Seberapa Yakin Anda Membeli Produk Asuransi?

Industri perasuransian memiliki peran yang signifikan dalam menopang perekonomian nasional. Namun, bisnis asuransi di Tanah Air masih menghadapi tantangan yang tak mudah dari sisi bisnis, tata kelola dan kompetensi.



Di sisi bisnis, jumlah pelaku industri konvensional dan syariah sebenarnya sangat memadai. Data Otoritas Jasa Keuangan per Maret 2022, ada 77 asuransi umum/kerugian, 60 asuransi jiwa, diikuti delapan perusahaan reasuransi, dua asuransi sosial, serta tiga asuransi ASN, TNI/Polri, kecelakaan penumpang umum dan lalu lintas jalan.

Jumlah 150 perusahaan perasuransian itu bahkan melebihi 107 jumlah bank komersial. Sayangnya, sektor keuangan masih didominasi oleh sektor perbankan.

Pada 2021, aset sektor perbankan mencapai 78% dari keseluruhan aset sektor keuangan. Adapun sektor asuransi, meskipun terus bertumbuh, hanya berkontribusi sekitar 13%.

Dalam 6 tahun terakhir, aset kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 9,6%. Data tersebut mengonfirmasi fakta bahwa penetrasi dan densitas asuransi di Indonesia masih rendah.

Bahkan jika data Swiss Re 2020, penetrasi asuransi yang diindikasikan dari rasio premi industri asuransi terhadap PDB hanya 1,9%. Angka tersebut cukup rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean, misalnya Singapura sebesar 9,5%, Thailand 5,3%, Malaysia 5,4%, dan Vietnam 2,3%.

Penetrasi yang rendah seiring dengan total belanja tahunan oleh individu di Indonesia yang menunjukkan tren penurunan dan hanya mencapai sekitar US$75 per tahun atau sekitar 1,9% dari total belanja individu per tahun.

Di satu sisi, penetrasi dan densitas yang rendah mengimplikasikan bahwa pasar asuransi di Indonesia masih sangat luas dan terbuka untuk dapat diekspansi dan dikembangkan lebih lanjut.

Akan tetapi di sisi lain, pelaku asuransi harus mampu mencari strategi yang jitu agar pemasaran produk asuransi mampu memikat hati masyarakat.

Upaya menjaring nasabah asuransi memang tak mudah. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus telah mencoreng profil industri asuransi dan membuat kepercayaan masyarakat semakin terkikis terhadap produk asuransi.

Keluhan dari nasabah juga meningkat. Pada 2021, data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) memperlihatkan terdapat 3.211 pengaduan konsumen. Sebanyak 2.152 aduan berasal dari sektor jasa keuangan terutama dari subsektor asuransi. 

Kita sepakat dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menekankan perlu ada perbaikan dalam tata kelola perusahaan asuransi.

Dalam sejumlah kasus, tata kelola yang buruk dari manajemen perusahaan asuransi yang mengarah pada pelanggaran seperti klaim yang tak dibayarkan, benefit produk yang tak sesuai, dan lainnya telah menciptakan tambahan persepsi risiko bagi konsumen.

Tantangan lain untuk meningkatkan penetrasi industri asuransi adalah kurangnya sumber daya manusia dan profesional yang kompeten.

Salah satu isu adalah tenaga aktuaris di Indonesia yang terbilang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asean.

Padahal, aktuaris memiliki peran penting di industri asuransi untuk mengelola keberlanjutan bisnis dan mendesain produk asuransi yang sesuai dengan profil aset dan liabilitas perusahaan.

Tentu dengan tantangan yang begitu besar, di perlukan adanya kolaborasi semua pemangku kepentingan, baik pemerintah, otoritas pengawas, asosiasi, perusahaan perasuransian, dan masyarakat selaku konsumen.

Kolaborasi harus difokuskan dalam pengadaan regulasi dan pengawasan, untuk meningkatkan tata kelola yang baik dan benar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, peningkatan literasi publik terhadap asuransi.

Dengan regulasi yang terus disempurnakan, kita berharap pemerintah dan otoritas juga menyesuaikan pengawasan melalui transformasi industri. Transformasi struktur pelaku industri ini bisa berdasarkan permodalan, sehingga regulasi dapat diterapkan secara tepat.

Kita juga berharap inisiatif yang terintegrasi dan berkelanjutan dari hasil kolaborasi semua pihak akan meningkatkan kepercayaan publik pada industri dan meningkatkan penetrasi industri perasuransian.


please visit and read https://bisnisindonesia.id/, www.bisnis.com

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi