Skip to main content

Surya Semesta vs Jababeka

(Bisnis Indonesia)

Percepatan pemulihan ekonomi yang diiringi laju industri manufaktur yang kian prospektif membutuhkan lebih banyak ketersediaan lahan industri yang siap pakai. Siapa yang paling siap menjemput peluang ini?

Bisnis properti dengan segmen penyediaan kaveling industri mungkin tidak sepopuler segmen rumah tinggal atau apartemen. Tidak banyak perusahaan, juga emiten di bursa, yang bisnisnya fokus pada segmen khusus tersebut.

Di antara segelintir emiten penyedia kaveling industri itu terdapat dua nama cukup menarik perhatian, terutama karena aksi-aksi korporasinya yang marak dalam beberapa waktu terakhir. Keduanya adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.

Awal tahun ini, Surya Semesta memperoleh komitmen awal penjualan lahan kaveling seluas 145 hektare. Dari total komitmen itu, sebanyak 121 hektare di antaranya diperoleh dari salah satu grup konglomerasi di Indonesia, Astra.

Pada saat yang hampir bersamaan, Jababeka melalui salah satu anak usahanya yang sekaligus merupakan lini industri pendukung penyediaan kaveling, yakni PT Bekasi Power, menjalin kontrak jual beli listrik dengan BUMN listrik, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

PLN menyepakati pembelian seluruh daya listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berkapasitas 1x125,8 Megawatt milik Bekasi Power. Durasi kerja sama pembelian listrik itu disepakati selama 20 tahun.

Dari kerjasama dengan perusahaan pelat merah itu, Jabebeka ajab mengantongi pendapatan sebesar US$85 juta atau setara Rp765 miliar per tahun. Masuknya PLN selama 20 tahun itu memang akan menjaga pendapatan perseroan hingga kerja sama berakhir.

Namun, tidak berarti pemasukan dari PLN itu sudah menjadikan Jababeka lebih unggul dari Surya Semesta. Perlu diingat, deal yang terjadi antara Surya Semesta dan Grup Astra bukan deal yang datang dari ruang hampa dan niscaya berhenti begitu saja.

Di antara pemiliknya terdapat kedekatan yang spesial. Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur Surya Semesta, masih berkerabat dengan pendiri Astra, William Suriadjaja. Kendati pemilik Astra kini sudah berganti, hubungan itu jelas tidak bisa diremehkan.

Peluang terjadinya kerja sama lanjutan, jelas masih terbuka. Apalagi, lahan kawasan industri yang dikuasai Surya Semesta masih relatif luas, yakni 1.400 hektare. Hal itu juga didukung oleh lokasi yang cukup strategis, yakni di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Kinerjanya tahun lalu juga cukup meyakinkan. Penjualan kaveling industrinya 36 hektare, tujuh kali lipat dari capaian tahun sebelumnya, 5 hektare. Ini pula yang menjelaskan dominasi kontribusi sektor properti dan kaveling industrinya yang mencapai 36% dari EBITDA-nya.

Pada tahun itu, pendapatan keseluruhan Surya Semesta tumbuh 13,42% menjadi Rp1,69 triliun. Sementara itu, laba bersihnya meroket hingga 511% menjadi Rp110 miliar dari capaian tahun sebelumnya, Rp18 miliar.

Perlu segera ditambahkan, selain bergerak di bidang properti dan penyediaan kaveling industri, Surya Semesta juga memiliki lini usaha lain, yakni jasa konstruksi dan perhotelan. Dari segenap lini bisnis itu, kontribusi EBITDA terbesar datang dari perhotelan, 43%.

Analis PT OSK Nusadana Securities Arief Budiman melalui riset yang dipublikasikan 4 Maret 2011 memproyeksikan pertumbuhan laba bersih Surya Semesta Internusa pada periode 2010-2012 mencapai 19%, ditopang terutama oleh lini properti dan kaveling industri.

Manajemen Surya Semesta sendiri mematok pertumbuhan pendapatan tahun ini 20% senilai Rp2,03 triliun. Adapun, untuk laba bersih ditarget naik 30% menjadi Rp143 miliar, dengan rasio harga saham terhadap laba per lembar 9,8-12,8 kali.

Angka-angka itu menjadi ukuran Surya Semesta praktis lebih besar dari Jababeka. Akan tetapi, sisi pertumbuhan Jababeka terlihat lebih prospektif. Faktor utamanya tidak lain adalah kerja sama penjualan listrik dengan PLN tadi.

Riset PT Mandiri Sekuritas yang dipublikasi 3 Maret 2011 menyebutkan kerja sama itu akan memberi kontribusi pendapatan Jababeka hingga 55%. "Masalahnya adalah, kontribusi itu baru akan dirasakan Jababeka pada 2012," tulis riset tersebut.

Namun, dengan kenaikan pertumbuhan permintaan kaveling industri yang diproyeksikan tetap tinggi, pendapatan Jababeka tahun ini diprediksi tumbuh 40% menjadi Rp872 miliar, dan 50% pada tahun berikutnya sejalan dengan efektifnya kerja sama dengan PLN.

Dengan segenap kelebihan, kekurangan, dan potensi peluang itu, siapa yang paling prospektif, saham Surya Semesta (SSIA) atau Jababeka (KIJA)? Baik OSK Nusadana maupun Mandiri mengganjar rekomendasi beli untuk keduanya. Namun, pilihan ada di tangan Anda.

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...