21 Nama Calon Pemimpin OJK 2022-2027

Di tengah diskusi dengan tema yang lumayan serius di Financial Hall, Graha CIMB Niaga lt 2, masuk pesan ke ponsel saya. 

“kt atur lg, usahakan sama calon2 OJK” ujar I Gede Suhendra Kepala Komunikasi Perusahaan IFG melalui layanan pesan WhatsApp. 

Pesan dari om Gede—panggilan saya kepada beliau— untuk mengajak saya dan teman-teman lain bertemu secara informal. 

Saya jawab, “Yoi om, harus tuh. Hari ini ada hasil 21 nama ya”. 

Hari itu, Senin 7 Maret 2022, Panitia Seleksi (Pansel) Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan daftar 21 nama calon untk diserahkan kepada Presiden. 

Ke-21 nama tersebut merupakan nama-nama yang lulus tahap IV, yakni tahap afirmasi atau wawancara yang dilakukan pada 2 sampai dengan 5 Maret 2022. 

Terdapat 3 nama untuk masing-masing jabatan. Nantinya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memilih dua nama tiap pos jabatan yang kemudian dibawa untuk uji kepatutan dan kelayakan oleh Komisi XI DPR.

Sebenarnya tidak ada yang mengejutkan dari 21 nama tersebut. Banyak pihak yang telah menduga nama-nama calon kuat.

Bahkan para kandidat utama tersebut sudah terujar oleh khalayak ramai ketika pengumuman 155 nama yang lolos seleksi pertama.

Nama-nama yang disaring dari awal Januari 2022 itu bersumber dari 526 orang yang mendaftar. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua Pansel menyebutkan hanya 263 orang yang menyelesaikan seluruh proses pendaftaran dan mengunci dengan kelengkapan data.  

Sebelum menjadi 21 nama, para calon anggota Dewan Komisioner itu yang ada itu kemudian disaring melalui serangkaian tahapan mulai dari kelengkapan administrasi, masukan masyarakat akan rekam jejak, pemeriksaan kesehatan lalu ditutup dengan afirmasi berupa wawancara.  

Untuk posisi calon ketua Dewan Komisioner OJK, tiga nama yang dipilih Pansel adalah Mahendra Siregar, Darwin Cyril Noerhadi dan Iskandar Simorangkir.  

Mahendra Siregar, merupakan birokrat tulen. Kariernya dibangun di Kementerian Luar Negeri sebelum kemudian dipercaya sebagai Wakil Menteri hingga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Mahendra sendiri memulai pendidikan sebagai sarjana ekonomi di Universitas Indonesia. 

Mahendra memang memiliki rekam jejak di bidang perekonomian setelah bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pertama kali pada 1986. 

Dia pernah bertugas sebagai Economic Third Secretary di Kedutaan Besar RI London selama 3 tahun hingga 1995. 

Mahendra bergabung dengan Kementerian Koordinator Perekonomian pada 2001. Dia juga pernah dipoercaya menjadi Asisten Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.

Setelah menyelesaikan S2 jurusan ekonomi di Universitas Monash Australia, dia menjadi Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional dari tahun 2005 - 2009. 

Mahendra juga pernah berkarir di dunia perbankan dengan menjabat sebagai Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank pada 2009. 

Adapun jabatan di korporasi lainnya, seperti di PT Drigantara Indonesia (2003 - 2008) dan PT Aneka Tambang (2009 - 2009) sebagai komisaris. 

Setelah itu, dia kembali ke kursi pemerintahan dengan mandat sebagai Wakil Menteri Perdagangan mendampingi Menteri Mari Elka Pangestu pada 2009 dan Wakil Menteri Keuangan di era Menteri Agus Martowardojo pada 2011 - 2013. 

Pada 2018, Mahendra ditunjuk oleh Presiden untuk menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Tak genap setahun, dia kembali ke Indonesia setelah diamanahi jabatan Wakil Menteri Luar Negeri mendampingi Menteri Retno Marsudi. 

Darwin C Noerhadi merupakan sosok yang kuat dalam firma investasi.  Saat ini dia merupakan tim pengelola sovereign wealth fund (SWF) atau firma investasi milik pemerintah Indonesia, INA. 

Dari situ Hermina Hospital, di mana Darwin termasuk salah satu komisarisnya, tertulis dia, 57 tahun, saat ini, juga menjabat sebagai Komisaris Utama (Independen) PT Mandiri Sekuritas, Komisaris (Independen) PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, dan Direktur Utama/Senior Managing Director Creador Indonesia. 

Sebelumnya, Darwin menjabat sebagai Managing Director/CFO PT Medco Energi Internasional Tbk, Partner PricewaterhouseCoopers Indonesia – Corporate Finance, Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta, Direktur Utama PT KDEI, dan Executive Director PT Danareksa. 

Mengawali karirnya sebagai Konsultan & Peneliti di Harvard Institute for International Development (HIID) – Departemen Keuangan. 

Darwin meraih gelar Doktor di bidang Strategic Management (cum laude) dari Universitas Indonesia, MBA bidang Keuangan dan Ekonomi dari University of Houston, dan Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung. 

Adapun Iskandar Simorangkir sebagai calon ketua OJK ke-3 adalah orang kepercayaan Airlangga Hartarto. 

Iskandar yang merupakan alumni Universitas Udayana ini berperan di Kantor Menko sebagai Deputi I. Bidang yang bertugas melakukan sinkronisasi dan perumusan dalam bidang ekonomi makro dan keuangan.  

Iskandar Simorangkir lahir di Binjai pada 4 Januari 1963. Dia menempuh pendidikan Sarjana pada jurusan Manajemen di Universitas Udayana. Kemudian Ia menyelesaikan pendidikan Magister pada jurusan Ekonomi Pembangunan di Vanderbilt University USA dan pendidikan Doktoral pada jurusan Ekonomi di Universitas Indonesia. 

Iskandar juga dosen pembimbing S3 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sejak 2018 sampai sekarang, serta aktif mengikuti beberapa organisasi seperti Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) (2015-sekarang) dan Dewan Editor Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (2008-sekarang). 

Iskandar ini sebenarnya memiliki DNA Bank Indonesia. Di alama berkarier di bank sentral. 

Sejak tahun 2017, Iskandar pernah menduduki posisi sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia (2014-2017), Kepala Departemen Bank Indonesia (2013-2014), Kepala Biro/Grup Riset Ekonomi Bank Indonesia (2008-2012), dan Peneliti Madya Senior Bank Indonesia (2005-2008). 

 POSISI WAKIL KETUA DK OJK

 Di posisi calon wakil ketua nama yang diserahkan kepada Presiden adalah Mirza Adityaswara, Marwanto Harjowiryono, dan Mohamad Fauzi Maulana Ichsan. 

Mirza Adityaswara, mantan Deputi Gubernur Senior BI dan Staf Ahli Menkeu Sri Mulyani yang juga alumni Universitas Indonesia.  

Pria kelahiran Surabaya pada 9 April 1965, ini pernah menduduki Komisaris Utama PT Mandiri Sekuritas pada 19 Maret 2020. 

Dilansir dari berbagai sumber, Mirza memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman karier di industri keuangan dan pemerintahan. 

Mirza kini menjabat sebagai Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).

Komisaris Utama PT Visionet Internasional (OVO), Komisaris Independen PT Sarana Menara Nusantara Tbk, serta dipercaya sebagai Tenaga Ahli Kementerian Keuangan. 

Pernah menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Periode 2013-2019, Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Dewan Komisioner di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 2010-2013. 

Direktur dan Kepala Ekonom PT Mandiri Sekuritas 2008-2010, Director, Head of Equity Research and Bank Analysis Credit Suisse Securities Indonesia 2005-2008. 

Director, Head of Securities Trading and Research di Bahana Securities 2002-2005, Director, Senior Banking Analyst untuk Indonesia dan Filipina di Indosuez WI Carr Securities Indonesia 1998-2001.

Director, Senior Banking Analyst di Deutsche Morgan Grenfell Securities 1997-1998, Assistant Director, Senior Banking Analyst di BZW Niaga Securities Indonesia 1995-1997. 

Senior Officer, Syndication Loan Department di Bank PDFCI Indonesia 1993-1994, dan Money Market and Foreign Exchange Dealer hingga Head of Credit Analyst Department Bank Sumitomo Niaga Indonesia 1989-1993. 

Mirza meraih gelar Master of Applied Finance dari Macquarie University, Australia tahun 1995 dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia tahun 1992. 

Sementara itu Marwanto Harjowiryono, merupakan pria kelahiran Yogyakarta pada 6 juni 1959. 

Marwanto meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) pada 1983 dan menamatkan pendidikan S2 di Vanderbilt University USA pada tahun 1991. Selanjutnya, gelar S3 diraihnya dari UGM pada 2009. 

Marwanto Widyaiswara dengan karir terakhir sebagai Ahli Utama BBPK Kementerian Keuangan. Sosok ini sebelumnya merupakan Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu sebelum memasuki usia pensiun.  Marwanto juga pernah menjabat Direktur Eksekutif Asian Development Bank 2009-2011. 

Boleh dikatakan Marwanto salah satu orang kepercayaan Sri Mulyani. Marwanto pernah menjabat sebagai Kepala Biro Analisa APBN sejak tahun 1998 – 2001, dan Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri tahun 2001 – 2004. 

Pada tahun 2004 ditugaskan sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat di Setjen Departemen Keuangan. 

Kemudian di tahun 2006 diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara. 

Pada kurun waktu 2007-2009 menjabat Ketua Pelaksana Harian Tim Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan. 

Pada tahun 2009- 2011 dipercaya sebagai Executive Director pada Asian Development Bank (ADB). 

Sepulangnya dari tugas di ADB, mendapat tugas sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Sejak November 2013 menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan. 

Calon yang ketiga adalah Fauzi Ihsan. 

Fauzi adalah pria kelahiran Jakarta, 27 Januari 1970. Dia anak dari Firman Ichsan, dikenal seorang fotografer, dan pelukis dan ibunya adalah Poppy Dharsono seorang desainer terkenal. 

Dirangkum dari berbagai sumber, Fauzi menyelesaikan kuliahnya di London School of Economics (LSE), University of London dan melanjutkan S2 di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge, Massachusetts, USA. 

Fauzi mengawali karier sebagai analis junior di Kementerian Keuangan pada tahun 1991. Kemudian pada 1995, ia menjadi peneliti ekonomi di Citibank Indonesia. 

Kariernya terus melesat, hingga pada 1998, Fauzi dipercaya sebagai penasihat senior di bidang ekonomi di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia. 

Fauzi pernah menjabat Direktur Pelaksana dan Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan periode 21 September 2015 hingga Januari 2020, berdasarkan Keputusan Presiden No 158/M Tahun 2015. Posisi Fauzi Ichsan kemudian digantikan oleh Lana Soelistianingsih. 

Dia juga sempat menjadi anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan menggantikan posisi Rizal Bambang Prasetijo yang sudah habis masa jabatannya. 

Saat ini, ia menjabat sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau Indonesia Financial Group (IFG), Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan. 

Adapun daftar nama calon anggota Dewan Komisioner OJK lainnya, sebagai berikut; 

Dewan Komisioner/Kepala Pengawas Perbankan OJK

Dian Ediana Rae: Mantan Ketua PPATK/Bank Indonesia (alumni universitas Padjadjaran)

Agusman: Direktur Eksekutif/Kepala Departemen Audit Internal Bank Indonesia (Universitas Andalas)

Ogi Prastomiyono: Mantan Direktur Bank Mandiri dan Inalum (Institut Pertanian Bogor).

 

Anggota Dewan Komisioner/Kepala Pengawas Pasar Modal OJK 

Hoesen: Dewan Komisioner OJK (Universitas Padjadjaran)

Inarno Djajadi: Dirut BEI (Universitas Gadjah Mada)

Doddy Zulverdi: Direktur Eksekutif/Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (Universitas Padjadjaran)

 

Anggota Dewan Komisioner/Kepala Pengawas IKNB OJK 

Pantro Pander Silitonga : Direktur BPUI dan Komisaris IFG Life (Indiana University Bloomington)

Iwan Pasila : PT Asuransi BRI Life (Institut Teknologi Bandung)

Adi Budiarso : Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan BKF Kemenkeu (Universitas Indonesia)

 

Anggota Dewan Komisioner/Ketua Dewan Audit OJK 

Hidayat Prabowo : Deputi Komisioner Audit Internal Manajemen Risiko dan Pengendalian Kualitas 

Sofia Isabella Wattimena : Executive Advisor Inalum (Universitas Gadjah Mada)

Budi Santoso : Direktur PWC Indonesia (Universitas Sebelas Maret)

 

Anggota Dewan Komisioner Bidang Perlindungan Konsumen OJK 

Friderica Widyasari Dewi: Dirut PT Danareksa BRI Sekuritas (Universitas Gadjah Mada)

Hariyadi : Direktur Eksekutif Bank Indonesia (Institut Pertanian Bogor)

Difi Johansyah : Mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Surabaya

 

https://www.youtube.com/watch?v=94lF9NQAwe0

 

 Di ujung percakapan saya dengan Om Gede, kami bercanda tapi juga gak salah kalau dibilang serius.

"Pak Pantro kudu dikawal nih,” kata saya setengah bertanya.

 “Nah itu hahaha” jawab om Gede tertawa.

 Anda punya jagoan lain? Silakan

 

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi