Emiten perkapalan mulai angkat sauh

Sejak diterapkannya asas cabotage, pelaku industri pelayaran nasional terutama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) gencar berekspansi.

Asas cabotage memang mewajibkan aktivitas pengangkutan batu bara dan migas di dalam negeri menggunakan kapal berbendera Indonesia.

Sejumlah industri pelayaran melakukan penetrasi melalui penambahan armada kapal baru, akuisisi perusahaan-perusahaan pelayaran hingga pembentukan perusahaan patungan.

Bukan sekedar itu, beberapa perusahaan pelayaran di Tanah Air mulai berusaha menyeimbangan rasio keuangannya melalui restrukturisasi utang-utangnya, setelah babak belur dihantam krisis keuangan global 2008.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 16 perusahaan terbuka yang masuk dalam kelompok industri transportasi, di mana sembilan di antaranya merupakan perusahaan yang bergerak di jasa pelayaran.

Langkah restrukturisasi maupun ekspansi tahun ini dinilai tepat, seiring terus meningkatnya harga komoditas seperti batu bara dan minyak bumi di pasar internasional. Kenaikan ini secara tidak langsung berdampak pada kinerja industrinya, termasuk jasa pelayaran batu bara, minyak dan gas.
Analis PT Reliance Securities Andrew Siahaan dalam risetnya baru-baru ini menyatakan persaingan usaha dalam industri jasa pelayaran terletak pada faktor seperti harga sewa, dan kualitas dan ketersediaan kapal dengan spesifikasi tertentu.

Beberapa perusahaan pelayaran tahun ini serius mengembangkan sayap usaha serta memperbaiki kinerjanya. PT Wintermar Offshore Marine Tbk, perusahaan yang baru listing perdana di BEI pada November 2010 belum lama ini mengumumkan pembentukan perusahaan baru menggandeng Lanpan Pte.Ltd dari Singapura.

Dari pembentukan perusahaan patungan (joint venture) itu, Wintermar akan menguasai secara mayoritas saham perseroan dengan kepemilikan sebesar 51%, sedangkan Lanpan menguasai 49%.

Investasi tahap awal, menurut Direktur Utama Wintermar Offshore Marine Sugiman Layanto diperkirakan mencapai US$8 juta. Sebagian besar sumber dananya, diambil dari hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada akhir tahun lalu.

Sebagai catatan, perseroan dengan kode saham WINS ini memperoleh dana segar senilai Rp328,48 miliar dari pelepasan 25% kepemilikannya kepada publik.

Sampai dengan akhir tahun lalu, Wintermar telah menggunakan 33,94% atau sekitar Rp111,49 miliar dana IPO untuk melunasi utang dan memperkuat belanja modal. Nilai utang yang dilunasi perseroan ini pada 1 Desember 2010 tercatat senilai Rp55,15 miliar.

Adapun sisa dana senilai Rp211.47 miliar akan dipakai untuk membeli 18 unit kapal baru hingga akhir 2012 mendatang.

Wintermar mengincar pertumbuhan laba bersih tahun ini antara 35%--40% dibandingkan dengan 2010 yang diperkirakan mencapai Rp300 miliar.

Selain Wintermar, perusahaan pelayaran minyak dan gas PT Rig Tenders Indonesia Tbk baru saja memperoleh persetujuan dari pemegang sahamnya untuk mengakusisi perusahaan terafiliasi serta rencana mencari pinjaman perbankan.

Rig Tenders tengah mengincar pinjaman senilai US$25 juta dari dua bank asing untuk melunasi utang kepada Oversea Chinese Banking Corporation Limited Singapura dan Rabobank International Singapura.
"Jumlah utang kami pada posisi akhir Desember 2010 senilai US$23,53 juta," kata Sekretaris Perusahaan Rig Tenders Indonesia Christian Khorigin.

Mengenai kinerja perseroan pascaakusisi ini, Christian belum merinci angka pertumbuhan pendapatan maupun pencapaian laba bersihnya.

"Nantinya akan ada perubahan yang sangat signifikan dalam pendapatan, laba bersih dan belanja modal perseroan. Mengenai ini sebaiknya diungkapkan sesudah transaksi selesai," tuturnya.

Guna memperkuat bisnis pelayarannya ini, Rig Tenders memutuskan mengambil alih 100% saham Scomi Marine Services Pte. Ltd selaku pemegang saham utama perseroan. Scomi Marine Service tercatat menguasai 80,54% saham Rig Tenders Indonesia.

Perusahaan ini memiliki sejumlah anak usaha di antaranya CH Logistics Pte Ltd, CH Ship Management Pte. Ltd, Goldship Private Limited, dan Grundtvig Marine Pte. Ltd.

Selain Wintermar dan Rig Tenders, upaya memperkuat armada angkutan juga dilakukan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. Perseroan sejak Desember 2010 mematangkan pinjaman senilai Rp150 miliar untuk mendanai perakitan kapal angkutan batu bara.

Direktur Humpuss Intermoda Transportasi Permadi Soekasah mengatakan pinjaman dengan tingkat suku bunga sekitar 12% tersebut dipakai untuk mendanai perakitan enam unit kapal pengakut batu bara dengan kapasitas 8.500 ton. Perakitan kapal itu akan dilakukan di Batam dan memakan waktu antara 6-10 bulan.
keberadaan kapal angkutan batu bara ini diharapkan mampu mengangkat pendapatan Humpuss dalam kurun waktu 2 tahun mendatang.

Melihat kinerja keuangan sepanjang Januari-September 2010, jasa angkutan batu bara Humpuss mencatat kenaikan pendapatan sebesar 14,69% atau senilai Rp87,48 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun ada juga emiten yang masih berkutat dengan penyelesaian utang yang tak lancar. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA), salah satu emiten terbesar di bidang pelayaran terus memperbaiki arus kasnya.

Bulan lalu, BLTA anak usahanya BLT Finance Corporation menyelesaikan transaksi penjualan kembali obligasi tukarnya (convertible bond) senilai US$48,8 juta atau setara dengan Rp439,2 miliar.
Pembeli obligasi tukar dengan kupon nol yang dijamin Berlian Tanker dan masa jatuh tempo 2012 ini adalah sejumlah investor pemegang obligasi itu sendiri. Bersamaan dengan penjualan itu, BLT Finance juga mengubah kontrak perjanjian obligasi tersebut.

Sepanjang tahun lalu, Berlian Laju Tanker beberapa kali mempercepat pembayaran utang, termasuk pinjaman jangka pendek senilai total US$75 juta kepada Deutsche Bank dan Standard Chartered Bank.
Langkah restrukturisasi sejumlah emiten pelayaran tersebut setidaknya memberikan angin baru. Namun tentu saja, menurut Arief Budiman, analis Phillip Securities Indonesia dalam risetnya per 6 Oktober 2010, keuntungan terbesar berasal dari penerapan asas cabotage.

Tentunya risiko utama bagi perseroan adalah potensi gearing yang tinggi dari ekspansi belanja modal yang agresif dan kebutuhan likuiditas jangka pendek untuk membayar utang.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh