BLTA dan asas cabotage yang bikin untung

Berlian Laju Tanker saat ini telah menjadi salah satu spesialis terkemuka di dunia, dalam jasa transportasi kargo bahan cair, baik zat kimia, minyak maupun gas. Tak hanya itu, perseroan juga terbesar keempat di dunia sebagai operator kargo kimia.

Secara resmi, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mulai berdiri per 12 Maret 1981 . dengan nama PT Bhaita Laju Tanker. Nama Berlian Laju Tanker sendiri baru dipakai BLT pada per 5 September 1988, yang digunakan hingga saat sekarang.

Perseroan saat ini mengoperasikan 93 tanker yang terdiri dari 63 tanker kimir, 14 tanker minyak, 15 tanker gas dan 1 FPSO (Floating Production Storage and Offloading). FPSO adalah sebuah fasilitas terapung berbentuk kapal yang dioperasikan di suatu ladang minyak dan gas di lepas pantai.

Sebanyak 32,6% pendapatannya berasal dari kontribusi klien di Asia Tenggara selain Indonesia, lalu Asia utara (18,5%), Amerika (16,5%), Timur Tengah dan India (15,6%), Indonesia (8,5%), Eropa dan lainnya (8,3%) selama semester I/2010. Perseroan memiliki klien yang beragam mulai Exxon Mobile, Shell, Mitsui, Unipec hingga grup Pertamina.

”Kami percaya BLTA secara bertahap akan mendapatkan limpahan keuntungan dari penerapan asas cabotage,” kata Arief Budiman, analis Phillip Securities Indonesia dalam risetnya per 6 Oktober 2010.

Cabotage merupakan suatu prinsip penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk pelayaran domestik yang membawa kargo minyak, gas dan cairan lainnya.

Peraturan ini juga mengharuskan impor yang dilakukan perusahaan milik negara (BUMN) termasuk Pertamina, wajib menggunakan kapal yang dimiliki oleh entitas Indonesia.

Pertamina saat ini membelanjakan sekitar US$ 400 juta per tahun untuk menyewa
lebih dari 100 kapal, yang sebanyak 75% di antaranya adalah kapal berbendera asing.

Peluang pasar dalam negeri berlimpah itu setidaknya terlihat dari fakta bahwa perseroan baru-baru ini mendapatkan kontrak senilai US$90 juta dari Pertamina untuk penyediaan kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) untuk pengiriman gas di Indonesia.
Selain itu, perseroan juga meraih kontrak US$81 juta dari Kangean Energy penyediaan layanan FPSO di ladang minyak Pagerungan Utara.

Manajemen menyewakan fasilitas VLGC dan FPSO tersebut dengan tarif harian sebesar US$35.000 dan US$18.000, yang umumnya akan menghasilkan internal rate of return (IRR) 40%-45% dari kontrak tersebut dan akan menolong untuk mendongkrak keuntungan sebelum beban bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi pada 2011 sekitar 12%-15%.

Tarif penggunaan tanker kimia telah tertekan sejak awal 2009 meskipun ada harapan pemulihan singkat pada tahun ini. Volume perdagangan dunia diperkirakan akan kembali pulih dan lepas dari krisis pada 2011 dan seterusnya.

Menurut riset IMS tentang layanan kapal tanker, jumlah armada akan mengalami pertumbuhan bersih 5% pada 2011 sedangkan permintaan akan melompat sebesar 6,6%.
Pada 2012 pertumbuhan armada bersih juga akan naik 3% dan perkiraan pertumbuhan permintaan kapal tanker kimia akan mencapai sebesar 6,7%.

Perkiraan pertumbuhan permintaan ini didasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan volume positif di tahun-tahun mendatang akan lebih meningkat dengan lebih lamanya durasi dan jarak perdagangan.

Sebagai contoh, tarif kapal tanker jarak menengah dari US$10.000 sampai US$12.500 perhari pada kuartal IV/2010, menjadi rata-rata US$ 17.400 pada 2011 dan tarif diperkirakan tumbuh hingga US$22.200 pada 2012.

Valuasi naik

Nilai aktiva bersih (NAB) Berlian Laju mengindikasikan valuasi perseroaan sebesar Rp675 per lembar saham atau melonjak dua kali lipat dari harga terkini.

Selain itu, saham BLTA diperdagangkan lebih menarik dengan sejumlah valuasi 2010 yang mengacu pada price to earning ratio (PER/rasio harga saham terhadap laba per saham) 6,7 kali dan price to book value (PBV/ rasio harga saham terhadap nilai buku per saham) 0,5 kali.

Saham BLTA sebenarnya telah underperformed 95% sejak awal tahun yang terutama terkait dengan rencana rights issue baru-baru ini, meskipun kemudian mulai pulih dengan selesainya proses penggalangan dana tersebut.

Perseroan diketahui juga berencana melakukan IPO salah satu unit usahanya pada Januari-Februari 2011 untuk mengumpulkan dana bagi rencana ekspansi pasar domestik terutama bisnis FPSO.

Perseroan tengah berpartisipasi dalam 5 tender kontrak terkait dengan rencana perubahan 14 kapal FSO ((Floating Storage and Offloading) ataupun FPSO yang berbendara asing dan berlaku mulai 2011.

Arief Budiman menyebutkan risiko utama bagi perseroan adalah potensi gearing yang tinggi dari ekspansi belanja modal yang agresif dan kebutuhan likuiditas jangka pendek untuk membayar utang.

Baru-baru ini, peringkat obligasi Berlian Laju dikoreksi oleh Standard & Poor's Ratings Services (S&P) dari level B ke level B- dengan prospek peringkat berimplikasi negatif karena ruang kovenan yang menyempit.

Peringkat utang berdenominasi dolar AS perusahaan perkapalan itu juga dikoreksi ke level CCC dari level CCC+.

Hal itu mencakup obligasi senilai US$400 juta yang akan jatuh tempo pada 2014 dan US$125 juta obligasi tukar (convertible bond) yang jatuh tempo pada 2012. Kedua obligasi itu diterbitkan oleh anak usaha Berlian Tanker, BLT Finance BV.

“Koreksi peringkat BLT disebabkan oleh leverage perseroan dan likuiditasnya yang lemah,” ujar credit analyst S&P Manuel Guerena pada akhir Agustus.

S&P menilai leverage perseroan tidak membaik dan likuiditas masih lemah meskipun perseroan sudah melakukan beberapa aksi korporasi yang berhasil menghimpun dana sebesar US$730 juta sejak 2009. Aksi korporasi itu membuat ketatnya kapasitas pertumbuhan arus kas dan belanja modal yang besar.

Guerena menuturkan penempatan prospek peringkat perusahaan pada level negatif disebabkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) perseroan yang hampir melanggar kovenan perjanjian obligasi perseroan.

Tahun ini perseroan mempercepat pembayaran utang jangka pendek senilai total US$75 juta kepada Deutsche Bank dan Standard Chartered Bank yang dilakukan pada Juli
Dengan percepatan pembayaran itu, total utang jangka pendek perseroan turun jadi US$31,31 juta dari posisi Juni, US$106,31 juta.

Adapun, utang jangka panjang perseroan masih US$780,74 juta, obligasi US$146,58 juta, dan wesel bayar US$273,9 juta. Totalnya, US$1,23 miliar. Dalam periode yang sama, ekuitas perseroan tercatat US$725,13 juta dengan aset lancar US$377,6 juta.

Sepanjang paruh pertama 2010, Berlian Tanker mencatat laba bersih US$24,49 juta, tumbuh 114,17% dari rugi bersih US$172,79 juta. Capaian ini terutama didorong surplus revaluasi US$82,69 juta. Pada semester I/2009, pos tersebut minus US$165,54 juta.

Namun, dari sisi operasional, pendapatan usahanya hanya naik tipis 7,85% dari US$305,67 juta menjadi US$329,66 juta, dengan kenaikan beban langsung atau biaya pokok pendapatan 14,71% dari US$223,79 juta menjadi US$256,7 juta.

(fahmi.achmad@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh