The Pearl dan Jempol Besar di Doha


Negara-negara teluk Arab kini semakin mendunia. Status sebagai negara-negara kaya membuat kehidupannya semakin modern. Mereka pun jadi tujuan destinasi.  

Jika Arab Saudi jadi destinasi religi, Uni Emirat Arab dengan Dubai dan Abu Dhabi untuk berbisnis, Qatar dengan Doha pun kini menyeruak merebut perhatian para pelancong dunia.  Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Doha menjadi magnet bagi lebih dari 1,2 juta orang untuk datang ke Qatar. 

Saya mendapatkan kesempatan bersama Indika Group ke Doha untuk menonton Piala Dunia 2022, baik partai perebutan juara III antara Kroasia dan Maroko, dan partai puncak yaitu final antara Argentina versus Prancis. 

Ketika mendarat di Bandara Internasional Hamad, Jumat 16 Desember 2022, nuansa modern langsung terlihat. Layanan keimigrasian begitu cepat berkat mesin pengecek paspor yang berfungsi dengan sangat baik. 

Anda tak perlu khawatir dengan visa sebagai dokumen izin masuk suatu negara. Indonesia termasuk dalam daftar negara bebas visa oleh pemerintah Qatar. Tentu saja ini akan memudahkan kita jika ingin traveling ke Qatar. 

Di bandara, aroma sepakbola juga begitu kental. Nyaris semua display di toko-toko di bandara itu punya barang yang bernuansa sepakbola dan piala dunia. Sayangnya saat itu saya tak mendapati jersey Prancis, Argentina, Maroko dan Kroasia. Semua jersey ludes terjual, kecuali seragam timnas Qatar. 

Dalam perjalanan menuju hotel Wyndham Grand Doha West Bay, kami melewati Stadion 974 yang sedang dibongkar atau didekonstruksi. 

Stadion yang unik karena menggunakan nama angka ini dibangun menggunakan 974 buah kontainer pengiriman baja bekas yang dimodifikasi dan rangka baja modular, yang mencerminkan sejarah maritim Qatar. 

Dengan konstruksinya menggunakan kontainer, Stadion 974 pun menjadi stadion pertama dalam sejarah Piala Dunia FIFA yang bisa didekonstruksi atau ditata ulang. Kabarnya, kontainer-kontainer itu dikirim dan digunakan kembali di negara lain. 

Bukan kebetulan juga bahwa stadion yang terletak dekat dengan Bandara Internasional Hamad, Bandara Doha dan Pelabuhan Doha tersebut menggunakan angka 974, karena itu merupakan kode panggilan internasional Qatar. 

Selepas menyegarkan diri di hotel, kami pergi ke Hayya Service Center di Doha Exhibition & Convention Center. Lokasinya tak sampai 1 km dari hotel tempat kami menginap. Di situ, saya mencetak Hayya Card, yang datanya sudah didaftarkan sebelum berangkat ke Qatar. 

Hayya Card adalah kartu berisi dokumen pribadi pengganti visa yang wajib dimiliki setiap orang yang hendak menonton pertandingan Piala Dunia 2022 secara langsung ke stadion 

Pemerintah Qatar memang mewajibkan kepada seluruh penonton Piala Dunia 2022 untuk memiliki Hayya Card. Syarat dokumen yang dibutuhkan dan cara mendapatkan Hayya Card tidaklah sulit. 

Selain akses masuk ke dalam stadion, para pemegang kartu ini memiliki banyak keuntungan seperti akses gratis transportasi public, akses masuk gratis ke Arab Saudi tanpa visa tambahan, serta terhubung dengan 911 dalam kondisi darurat. 

Esoknya, Sabtu 17 Desember 2022, bermodalkan kartu hayya dan aplikasi FIFA World Cup 2022 yang berisikan tiket, kami pun ke Khalifa International Stadium, di wilayah Al Rayyan. Kami tiba satu setengah jam sebelum pertandingan perebutan posisi ketiga antara Kroasia dan Maroko. 

Stadion Khalifa—stadion tertua dan pernah menjadi host Asian Games 2006 dan Final AFC Cup 2011— dengan 44,137 penonton pun menjadi saksi kemenangan bagi Luca Modric dan timnas Kroasia yang berhasil mengalahkan Maroko dengan skor 2-1. 

Diiringi lagu Moja Domovina, bahasa Kroasia untuk 'My Homeland', saya berbaur dengan fans Kroasia dan Ivana Knoll, mantan Miss Kroasia, yang larut dalam kemenangan, pulang menuju hotel penginapan masing-masing. 

Esoknya, hari Minggu, ada yang berbeda. Tanggal 18 Desember 2022 ternyata merupakan Hari Nasional Qatar. Ini merupakan hari libur nasional, tetapi bukan hari kemerdekaan. Tanggal 18 Desember ditetapkan sebagai hari libur melalui dekrit dari Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Tsani pada 21 Juni 2007. 

Antusiasisme warga dan penonton begitu tinggi. Lalu lintas menuju Lusail Iconic Stadium tempat laga final, pun padat dan cenderung macet. Bus kami harus menempuh satu jam hingga berhasil mendapatkan tempat parkir. 

Di langit Lusail, enam pesawat tempur mondar-mandir melakukan aksi akrobatik. Jalanan penuh dengan orang. Polisi dan relawan mengatur skema lalu lalang orang. Ratusan ribu orang berjubel di sekitar stadion Lusail. Alhasil kami harus jalan berputar lebih dari 3 km untuk sampai ke gate masuk stadion. 

Malam itu, Lionel Messi membawa Argentina merebut title juara dunia ketiga. Sementara Kylian Mbappe dan Prancis yang juara dunia 2018, kali ini harus berpuas diri di posisi runner-up. 

Laga boleh usai, tetapi pesta berlanjut hingga pagi. Jalanan sekitar Lusail menjadi tempat pawai seluruh pemangku kepentingan ajang piala dunia, mulai dari relawan, tim medis, hingga timnas Argentina. 

Pesta Piala Dunia pun berakhir, tetapi Doha tidaklah langsung sepi. Penerbangan ke Indonesia pun penuh. Kami masih punya 72 jam untuk mengeksplorasi Doha dan sekitarnya. 

Doha ternyata memang memiliki banyak destinasi wisata kota. Anda yang doyan belanja pun tak akan bosan di kota ini. Pilihan begitu beragam dari destinasi favorit local, kid-friendly, outdoors, art& culture, museums seperti Qatar National Museum, hingga kawasan pantai Corniche. 

Mal-mal tempat belanja bertebaran di Doha, mulai dari City Center Mall, Lagoona Mall, dan Villagio Mall di kawasan The Pearl yang mengusung tema Venezia dengan kanal-kanal buatan yang bisa ditelusuri dengan gondola. Ada juga favorit belanja kaum hawa di Galeries Lafayette dekat Katara Cultural Village. 

Kami memilih Souq Waqif untuk merasakan suasana pasar tradisional di Doha. Pasar ini adalah salah satu tempat paling populer dan favorit yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. 

Souq Waqif atau pasar Wakif ini begitu rapi, bersih, dengan spot-spot yang telah ditentukan untuk para pedagang. Para wisatawan bisa memulai berburu belanja oleh-oleh mulai dari bagian depan yang penuh dengan souvenir, pakaian, bumbu-bumbu masakan khas timur tengah, hingga restoran. 

Bahkan di pasar Wakif ini, ada juga bagian untuk pedagang hewan peliharaan seperti burung dan mamalia. Wilayah yang luas dan memanjakan tidak akan membuat Anda tersesat di Souq Wakif. Ada patung Jempol berlapis emas yang begitu besar di area lapang yang sering dijadikan tempat foto para turis. Patung Jempol besar ini bisa dijadikan berkumpul para turis. 

Pulang dari Souq Wakif, kami pun menyempatkan diri sightseeing di The Pearl. Kawasan the Pearl merupakan kompleks perumahan dan pertokoan elit di Doha, yang dibangun dengan reklamasi kawasan pantai menyerupai bentuk mutiara.  

Di The Pearl, area perumahan para crazy rich ini tentu akan akan mendapat privasi dan eksklusivitas tertinggi. Ada beberapa lokasi pemandangan di The Pearl yang bisa dinikmati dan tentu instagramable.  

Esoknya, kami mencoba wisata gurun. Seperti Dubai dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, Qatar juga menawarkan wisata gurun. 

Di daerah yang bernama Khor Al Udaid, letaknya  70 kilometer dari Doha atau sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota, Anda bisa berwisata keliling gurun dengan menyewa unta ataupun kendaraan roda empat.  

Di sana anda bisa quad biking, dune bashing, sand boarding, dan berenang di Laut Pedalaman (Inland Sea). Jangan lupa eksotisme gurun Qatar bisa dinikmati sambil berselfie ria loh.

Berkunjung ke Doha ternyata memang mengasyikkan. Waktu terbaik dan paling tepat untuk mengunjungi Qatar ketika musim dengan cuaca yang bersahabat. Datanglah pada Desember sampai Februari dengan suhu rata-rata 14—25 derajat Celcius. Tidak begitu panas tapi juga tidak terlalu dingin.  

Bulan Mei hingga Agustus adalah bulan yang sebaiknya kamu hindari untuk datang ke Qatar karena merupakan puncak musim panas. Rata-rata suhunya mencapai 43 derajat Celcius. Panas dan kering. 

Namun, cuaca panas akan hilang dengan keramahan penduduk Qatar. Apalagi komunikasi begitu mudah menggunakan Bahasa Inggris. Maklum nyaris separuh penduduknya merupakan pekerja warga asing.  


https://koran.bisnis.com/read/20230211/464/1626028/wisata-qatar-jempol-besar-di-doha

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi