Skip to main content

Mari membedah BRI...

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sering diidentikan sebagai bank pedesaan atau bank untuk kalangan masyarakat menengah bawah. Namun, dengan komitmennya yang tinggi terhadap segmen tersebut, bank milik pemerintah ini tetap bisa membuktikan kinerjanya tidak kalah dengan perbankan lain yang lebih memilih segmen masyarakat menengah atas.

Dengan tag line-nya 'Melayani dengan Setulus Hati', bank yang tercatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 10 November 2003 ini terus melaju. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), laba bersih bank pertama yang dikelola oleh pemerintah ini meningkat 23,52% menjadi Rp9,03 triliun (unaudited) pada akhir tahun lalu dari sebelumnya Rp7,31 triliun (audited).

Hal ini menunjukkan kinerja BRI berhasil melampaui bank yang memiliki aset terbesar di Indonesia yakni PT Bank Mandiri Tbk, yang pada 2010 membukukan laba bersih sebesar Rp8,85 triliun (unaudited), atau naik 23,6% dari Rp7,16 triliun (audited) pada 2009.

Pada tahun ini, bank yang dipimpin oleh Sofyan Basir ini menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 20%-22%. Untuk mengejar targetnya tersebut, BRI terus berencana meningkatkan fokus kepada sektor konsumer serta usaha, kecil, dan menengah (UKM).

Analis PT Kim Eng Securities Rahmi Marina dalam risetnya memaparkan kualitas kredit bank berkode saham BBRI ini tidak menjadi masalah sepanjang perseroan dapat menjaga tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dibawah 5%, seperti ketentuan Bank Indonesia (BI). Berdasarkan risetnya, dia memperkirakan NPL gross perseroan tetap berada pada kisaran 4% hingga 2012 sejak akhir tahun lalu.

Namun, dia mengingatkan agar BRI tetap mewaspadai ancaman tingkat inflasi yang bisa saja berpengaruh pada permintaan pinjaman. Dan hal ini tidak hanya berlaku kepada BRI, tetapi kepada seluruh industri perbankan.

"Secara historis, biasanya NPL BRI akan lebih lebih tinggi pada sembilan bulan pertama sebelum adanya penghapusan utang yang akan dilakukan pada kuartal IV. Perbankan juga harus mewaspadai tingkat inflasi yang bisa saja berpengaruh pada permintaan pinjaman dan kualitas aset," ungkapnya.

Rahmi menilai sikap BRI yang terus memperluas basis nasabahnya dalam segmen konsumer dan UKM merupakan hal yang positif bagi perkembangan perseroan. Selain itu, untuk terus meningkatkan kompetisinya, BRI diimbau agar bisa menurunkan tingkat bunga kredit dan menaikkan bunga deposito, bahkan hingga batas maksimal dari bank sentral, yakni 7%.

"Dengan akses yang luas, BRI harus lebih kompetitif dalam menentukan suku bunganya, baik kredit maupun deposito. Dengan memperluas basis nasabah dalam segmen konsumer dan UKM sangat baik untuk pertumbuhan jangka panjang" tambahnya.

Pada bulan lalu, bank pelat merah ini juga merealisasikan rencana untuk memecah nilai saham (stock split) dengan rasio 1:2. Hal ini menyebabkan pergerakan saham perseroan makin atraktif dan likuiditas terus bertambah.

Berdasarkan kinerja BRI selama ini serta rencana perseroan untuk mengembangkan bisnis perbankan, Rahmi menargetkan saham emiten dengan kode BBRI ini dapat menembus level Rp6.200 per lembar saham pada tahun ini.

Adapun pada tahun ini, Rahmi memprediksikan pendapatan perseroan terus tumbuh 7,13% menjadi Rp29,58 triliun dari prognosa pendapatan akhir tahun lalu sebesar Rp27,61 triliun. Hal ini mengakibatkan perolehan laba perseroan tumbuh hampir 20% menjadi Rp10,81 triliun dari perolehan laba unaudited 2010 sebesar Rp9,01 triliun.

"BRI masih menjadi saham yang paling atraktif dengan ROE yang diperkirakan tetap menjadi yang tertinggi dalam industri perbankan pada 2011. Likuiditas juga terus bertambah seiring terlaksananya stock split beberapa waktu lalu. Kami merekomendasikan BUY dengan melihat pertumbuhan kinerja usaha perseroan yang terus stabil dalam jangka panjang," ungkapnya.

Kepala Riset MNC Securitie Edwin Sebayang juga memiliki optimism yang sama terhadap bank pemerintah itu. Bahkan dia memperkirakan saham BBRI bisa tembus hingga Rp7.250 pada tahun ini.

Sementara laba BRI akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp10,84 triliun dengan pertumbuhan kredit mencapai Rp307,18 triliun dan jumlah dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp327,93 triliun.

Dia juga menilai fokus BRI untuk membidik sektor konsumer tepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,6% - 6,8% pada tahun ini serta GDP mencapai US$3.230 per kapita.

"Langkah BRI untuk masuk ke konsumer tepat karena perekonomian kita juga sedang terus meningkat. Namun rencana ini juga harus diimbangi dengan peningkatan infrastruktur perseroan, seperti penambahan jumlah dan kualitas ATM, kantor cabang, dan sebagainya," tambahnya.

Edwin mengimbau agar BRI terus memperluas basis perseroan diseluruh Indonesia, serta lebih mengembangkan sayapnya di luar pulau Jawa. Karena masih banyak potensi yang dapat digarap di daerah tersebut.

(Bisnis Indonesia)

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...