Inflasi vs Daya Beli Saat Pandemi

Biasanya di bulan puasa hingga Idulfitri, apalagi di pertengahan tahun, indikator inflasi inti mengalami peningkatan karena banyak permintaan masyarakat untuk barang dan jasa.

Kali ini lonjakan kenaikan harga musiman tersebut tidak terjadi.



Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama April 2020 sebesar 0,08%. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi Maret 2020 sebesar 0,1% dan jauh di bawah inflasi secara year-to-date sebesar 0,8%.

Realisasi inflasi sebesar 0,08% tersebut paling rendah dalam 5 tahun terakhir.

Premisnya bisa jadi pandemi Covid-19 kian menekan daya beli masyarakat. Jika itu yang terjadi maka pemerintah harus mewaspadai indikator tersebut karena penurunan inflasi ini kemungkinan besar mencerminkan pelemahan daya beli rumah tangga.

Jangan sampai, konsumsi rumah tangga yang selama ini tumbuh di atas 5%, tak bisa lagi diandalkan untuk menopang pertumbuhan produk domestik bruto kita hingga akhir tahun.

Tak hanya itu yang harus diwaspadai pemerintah. Ketika daya beli masyarakat tertekan atau tidak ada demand, permintaan nasional, yang selama ini menyerap 70% dari total produksi manufaktur dalam negeri pun ikut anjlok.

Akibatnya,  sscara otomatis perusahaan industri harus melakukan penyesuaian, termasuk penurunan drastis utilitasnya. Bahkan ada yang menutup pabrik dan mengurangi tenaga kerjanya secara keseluruhan.

Hal itu pun terkonfirmasi dari laporan IHS Markit yang merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April 2020 kembali anjlok ke level terendah sepanjang sejarah survei sebesar 27,5.

Angka itu melanjutkan tren menurun sejak Maret yang berada di angka 45,3.

Kombinasi permintaan yang lesu dan kapasitas produksi yang rendah membuat ekspansi korporasi selama awal tahun ini pun tak terlihat signifikan.

Dana-dana besar yang dimasukkan dalam belanja modal korporasi pun disesuaikan kembali. Banyak perusahaan yang langsung menghitung ulang anggarannya. Seperti masyarakat umum, minat belanja dan berutang korporasi tak lagi tinggi.

Proyeksi emisi surat utang korporasi yang bakal tak seramai tahun lalu.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) bahkan memangkas proyeksi emisi obligasi sebesar 25% pada tahun ini dari target awal Rp158 triliun, menjadi Rp116 triliun.

Pemangkasan itu pun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 1,2% dan itupun jika pandemi Covid-19 baru akan berakhir pada Agustus 2020.

Dengan angka-angka pilu yang dikhawatirkan terus terjadi hingga akhir tahun, maka tak ada waktu lagi untuk mengeluh.

Indikator perekonomian yang mencemaskan di tengah kondisi pandemi Covid-19 perlu disiasati dengan kebijakan jangka pendek yang lebih terarah untuk menahan koreksi lebih dalam.

Kita mendukung pemerintah untuk terus menjalankan kebijakan pemberian bantuan dan stimulus kepada korporasi dan masyarakat yang terdampak langsung dari pandemi ini.

Di sisi lain, kita mengingatkan kembali bahwa ada gerakan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang terus menggeliat dan tak mau menyerah dengan kondisi separah apapun, termasuk dalam krisis kali ini.

Banyak tenaga kerja produktif yang harus menerima kenyataan dirumahkan dan terpaksa mencari cara menjaga nafas rumah tangganya. Perdagangan mikro pun marak dan mampu bertahan.

Karena itu, sudah seharusnya pemerintah benar-benar serius dan fokus memikirkan solusi di sektor UMKM sebagai bantalan terakhir yang mampu menjaga perekonomian agar tidak semakin  terpuruk atau bahkan terkontraksi.

Banyak tenaga kerja produktif yang harus menerima kenyataan dirumahkan dan terp

Stimulus dan bantuan kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah baik dari sisi perpajakan maupun nonperpajakan harus cepat dilakukan dan tepat sasaran.

Pemberian subsidi bunga sebesar 6% selama 3 bulan pertama dan 3% pada 3 bulan kedua kepada UMKM yang bankable maupun unbankable, merupakan langkah tepat yang perlu dibarengi dengan dukungan kemudahan dan akses berusaha.

Sekali lagi kita berharap semua pihak mendukung upaya pemerintah untuk mengatasi dampak dari wabah Covid-19 ini. Tanpa dukungan dan kerja sama pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat, perekonomian kita akan terpuruk semakin dalam.

https://koran.bisnis.com/m/read/20200511/245/1238607/editorial-menjaga-nafas-pelaku-usaha

Comments

Yaudah said…
AJOQQ agen jud! poker online terpecaya dan teraman di indonesia :)
gampang menangnya dan banyak bonusnya :)
ayo segera bergabung bersama kami hanya di AJOQQ :)
michelle said…

Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
mampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi