Skip to main content

Inspirasi Cuan Saham Salah Harga Lo Kheng Hong

Tulisan ini terbit di Bisnis Indonesia.


Please visit and read https://bisnisindonesia.id/ untuk mendapatkan informasi mendalam, terkini dan terpercaya.


Kini begitu banyak orang mengenal Lo Kheng Hong. Pak Lo atau Pak LKH, begitu sapaan akrabnya, merupakan satu dari sedikit orang di Indonesia yang berhasil dan sukses menjadi investor saham.

Pengalaman Pak Lo tidaklah sebentar. Lebih dari 30 tahun, dia mulai membeli saham perusahaan publik. Alasan awalnya sederhana. Saat itu, LKH melihat bunga deposito setahun cuma seberapa. Dia pun mulai membeli dan menabung saham.


(https://twitter.com/IDX_BEI)

Kesuksesan tidak membuat Pak Lo jemawa. Dia selalu tampil sederhana dan ramah dengan siapapun. Bahkan Pak LKH selalu memberikan nasihat investasi dengan cuma-cuma.

Kisah LKH memang telah menjadi inspirasi. Kesuksesannya membuat banyak orang kini melirik pasar modal untuk mencari peruntungan. Jumlah investor ritel pun terus meningkat.



(https://kabar24.bisnis.com/read/20200417/79/1228521/gara-gara-virus-corona-lo-kheng-hong-jemur-koran-hingga-5-jam)

Kalau merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir Mei 2020, investor pasar modal berdasarkan single investor identification (SID) mencapai 2,8 juta akun, atau naik sebesar 13% dibandingkan dengan akhir 2019.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,19 juta akun SID merupakan investor saham. Jumlah itu tercatat meningkat 8% sejak akhir 2019. Angka investor individu lokal pun jauh mendominasi dibandingkan dengan investor institusi yang datanya belasan ribu dan investor asing yang mendekati sekitar 50.000-an.

Akun meningkat, transaksi pun melonjak. Di tengah sentimen pandemi Covid-19, terjadi fenomena peningkatan aktivitas transaksi investor ritel dalam tiga bulan terakhir dan bahkan berhasil mengalahkan transaksi investor nonritel dalam beberapa perdagangan.

Berdasarkan data BEI, terjadi kenaikan rata-rata jumlah SID harian pada Juni 2020 sebesar 84% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi nilai transaksi, terjadi kenaikan rata-rata nilai transaksi harian pada Juni sebesar 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sepanjang Juni pula, transaksi diramaikan oleh investor ritel. Nilai transaksi tertinggi terjadi pada 8 Juni 2020 dengan porsi investor ritel mencapai Rp7,19 triliun, sedangkan investor nonritel hanya Rp4,33 triliun.

Nilai transaksi investor ritel dalam rupiah yang melampaui angka investor nonritel merupakan hal pertama kali dalam sejarah. Selain kenaikan nilai transaksi, rata-rata frekuensi harian pada Juni pun naik 60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Lagi-lagi, rata-rata frekuensi harian tertinggi terjadi pada 8 Juni dengan total frekuensi hari itu mencapai 742.000 kali, sedangkan investor nonritel hanya mencapai 184.000 kali.

Pada perdagangan itu pun, total volume transaksi harian untuk investor ritel mencapai rekor 10,53 miliar saham dibandingkan dengan volume transaksi harian investor nonritel yang hanya mencapai 3,31 miliar saham.

Kenaikan transaksi pada perdagangan 8 Juni 2020 itu boleh jadi terkait dengan pernyataan Pemerintah mengenai pembukaan kembali ekonomi dan ajakan kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi kenormalan baru.

Fenomena tambahan jumlah investor saham dan transaksi yang begitu signifikan di tengah wabah pandemic Covid-19 tentulah hal yang unik. Bisa jadi realita tersebut didukung tren penerapan work from home.

Tak keluar rumah dan income mengalir terus, merupakan kondisi impian hampir semua orang saat ini. Laku hidup seperti itu sebenarnya telah diterapkan Pak Lo sejak dia mulai menabung saham.

“Saya setiap hari duduk di taman di rumah saya, dari jam 6 pagi saya sudah ambil empat koran ,” ungkap Lo Kheng Hong dalam satu pemberitaan di Bisnis Indonesia, sekitar 3 tahun lalu.

“Saya mengambil koran setiap pagi dengan penuh antusias. Berita atau artikel yang bagus saya gunting, saya file. Semua laporan keuangan juga saya file. Saya minum kopi satu gelas, itu yang paling saya nikmati setiap hari.”




Kenikmatan seperti itu tidaklah mudah dilakukan oleh setiap orang. Menabung dan investasi pada instrument saham tidaklah semudah menaruh uang di bank dan hanya berharap persenan bunga.

Saham merupakan instrumen investasi yang penuh risiko. Naik dan turun harga bisa dalam sekejap. Untung dan rugi tergantung pada kecekatan dan analisa dari investor.

Apalagi saat ini banyak aplikasi yang memudahkan orang untuk bertransaksi. Di era teknologi maju saat ini, informasi tentang suatu perusahaan publik bertebaran di mana-mana. Bagi seorang LKH, fundamental suatu emiten itu penting.

“Bagi yang baru mulai, harus pelajari perusahaan itu. Jangan sekali-kali membeli kucing dalam karung, kita harus tahu apa yang kita beli. Kita harus tahu manajemennya seperti apa, bidang usahanya, labanya, pertumbuhannya, dan valuasinya mahal atau murah,” katanya dalam pemberitaan di Bisnis Indonesia.

Kesalahan umum investor pemula, menurut Pak Lo, adalah tidak tahu apa yang dia beli. Dia hanya mendengar kata orang, dia sendiri tidak tahu. Dia hanya berinvestasi di sesuatu yang tidak dia tahu. “Harus pelajari dulu kalau mau berinvestasi”. Nasihat bijak.

Kita juga sering mendengar rumusan Pak Lo tentang salah harga. LKH selama ini konsisten menerapkan pembelian saham perusahaan berdasarkan kriteria yang baik menurut kriteria sendiri.



(https://market.bisnis.com/read/20200527/7/1245393/ternyata-lo-kheng-hong-nabung-uang-belanja-saham-di-reksa-dana-apa-alasannya)

“Saham yang bagus itu terutama dari perusahaan bagus yang salah harga. Saya sebagai investor mencari perusahaan yang salah harga, yang nilai pasarnya jauh lebih murah dari nilai wajar perusahaan. Ketika saya temukan, saya membelinya,” paparnya.

Dia menekankan agar investor menghindari saham-saham perusahaan yang tidak likuid. “Dana besar tetapi tidak ada barang, ya tidak bisa beli. Jadi, harus yang likuiditasnya bagus, supply-nya bagus, sehingga saya bisa membeli dalam jumlah banyak. LQ45 sudah pasti bagus, tetapi di luar LQ45 juga banyak yang bagus likuiditasnya.”

Dengan begitu banyak pengalaman yang dibagikan LKH, para investor individu yang pemula harusnya lebih percaya diri dalam mengejar ‘kenikmatan’ mereka.

Masih banyak orang yang perlu juga mendapatkan pengetahuan bahwa berinvestasi di pasar modal, terutama di bursa saham bukanlah sesuatu yang menakutkan.

BEI bersama dengan anggota bursa (AB) dan Manajer Investasi harus secara intensif melakukan sosialisasi dan edukasi bagi para investor dan calon investor. Sejumlah saluran komunikasi dapat digunakan mulai dari media massa hingga media sosial.

Dengan informasi yang akurat dan lengkap, banyak orang yang ingin melanjutkan mimpinya menjadi investor sukses seperti LKH. Tiap pagi hanya baca koran dan minum secangkir kopi serta tetap cuan. Nikmat dan mengasyikkan.


(https://market.bisnis.com/read/20200704/7/1261500/nikmat-cuan-salah-harga-investor-saham)

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...