maksi

Mata dan gerak tubuhnya emosional. Itu memang ciri khasnya yang rasanya tak berubah tergambar di buku sekolah, koran, majalah, tv, ataupun ocehan orang.

"Saya kalo bicara emang emosional, tapi otak saya tenang dan sistematis. Banyak lho orang yang berbicara tenang tapi otaknya emosi," tutur BJ Habibie, mantan presiden RI, di tv milik ketua pembina golkar.

Habibie orang yang optimistis. Panas bumi or geothermal bisa dimanfaatkan untuk proyek padat karya en kurangi pengangguran.
"asal konsisten dan negara ini harus punya GBHN garis besar haluan negara" ujarnya.

Tak hanya negara, seseorang juga butuh rencana yang runtut, jelas sistematis dan tak sekedar kata target atau resolusi 1 januari..."tahun ini gw harus menikah.

Habibie meski dia mantan presiden dan orang pintar, tapi punya asa sederhana yang sama dengan saya ataupun anda. Selalu berharap hari esok jauh lebih baik dari sekarang.

Karib saya bahkan punya niat spesifik. "gw pengen kandidatnya harus pintar n mampu survive, gw gak liat fisik deh."

Atau mau kawan saya lainnya yang bilang, "gw cuma mau hidup bahagia ama dia, en mati masuk surga."

Banyak cara menuju milan, florence atau london. Mau pakai akal, fantasi atau dengerin lagunya changchuter.

Kalo kata Habibie, kita harus konsisten dan tergantung kemauan.
Namun, bagi karib saya yang cantik itu, "ini kemauan nyokap sih gw harus tahun ini menikah."

"Ya.. Kalo gitu harus konsisten," ujar saya sekenanya.

"Tapi gimana dong, selalu yang gw pilih pasti salah. Gw takut kali ini salah pilih lagi," tanya si cantik.

Di dalam hati, saya teriak, "mumpung ada kesempatan memilih, ya pilih aja yang kamu suka!".

"Tapi gw mau yang seperti elo," sergah sang perempuan seakan hati gw transparan terbaca.

Guubbraaak.. Setan di sudut otak saya pun terperanjat.

Gila, bermain perasaan ternyata susah dan tak seoptimis Habibie. Mendingan gw contreng aja para calon badut.

Salam@faa 9 april

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi