Skip to main content

Balada PSSI a la Jusuf Kalla


Ini cerita pada Medio April 2007. Ketika itu saya terhiburkan dan tertawa ketika menonton celetukan dan cerita Jusuf Kalla yang saat itu masih menjadi Wapres, ketika membuka Munas PSSI (disiarkan langsung ANTV pada Malam Jumat):

Pada awal sambutan, dia mengatakan dirinya sering ditanya di luar negeri, Vice President apa olahraga yang digemari di Indonesia? agak susah menjawabnya, karena kalau jawab sepak bola, nanti ada pertanyaan lanjutan, apa prestasinya?

Jusuf Kalla mengatakan dirinya selalu disodori data "prestasi" Indonesia ketika dulu tahun 1950-an mampu meraih hasil seri di Olympic Games.

"Hasil seri saja dianggap prestasi dan diingat hingga setengah abad, bayangkan kalau kita menang. Anjasmara memang gagal penalti dan dia pasti ingat terus,"

Jusuf Kalla juga menantang para pemuka PSSI : kapan Indonesia bisa main di World Cup? karena seharusnya negara seperti Indonesia bisa melebihi negara-negara kecil seperti Kuwait, Arab Saudi, Togo, Kamerun yang menembus Piala Dunia. Indonesia, kata JK, punya segalanya.

Modal dana, kata dia bukan persoalan, karena negara miskin seperti Togo masih sanggup ikut World Cup, sementara di Tanah Air hampir semua tokoh kaya juga mendukung sepakbola sejak zaman dahulu dari Sjarnoebi Said (KTB Tiga Berlian), Sigit putra Soeharto, Bakrie, pemilik Warna Agung hingga Cahaya Utama.

Fasilitas juga mendukung, lapangan di Indonesia begitu banyak, "Kita punya lapangan hijau-hijau, kecuali pas banjir saja. Ini modal penting sedangkan di Afrika itu kan lapangan hanya gurun pasir saja."

Kompetisi, kata dia, Indonesia juga punya mulai dari Galatama hingga Ligina sekarang. "Bola itu global, di MU pelatih dari Skotlandia, yang punya Amerika, pemain dari Afrika, main di London. Kita juga begitu ada pemain dari mana-mana dengan bayaran lebih besar daripada negara mereka. Mana ada pemain Indonesia main di Afrika? itu berarti bayaran di sini lebih mahal kan."

Jadi apalagi yang kurang? prestasi sepakbola kata Jusuf Kalla bukan persoalan agama, semua negara ciri agama tertentu sudah bisa masuk putaran final World Cup.

Tak heran ujar dia, anak kecil saat ini lebih mengenal Ronaldo, Zidane, ketimbang Ramang, Saelan, Ronny, dan lainnya.

"Saya juga tidak tahu apa jawaban masalah ini. Saya dulu pernah jadi ketua di PSM dan masih syukur dapat juara dua, tapi yang Makassar Utama juga belum juara, jadi saya bingung jawabnya bagaimana."

Tapi paling tidak, kata dia, dari 200 juta penduduk Indonesia, ini harus punya pemain yang fisik, skill dan yang paling penting adalah faktor semangat. "Kalau dulu semangatnya merah putih, tidak apa-apa kalau sekarang semangatnya Sudirman.. kan ada warna merahnya juga,"

Faktor lainnya mungkin pelatih, "kalau tidak ada pelatih lokal, cari asing saja. Kita dulu punya Polosin, Coerver, dan lainnya."

Selain itu, JK menyebutkan faktor pembinaan juga penting. "Para pengurusnya sudah lengkap dari anggota DPR, Kardono orang Perhubungan, Azwar Anas orang Kesra, ada lagi orang tentara. Belum lagi pembinaan dari cara modern hingga alternatif."

Jusuf Kalla menceritakan bagaimana dirinya (ketika masih menjadi ketua klub bola di Makassar) pernah malam-malam hadir pada doa memandikan keris yang airnya dipercikkan kepada pemain. "besoknya memang menang. Tapi di semifinal kalah, jadi saya bilang keris juga punya batasannya."

Wapres meminta para petinggi PSSI agar "Memberi Kehormatan bukan mencari kehormatan" dalam mengurus bola. "Masa depan sepakbola ada di tangan anda semua, Jadi beri kehormatan kepada bangsa ini."

Tak lupa, Jusuf Kalla menceritakan joke bagaimana Zidane menanduk Matroji (begitu dia menyebut Matterazzi), "Italia tahu kalau mengalahkan Prancis harus bikin Zidane kartu merah, caranya dia bilang Zidane kau teroris, ternyata tidak mempan, Zidane, ibu dan kakakmu macam-macam lah, tidak mempan juga, lalu dia bilang Zidane kau dari PSSI, baru dia kena...". para hadirin pun tertawa terkekeh-kekeh...

Yang saya heran, para tamu yang hadir sebagian dari 650 peserta Munas, hanya tertawa, entah tersindir atau malah bebal tak merasa bersalah dan memang bego. Tapi jangan tanya bagaimana tampang Aburizal Bakri yang duduk samping Rita Subowo dan Nurdin Halid, mimik Ical seakan bertanya, "Ngapain gua ada di acara PSSI ya..."

salam
fahmiachmad

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...