Belanja Iklan di Indonesia tembus US$2 miliar


Belanja iklan di Indonesia naik 24% pada kuartal III/2011 dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal yang sama tahun lalu, yakni mencapai lebih dari US$2 miliar.

Pertumbuhan dua digit ini didorong oleh naiknya belanja iklan di televisi (25%) dan surat kabar naik 22%, sedangkan pertumbuhan majalah cenderung stabil di 7%.

Menurut Irawati Pratignyo, Managing Director untuk Media Group di Nielsen Indonesia, pertumbuhan di kuartal III/2011 banyak disebabkan oleh kegiatan beriklan yang dilakukan selama puasa dan hari raya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap puasa dan menjelang hari raya di Indonesia, iklan kategori tertentu, seperti telekomunikasi dan makanan, serta minuman banyak ditampilkan di berbagai media.

“Dengan konsumsi konsumen selama masa tersebut, sektor manufaktur cenderung menaikkan nilai belanja iklannya untuk mendorong belanja konsumen,” katanya, 20 Desember 2011.

Dia menuturkan sektor telekomunikasi tetap menjadi pembelanja yang terbesar di kuartal III/2011, tumbuh sekitar 89% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, diikuti oleh produk perawatan rambut (naik 11%) dan belanja kategori pemerintah dan politik yang naik 27%.

Irawati menambahkan hasil analisa tersebut menunjukkan ekonomi lokal di Indonesia masih berkembang dan mampu bertahan dari guncangan eksternal

Sementara itu belanja iklan di Asia Tenggara mencatat pertumbuhan yang baik di semua media utama, lebih dari US$5 miliar pada kuartal III/2011.

Menurut analisa terbaru yang dirilis oleh perusahaan media dan informasi global, Nielsen, total belanja iklan di seluruh wilayah itu naik 3% pada kuartal III/2011 dibandingkan dengan perhitungan kuartal II/2011.

David Webb, Managing Director untuk Advertising Solution Nielsen menyatakan hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sekitar 16% dari kuartal III/2010 dan 15% dari tahun ke tahun.

“Indonesia mengalami kenaikan pertumbuhan iklan yang paling tinggi dalam belanja iklan di kuartal III tahun ini, naik 24% dibandingkan dengan kuartal III/2010, diikuti Filipina yang naik 15% dan Singapura yang naik 10%,” jelasnya.

Dia menuturkan pertumbuhan belanja iklan ditambah dengan kuatnya kepercayaan dari konsumen di wilayah-wilayah tersebut merupakan tanda-tanda yang menjanjikan bagi Asia Tenggara.

Kuatnya pertumbuhan belanja iklan di Asia Tenggara setahun belakangan ini, lanjutnya, memperlihatkan adanya kekuatan di wilayah tersebut ditengah ketidakpastian ekonomi global.

Bahkan, David menambahkan naiknya belanja iklan di negara-negara, seperti Indonesia dan Filipina memperkuat sentimen di kawasan itu bahwa ekonomi lokal masih berkembang dan mampu bertahan dari guncangan eksternal.

Menurut Nielsen’s Southeast Asia Quarterly Advertising Index 2011 itu, pertumbuhan belanja iklan di media utama dipacu oleh pembelanjaan televisi dan surat kabar.

“Belanja iklan di televisi naik 5% di kuartal III/2011 dan 17% dibandingkan dengan juartal III/2010, sedangkan surat kabar tetap pada posisi yang sama di kuartal III tahun ini dengan pertumbuhan 14% dari kuartal sebelumnya,” paparnya.

David menjelaskan iklan tentang perawatan rambut, telekomunikasi, dan pemerintahan memimpin di sektor utama yang berkontribusi dalam belanja iklan di wilayah Asia Tenggara.

Sementara itu, pemasar di wilayah ini berhadapan dengan tantangan untuk penyebaran anggaran iklan melalui platform media yang senantiasa berkembang.

“Televisi terus memperlihatkan kemampuannya dalam menjangkau massa dan perkembangan teknologi, seperti televisi berlangganan dan pergantian waktu penyiaran dapat berkontribusi menjadi daya tarik bagi televisi,” ungkapnya.

David menilai dengan memandang tahun mendatang, tantangan untuk menentukan alokasi belanja iklan akan menjadi tugas utama para pemasar dan semua media, baik tradisional dan yang baru, harus mencari cara untuk mempertahankan pemirsa/pembaca.

Anda mau beriklan?

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh