Pergerakan bursa saham di awal puasa Ramadhan


Korelasi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan aktivitas puasa Ramadan mungkin sulit ditemukan secara langsung. Namun, tetap saja awal puasa yang biasanya sepi juga mempengaruhi aktivitas bursa saham.

Indeks bursa dalam 4 tahun terakhir, setidaknya selama 3 hari pertama perdagangan semasa puasa, bergerak mixed dan cenderung melemah.

Pada 2008 misalnya, penutupan IHSG hari pertama puasa (1 September 2008) mencatatkan penurunan 0,06% menjadi 2.164,62 atau terkoreksi 1,32 poin. Hari kedua pun demikian, indeks tergelincir 0,26% menjadi 2.159,05. Penurunan bursa kian dalam pada hari ketiga sebesar 1,99%.

Secara volume perdagangan pun, selama 3 hari pertama puasa, jumlahnya berkurang rata-rata 1%.

Pada Ramadan 2009, kinerja IHSG boleh dikatakan lumayan membaik. Tahun itu, puasa hari pertama jatuh pada Sabtu dan pada Senin, indeks saham justru meroket 1,8% menuju level 2.375,87 dengan volume perdagangan yang melesat 38,56% menjadi 4,7 miliar lembar.

Namun, pada hari ketiga (26 Agustus 2009), perdagangan indeks yang hanya bergerak tipis 2 hari sebelumnya, akhirnya ditutup melemah 0,02% menjadi 2.380,08. Positifnya, volume perdagangan justru naik menjadi 6,7 miliar lembar dalam sehari.

Setahun kemudian, indeks saham pada Ramadan 2010 tetap memperlihatkan tren yang mencapai level baru di atas 3.000. Namun, pada hari pertama puasa, 11 Agustus 2010, indeks justru memerah 0,71% dan terkoreksi 21,84 ke level 3.035,32.

Hari kedua Ramadan 2010 pun, bursa masih juga tergelincir dengan terkoreksi 0,32% menjadi 3.025,64. Pada hari ketiga, aktivitas perdagangan yang sepi dengan volume perdagangan yang terkoreksi 13,03% (2,2 miliar lembar) justru membuat IHSG rebound 0,90% menjadi 3.053.

Bagaimana dengan tahun ini? Optimisme awal sempat menyeruak tatkala IHSG pada penutupan hari pertama yang kebetulan Senin 1 Agustus 2011, langsung melesat 1,52% atau 62,64 poin menjadi 4.193,44. Posisi yang nyaris menembus level psikologis baru 4.200.

Hari kedua Ramadan 1432 H, bursa efek Indonesia justru berbalik arah dan mencatatkan penurunan 0,37% atau 15,59 poin menjadi 4.177,85. Dan hari ketiga,(3 Agustus), IHSG akhirnya benar-benar terkapar dengan koreksi 0,99% atau 41,34 poin menjadi 4.136.

Jadi mengapa pergerakan bursa cenderung turun saat puasa Ramadan? bukankah tak ada sentimen negatif dari dalam negeri yang bisa menekan IHSG? bukankah laporan keuangan emiten yang cemerlang bisa menjadi penopang?

Analis PT Ekokapital Sekuritas Cece Ridwan menilai penurunan IHSG karena dampak dari pelemahan bursa global, tetapi dalam jangka panjang IHSG diprediksi masih bisa terus bergerak naik dan bahkan menembus level 4.400.

“Faktor eksternal tentu berpengaruh pada IHSG. Penurunan Indeks Dow Jones dan juga penurunan bursa regional mengakibatkan indeks kita melemah pagi ini. Namun IHSG masih bisa menguat karena fundamental kita masih bagus. Data inflasi terjaga, laporan keuangan emiten di semester I/2011 umumnya baik,” ujarnya.

Seperti diketahui sejumlah bursa global ditutup melemah pada 2 Agustus 2011 a.l indeks Dow Jones turun 2,19%, indeks Standard & Poor’s 500 melemah 2,56%, indeks Nikkei turun 1,81%.

Cece mengatakan penurunan indeks di Amerika terjadi karena investor berkonsentrasi pada penentuan batas utang atas Amerika dan juga data ekonomi Amerika yang turun seperti data manufaktur dan data belanja konsumen di Amerika Serikat.

Namun, Head of Research PT eTrading Securities Betrand Raynaldi menilai IHSG bergerak terkoreksi untuk menyesuaikan posisinya yang telah jenuh beli (overbought), selain karena sentimen negatif dari sejumlah bursa global.

Analis dari PT Reliance Securities, Andi Wibowo Gunawan mengatakan pelemahan IHSG hanya akan bersifat sementara dan tidak akan menembus level di bawah 4.000 karena secara teknikal belum terjadi kondisi jenuh beli (overbought). "Sedangkan kinerja laporan keuangan emiten boleh dikatakan cukup fantastis. Jadi 4.000 itu bagi saya bottom IHSG," tegasnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar investor tidak panik dalam menghadapi situasi pelemahan indeks global dan regional. "Secara teknikal dan fundamental, bursa kita masih cukup kuat terhadap sentimen negatif dari luar," tambahnya.

Saya juga percaya, bursa saham Indonesia punya fundamental yang kuat, dan pelemahan pada awal puasa memang tak sekedar hilangnya agresivitas investor.

(please read Bisnis Indonesia daily)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh