Affin dan RHB Capital siap bersaing di Indonesia

Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Minat perbankan Malaysia melebarkan sayap usaha hingga ke Indonesia semakin gencar setelah Affin Bank Bhd dan RHB Capital memastikan langkah akuisisi terhadap bank di Tanah Air.

Affin Bank Bhd dari Malaysia mengumumkan akuisisi bank domestik, PT Bank Ina perdana senilai 138 juta ringgit, atau sekitar Rp390 miliar.

“Kami melihat adanya pertumbuhan yang potensial di Indonesia. Terutama posisi Bank Ina perdana sebagai bank ritel di sektor UMKM,” ujar Direktur Pelaksana dan CEO Affin Bank Datuk Zulkiflee Abbas Abdul Hamid, seperti dilansir Bernama, hari ini.

Akuisisi ini merupakan pertama kalinya Affin Bank melebarkan sayapnya ke luar negeri. Datuk Zulkiflee berkata, hal tersebut sesuai dengan rencana jangka panjang pihaknya untuk melebarkan sayap bisnis dan nilai saham.

Sinkronisasi kedua bank diharapkan menguntungkan semua pihak, serta mengangkat bisnis ke level selanjutnya.

Dengan akuisisi ini, Affin Bank akan memegang saham mayoritas, yakni 80% di PT Bank Ina Perdana yang memiliki 22 kantor cabang.

Harga akuisisi diprediksikan akan mencapai price-to-book ratio 1,69 kali. “Potensi perbankan syariah di Indonesia sangat besar. Kami memiliki kapabilitas untuk menjamin pertumbuhan, dengan melebarkan sayap di kawasan,” ujarnya.

Pada awal Januari lalu, Affin Holdings menyampaikan minatnya untuk membeli Bank Ina. Bahkan bank asal Malaysia itu mendapatkan persetujuan dari Bank Negara Malaysia untuk membeli saham bank nasional itu.

Langkah tersebut merupakan aksi korporasi yang pertama kali dilakukan di luar negeri. Rencananya bank tersebut akan dikonversi menjadi bank umum syariah dan secara lisan telah disampaikan manajemen kepada pejabat Bank Indonesia.

Di sisi lain, RHB Capital, pemodal asal Malaysia, akan mengajukan kendaraan baru (special purpose vehicle/SPV), setelah Bank Indonesia menolak perusahaan yang dipakai untuk akuisisi PT Bank Mestika Dharma.

Direktur Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia (BI) Joni Swastanto mengatakan pihaknya masih memberi kesempatan pada RHB Capital untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan bank sentral.

Menurut dia, BI meminta pihak RHB Capital mengganti SPV yang digunakan untuk mengakusisi Bank Mestika, karena perusahaan tersebut belum berumur tiga tahun. Hal itu, sambungnya, tak sesuai dengan syarat akuisisi sebuah bank.

“RHB Capital itu memakai unit usahanya untuk melakukan akusisisi, mereka membentuk perusahaan investasi ke luar negeri yang berbentuK SPV itu. Karena belum ada 3 tahun umurnya, kami tidak mau," jelasnya baru-baru ini.

RHB Capital, bank terbesar keempat di Malaysia, pada Oktober 2009 mengumumkan akuisisi 80% Bank Mestika senilai 1,16 miliar ringgit atau sekitar Rp3,3 triliun.

RHB Capital Bhd membeli saham Bank Mestika melalui pemilik saham mayoritas bank ini sebesar 99,95%, PT Mestika Benua Mas. RHB Capital juga memiliki opsi untuk membeli sampai 9% lagi saham Bank Mestika.

Dalam aksi akusisi itu, RHB juga menerbitkan saham baru atau rights issue sebanyak 361 juta lembar saham pada harga 3,60 ringgit per lembar. Total dana segar yang akan diraup dari emisi saham baru ini sekitar 1,3 miliar ringgit untuk pembiayaan akuisisi.

Bank terbesar keempat di Malaysia itu, menjadi investor asal negeri jiran ketiga yang masuk ke pasar perbankan di Indonesia

Bank-bank yang bermodal cekak rata-rata mulai menawarkan kepada investor karena terkait dengan kebijakan Bank Indonesia mengenai modal minimal sebesar Rp100 miliar yang berakhir pada tahun ini. Bank akan dibatasi beroperasional apabila tidak memenuhi modal tersebut. (faa)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi