.

Dia bilang mereka secara berkala terus melakukan monitoring terkait perkembangan, minat dan kesiapan dari masyarakat dan pelaku pasar terkait Metaverse, serta mencermati aturan-aturan yang berlaku.

Fokus BCA saat ini adalah terus mengembangkan kapabilitas digital dalam melayani nasabah terutama untuk meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.

Pada 2021, BBCA telah meluncurkan beberapa aplikasi baru, di antaranya myBCA, haloBCA, dan merchantBCA untuk melengkapi platform digital BCA.

Sepanjang 2021, total volume transaksi digital naik 42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang tumbuh sebesar 60 persen yoy.

Hal ini selaras dengan kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16 persen yoy mencapai 29 juta di akhir 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening secara online.

Head of Research & Development Team sekaligus Chief Innovation Officer WIR Group, Jeffrey Budiman, mengatakan para nasabah akan merasakan pengalaman layanan perbankan secara imersif dan lebih nyata melalui metaverse.

Jeffrey yang pernah meraih penghargaan The Young Achiever of The Year pada tahun 2012 versi majalah CMO Asia (Singapore) ini mengatakan inovasi digital di dunia perbankan merupakan keharusan mengingat adanya perubahan perubahan perilaku konsumen yang signifikan.

“Ke depan, kita dapat memilih layanan sesuai dengan preferensi kita. Baik layanan fisik, digital, sampai mataverse sudah hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di era saat ini yang serba dinamis. Jadi yang sekaligus saya luruskan adalah bahwa metaverse bukan sekadar jual beli NFT, itu (Metaverse) adalah ruang virtual dengan pengalaman unik yang bisa menjadi tempat masyarakat mendapatkan kebutuhannya, termasuk perbankan,” ungkap Jeffrey dalam Webinar Generasi Metaverse baru-baru ini.

Menurutnya, kehadiran metaverse dinilai dapat menjadi game changer inklusi keuangan di Indonesia. Pasalnya, ruang virtual telah meruntuhkan batasan ruang dan waktu, sehingga bisa dijangkau oleh para nasabah.

Inklusi keuangan atau tingkat kemelekan orang terhadap layanan keuangan memang jadi salah satu perhatian utama dari pemerintah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan bisa tembus 90 persen pada 2024.

Tentu keberadaan meteverse ini harus direspons pula oleh OJK ataupun calon dewan komisioner OJK yang nama-namanya lagi digodok Istana sebelum dibawa ke DPR. Setidaknya regulasi tentang layanan bank di metaverse harus menjadi prioritas.

So kapan nih kita ketemuan di dunia metaverse, ngobrolin salah password?

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi