Masih Berharap dari Pasar Modal Indonesia

 Selama tiga tahun terakhir, yang sering disebut sebagai masa pandemic Covid-19, kondisi pasar modal Indonesia memperlihatkan kegairahan. Aktivitas pemodal, terutama investor ritel begitu semarak. Dana-dana mengalir ke pasar modal.

Pasar modal pun masih menjadi tempat bagi korporasi untuk mencari dana, selain tentunya berharap pada pinjaman dari perbankan, guna membiayai kelangsungan dan ekspansi usahanya.

Di pasar modal, terutama tiga tahun terakhir, jumlah aktivitas penawaran umum konsisten terus naik. Jika pada 2020 ada 169 penawaran umum, maka pada 2021 meningkat mnejadi 194 kegiatan dan lalu melesat menjadi 233 aktivitas emisi penghimpunan dana pada 2022.

Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada sebanyak 233 aktivitas emisi penghimpunan dana yang terdiri dari saham, obligasi, dan sukuk selama 2022 dengan total nilai penawaran umum mencapai Rp267,73 triliun.

Dari sisi jumlah aktivitas, penghimpunan dana terbanyak tercatat pada Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) Tahap I dan II melalui 104 penawaran dengan nilai yang dihimpun mencapai Rp26,41 triliun.

Menyusul di belakangnya adalah 45 penawaran umum terbatas (PUT) dengan total penghimpunan dana sebesar Rp78,37 triliun. Selanjutnya 19 penawaran EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp29,93 triliun.

Sementara itu, penggalangan dana dari penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) yang dilakukan di pasar modal Indonesia tahun ini berhasil menghimpun dana sebesar Rp33,03 triliun. Jumlah emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten yang merupakan rekor tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Memang dari sisi nominal, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal selama 2022 yang sebesar Rp267,73 triliun, masih lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan serupa pada 2021 yang menembus Rp Rp363,29 triliun. Namun, pastinya total nilai tersebut jauh di atas pencapaian 2020 yang sebesar Rp118,7 triliun.

Boleh jadi, tren nominal raupan dana yang turun di pasar modal tersebut berjalan seiring dengan ekspansi kredit perbankan yang meningkat. Korporasi mungkin berpaling ke dana kredit bank yang tingkat bunganya masih relative murah.

Per November 2022, total kredit yang disalurkan industry perbankan nasional menembus angka Rp6.317,7 triliun, atau tumbuh 10,8% (yoy) setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 11,7%.

Memang data tersebut sedikit terkoreksi tetapi masih di level dua digit, jauh di atas pertumbuhan dana pihak ketiga yang kini stabil di level 9,4%.

Penyaluran kredit untuk golongan debitur korporasi tercatat tumbuh 15% dan pembiayaan terhadap debitur individu perorangan naik 8,1%.

Meskipun demikian, pasar modal Indonesia tetap mencatatkan rekor lain. Jumlah investor melonjak sepanjang 2022 yang mencapai 10,37 juta pemegang Nomor Tunggal Identitas Pemodal atau Single Investor Identification (SID).

Dukungan kemudahan masyarakat mengakses pasar modal dan perluasan kanal distribusi terutama secara digital mendukung pertumbuhan investor sebesar 37,68%. Angka ini merupakan rekor baru bagi industri pasar modal.

Indeks Harga Saham Gabungan pun bertumbuh 4,09% secara year to date (ytd) dan net foreign buy mencapai Rp60,58 triliun sepanjang 2022. Tahun 2023 ini, IHSG bisa jadi tembus 8.000.

Namun, tentu saja, para investor terutama yang ritel, tetap harus mewaspadai tingkat volatilitas yang tinggi di pasar saham.

Aancaman resesi, tingginya inflasi, perlambatan ekonomi, dan ancaman lain terkait dengan deglobalisasi yang kemungkinan diterapkan oleh beberapa negara maju. Hal ini dapat merugikan negara lain dalam hal aktivitas perdagangan internasional. Ini semua harus diwaspadai para pemodal.

Sementara dari dalam negeri, tahun 2023 merupakan tahun menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang sentimennya akan mulai terasa setidaknya pada kuartal III/2023. Sentimen ini memiliki unsur politik yang mempengaruhi pergerakan saham.

Dengan semua indicator dan risiko tersebut, kita tetap berharap pasar modal dalam negeri mampu bertumbuh dengan sehat, investor dan pencari modal tetap untung dan tentunya dapat menopang perekonomian nasional

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi