Multistrada, produksi karet hingga jual ban
Rencana rights issue PT Mulstistrada Arah Sarana Tbk yang diumumkan pada 21 Februari 2011 sempat membuat harga saham perseroan menurun dari level Rp280 dan terseok-seok beberapa kali ke level Rp265 pada awal Maret.
Padahal, rencana perusahaan menerbitkan saham baru tersebut terkait dengan ekspansi perseroan ke sektor bahan baku karet yang dibutuhkan perusahaan serta pendirian sebuah anak usaha baru di bidang khusus tersebut. Bagaimana prospek perusahaan menuju rencana akuisisi kebun karet tersebut?
Mari berhitung tentang rencana ekspansi salah satu emiten produsen onderdil tersebut. Selama ini, perusahaan yang dipimpin Pieter Tanuri tersebut membutuhkan bahan baku sebanyak 24.000 ton karet per tahun. Karet sebanyak itu merupakan produksi yang dihasilkan dari sekitar 30.000 hektare-40.000 hektare lahan.
Dari jumlah tersebut, terkait dengan rencana akuisisi kebun karet Multistrada, perusahaan ingin menyokong 70% dari kebutuhan karet dari lahan sendiri, atau dari lahan seluas 21.000-28.000 hektare.
Dengan asumsi tersebut, dan dengan prediksi dana yang dibutuhkan untuk membeli 1 hektare lahan karet yang sudah diproduksi adalah sebesar Rp70 juta-100 juta, maka dana yang dibutuhkan perseroan untuk akusisi tersebut adalah Rp1,47 triliun-2,8 triliun.
Selain mengakuisisi lahan karet, emiten yang berkode saham MASA itu juga berencana membangun pabrik pengolahan karet. Untuk kebutuhan itu, perseroan membutuhkan dana sekitar US$50 juta-100 juta per pabrik dengan kapasitas produksi 5.000 ton. Nilai itu setara dengan Rp440 miliar-881 miliar.
Perseroan juga sudah menjajaki beberapa areal lahan karet yang ingin dibeli langsung dari petani langsung, bukan perusahaan besar, di daerah Sibolga-Tapanuli, Kalimantan Barat-Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah.
Ketika ditotal, jumlah dana yang dibutuhkan perseroan dalam ekspansi tersebut adalah Rp1,91 triliun-3,68 triliun. Selain rights issue, sebenarnya perseroan juga masih menjajaki beberapa opsi lain, yaitu pinjaman bank dan dana internal.
Tanpa potensi tersebut pun, perusahaan juga masih memiliki potensi yang terbuka lebar karena penyelesaian ekspansi produksinya dari sebanyak 5,6 juta ban mobil dan 2,67 juta ban motor pada 2010 menjadi sebanyak 8 juta ban mobil dan 5 juta ban motor pada tahun ini.
Bahkan, ekspansi itu akan mencapai puncaknya pada tahun depan dengan tingkat produksi sebesar 10 juta ban mobil dan 6 juta ton ban motor.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Wetty Wahyuni dalam risetnya yang terbit pada 3 Maret menilai dengan potensi peningkatan produksinya, Multistrada dapat membukukan pendapatan sebesar Rp3,25 triliun pada tahun ini. Prediksi itu meningkat sebesar 62,57% dari pendapatan yang berpotensi dibukukan perseroan pada 2010 sebesar Rp2 triliun.
Dalam risetnya, dia mengatakan hampir 75% penjualan emiten ditujukan untuk pasar ekspor yaitu antara lain ke Asia Pasifik Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat dan Afrika dan sisanya dijual di pasar domestik.
Untuk tahun 2010 saja, total produksi perusahaan diperkirakan mencapai 8 juta unit atau mengantongi porsi 16% dari total produksi ban nasional. Jumlah itu didasari data Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) total produksi ban nasional selama tahun 2010 adalah sebanyak 49,58 juta ban.
Adapun sebanyak 70% dari penjualan ban perusahaan adalah untuk segmen ban pengganti, dan sisanya bukan merk sendiri yaitu untuk pasar off-take dan OEM (original equipment manufacture). Saat ini, merk ban sendiri yang diusung perseroan adalah Corsa, Strada dan Achilles.
Perseroan, tuturnya, juga sedang menjajaki pasar ban truk dan bus radial (TBR) akibatnya semakin banyaknya truk dan bus yang menggunakan ban jenis itu dibandingkan dengan jenis ban biasa.
Saham Multistrada diprediksi tumbuh ke level Rp375-465. Riset itu juga memprediksi pendapatan perseroan dapat tumbuh sebesar Rp3,25 triliun pada 2011, dengan laba bersih sebesar Rp265 miliar.
Berdasarkan riset PT Deutsche Bank Verdhana yang dirilis pada 14 Februari, analis Deutsche Nicholas Nugroho memprediksi Multistrada mampu memiliki ruang lebih untuk potensi peningkatan harga jika harga karet masih meningkat tahun ini.
Hal itu, tuturnya, mengingat harga ban yang dijual Mulstistrada masih memiliki selisih 20%--30% dibandingkan dengan ban produksi perusahaan Korea Selatan seperti Nexen dan Hankook pada tataran pasar internasional. Meskipun berselisih cukup besar, marjin operasional emiten dibandingkan dengan produsen ban Korea Selatan tadi masih mirip.
Adapun di pasar domestik, lanjutnya, harga jual Multistrada masih memiliki selisih sebesar 0%--10% dibandingkan dengan ban produksi PT Gajah Tunggal Tbk. Nicholas juga mencatat Multistrada dan produsen ban lain di dalam negeri juga sangat diuntungkan dengan murahnya biaya buruh, bahan baku karet, dan biaya risetnya.
Selain itu, tuturnya, perseroan yang memiliki produksi berharga rendah diprediksi masih diuntungkan oleh kondisi perekonomian dunia yang masih lemah.
Pieter Tanuri juga pernah mengatakan, perseroan tidak khawatir dengan peningkatan harga komoditas tersebut. Perusahaan, tutur Pieter, hanya akan meningkatkan harga jual ketika peningkatan harga karet tidak dapat menyisakan margin keuntungan pada perusahaan.
"Kami tidak menetapkan harga karetnya ketika menyentuh level berapa, tetapi intinya kalau harganya tidak bisa memberikan margin keuntungan bagi kami, baru kami tingkatkan [harga jual]."
Lagi, Nicholas juga menilai emiten mulai mengalihkan fokus usahanya ke ban yang memiliki marjin keuntungan lebih besar, seperti ban mobil ukuran 16 inchi, ban motor, dan penjualan domestik. Kedua segmen tersebut meningkat dari sebesar 10% pada 2006 menjadi 27% pada prediksi tahun lalu dan dari sebesar 3% menjadi 29% untuk prediksi tahun lalu.
Peningkatan penjualan domestik itu, tuturnya, dapat tumbuh menjadi sebesar 24% pada prediksi akhir tahun lalu dari sebelumnya hanya sebesar 9% pada 2005.
Dengan pertimbangan beberapa hal positif tersebut, Nicholas turut menambahkan ada beberapa risiko yang dapat terjadi pada perusahaan. Beberapa di antaranya adalah volatilitas karet dan minyak, kompetisi produsen ban luar negeri, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata.
Selain itu, tuturnya, kondisi perbaikan ekonomi di bawah ekspektasi dan potensi keterlambatan eksekusi perluasan produksi perseroan juga dapat mengusik prospek kinerja perseroan.
Dia merekomendasikan buy untuk saham itu, dengan target harga Rp330. Target itu didukung prediksi PER sebesar 9 kali dan PEG 0,3 kali. Adapun, riset PT OSK Nusadana Securities Indonesia pada akhir Desember menetapkan target harga saham perseroan pada level Rp440 dengan rekomendasi buy.
Namun bagaimana dengan kinerja Multistrada 2010? MASA membukukan penjualan 2010 sebesar Rp2 triliun atau tumbuh 19% dari periode yang sama pada 2009 Rp1,7 triliun. Tahun ini, perseroan mengejar target penjualan Rp3,15 triliun.
Pieter Tanuri mengatakan penjualan yang tercatat sebesar Rp2 triliun itu menunjukkan perseroan mampu mencapai target pertumbuhan yang dicanangkan pada awal 2010.
"Pertumbuhan ekonomi secara makro masih bagus, meski dari sisi supply yakni pasokan karet sempat terganggu karena faktor cuaca. Hal ini berimbas pada kenaikkan harga bahan baku namun, secara umum masih positif berkat tingginya permintaan di sektor otomotif baik untuk ban OEM maupun replacement," kata Pieter.
Pertumbuhan penjualan emiten dengan kode MASA itu selama 2010 didorong oleh meningkatnya penjualan ekspor dan domestik. Penjualan ekspor mengontribusikan 73%, atau mencapai Rp1,47 triliun terhadap total penjualan perseroan.
Penjualan ekspor tersebut tumbuh 12% dibandingkan dengan 2009. Sisanya 27% berasal dari penjualan domesik, atau mencapai Rp535 miliar, yang tumbuh 43% dibandingkan dengan 2009.
"Pada tahun ini, MASA menargetkan pertumbuhan solid untuk penjualan, yakni mencapai 50%, atau menembus Rp3,15 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan kapasitas produksi perseroan yang akan rampung pada semester II mendatang."
Pada Desember 2010, perseroan telah menyelesaikan ekspansi tahap I-nya dengan pabrik baru yang memproduksi 22.500 unit ban mobil penumpang/hari dan 16.000 unit ban motor/hari.
Saat ini, Multistrada dalam tahap ekspansi tahap II-nya dengan pabrik baru yang akan memproduksi 28.500 unit ban mobil penumpang/hari dan 16.000 unit ban motor/hari. Pabrik tahap II ini akan selesai pada semester II/2011.
Untuk proyek ekspansi tersebut, Perseroan telah memperoleh fasilitas pinjaman investasi dan modal kerja dari sindikasi (CIMB Niaga, HSBC,BII) dan Unicredit AG, Jerman sebesar US$185 juta, yang sebagian telah direalisasikan pada 2010 senilai US$38 juta dan sisanya sebesar US$147 juta akan dicairkan tahun ini.
Dari sisi laba, laba kotor MASA tumbuh 18% menjadi Rp 436 miliar pada 2010, dibandingkan dengan periode yang sama 2009 yakni Rp371 miliar. Sedangkan Laba usaha naik 11% dari Rp231 miliar pada 2009 menjadi Rp257 miliar pada 2010.
Sementara itu laba bersih tercatat senilai Rp176 miliar atau berada di atas target laba bersih yang dicanangkan pada awal 2010 yakni Rp170 miliar.
"Pada tahun ini MASA menargetkan pertumbuhan laba bersih akan mencapai 41%, atau mencapai Rp240 miliar." papar Pieter.
Pertumbuhan laba bersih ini akan ditopang oleh solidnya pertumbuhan penjualan oleh perusahaan pada 2011. Perusahaan juga akan mendorong kinerja labanya dengan mempertahankan kinerja margin secara berkelanjutan.
Pertumbuhan laba kotor 2010 mencapai 18%, ditopang oleh kemampuan perseroan untuk mempertahankan kinerja margin kotornya. Meski harga karet alam menunjukkan peningkatan, sepanjang 2010 MASA mampu mempertahankan margin kotornya pada level 21,7%.
"Kami juga menargetkan ekspor ban ke 100 negara pada 2011. Bahkan, awal tahun ini kami telah berhasil membuka pasar ekspor ke Brazil dan salah satu negara Eropa. Kota Shanghai, China merupakan tujuan ekspor kami berikutnya." tutup Pieter.
Comments
Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)