Tax holiday untuk food estate
Pemerintah tengah mempertimbangkan pemberian fasilitas penangguhan pembayaran pajak (tax holliday) bagi penanam modal baru di Merauke, Papua sejalan dengan rencana pembangunan food estate.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan ada dua opsi pendanaan pembangunan food estate di Merauke, yakni bisa sebagian menggunakan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan anggaran daerah
(APBD) atau mengandalkan pendanaan penuh dari swasta dengan memberikan insentif berupa tax holliday. Sejauh ini, menurutnya, sudah investor swasta yang berminat untuk masuk ke Merauke dengan nilai investasi sebesar US$2,5 miliar, tetapi yang bersangkutan meminta diberikan tax holliday.
“Dimungkinkan ada insentif pajak dan sebagainya. Ini kan tentu akan kita pelajari respon Menkeu bagaimana. Sementara kita akan membahas yang menyangkut infrastruktur, tata ruang, dan lain-lain,” jelas dia usai menggelar rapat koordinator tingkat menteri di kantornya, hari ini.
Menurutnya, Merauke merupakan lokasi yang sangat memungkinkan untuk dijadikan kawasan pangan berskala luas (food estate). Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dibenahi di sana, a.l. terkait pemilahan
lahan tak terpakai yang cocok dengan melakukan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang ketat seiring dengan target emisi 26%.
“Jangan sampai ada hutan lindung atau hutan konversi yang terkena. Betul-betul kita manfaatkan lahan yang tidak terpakai,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, rencananya food estate di Merauke akan diluncurkan secara resmi oleh pemerintah pada 12-13 Februari. Namun, Hatta mengataka saat ini masih perlu dilakukan pematangan konsep dan
sosialisasi terkait pembangunan food estate di Merauke agar tidak terulang kasus seperti di Kalimantan Tengah yang salah menganalisa jenis lahan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi memperkirakan pengembangan food estate di Merauke memerlukan investasi sekitar Rp50-Rp60 triliun. Kabar terakhir sudah ada 36 investor asing maupun dalam negeri yang siap untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut, tetapi masih mempertanyakanj kesiapan infrastruktur pendukungnya, seperti pelabuhan, pasar, jalan, energi, dan pergudangan.
“Ada 36 investor yang siap masuk, terutama dari dalam negeri sedangkan 28 investor sisanya asing, a.l. dari Timur Tengah, Jepang, Brazil, Amerika Serikat, dan Eropa untuk pengembangan lahan padi, tebu,
kedelai, dan lain-lain,” ujarnya baru-baru ini.
Bayu mengatakan komoditas yang paling cocok untuk ditanam di Merauke adalah tebu dan padi, selebihnya kedelai dan jagung bisa ditanam pada musim kering. Potensi lahan yang bisa disediakan oleh Merauke bisa mencapai minimal 1,2 juta hektare dalam waktu panjang dan saat ini sudah ada 500 ribu hektare yang sudah siap ditanami.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan ada dua opsi pendanaan pembangunan food estate di Merauke, yakni bisa sebagian menggunakan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan anggaran daerah
(APBD) atau mengandalkan pendanaan penuh dari swasta dengan memberikan insentif berupa tax holliday. Sejauh ini, menurutnya, sudah investor swasta yang berminat untuk masuk ke Merauke dengan nilai investasi sebesar US$2,5 miliar, tetapi yang bersangkutan meminta diberikan tax holliday.
“Dimungkinkan ada insentif pajak dan sebagainya. Ini kan tentu akan kita pelajari respon Menkeu bagaimana. Sementara kita akan membahas yang menyangkut infrastruktur, tata ruang, dan lain-lain,” jelas dia usai menggelar rapat koordinator tingkat menteri di kantornya, hari ini.
Menurutnya, Merauke merupakan lokasi yang sangat memungkinkan untuk dijadikan kawasan pangan berskala luas (food estate). Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dibenahi di sana, a.l. terkait pemilahan
lahan tak terpakai yang cocok dengan melakukan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang ketat seiring dengan target emisi 26%.
“Jangan sampai ada hutan lindung atau hutan konversi yang terkena. Betul-betul kita manfaatkan lahan yang tidak terpakai,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, rencananya food estate di Merauke akan diluncurkan secara resmi oleh pemerintah pada 12-13 Februari. Namun, Hatta mengataka saat ini masih perlu dilakukan pematangan konsep dan
sosialisasi terkait pembangunan food estate di Merauke agar tidak terulang kasus seperti di Kalimantan Tengah yang salah menganalisa jenis lahan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi memperkirakan pengembangan food estate di Merauke memerlukan investasi sekitar Rp50-Rp60 triliun. Kabar terakhir sudah ada 36 investor asing maupun dalam negeri yang siap untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut, tetapi masih mempertanyakanj kesiapan infrastruktur pendukungnya, seperti pelabuhan, pasar, jalan, energi, dan pergudangan.
“Ada 36 investor yang siap masuk, terutama dari dalam negeri sedangkan 28 investor sisanya asing, a.l. dari Timur Tengah, Jepang, Brazil, Amerika Serikat, dan Eropa untuk pengembangan lahan padi, tebu,
kedelai, dan lain-lain,” ujarnya baru-baru ini.
Bayu mengatakan komoditas yang paling cocok untuk ditanam di Merauke adalah tebu dan padi, selebihnya kedelai dan jagung bisa ditanam pada musim kering. Potensi lahan yang bisa disediakan oleh Merauke bisa mencapai minimal 1,2 juta hektare dalam waktu panjang dan saat ini sudah ada 500 ribu hektare yang sudah siap ditanami.
Comments