Gertak Kusir

Sepakbola mungkin memang hanya soal siapa mencetak gol lebih banyak. Dan, ekspresi manusia itu Homo Ludens terlihat dari 4 pertandingan sepakbola tadi malam.

Pukul 19:19, ada SMS masuk dari Algooth, "Siapapun pemenang Copa. Dji Sam Soe sudah pasti mundur."

Saya jawab, "Persipura underdog"

SMS pun berbalas, "ya Beto absen. Smoga persipura menang."

Di ruang Macintosh, saya bilang kepada beberapa kawan, "Omong kosong kalau Sriwijaya gak bisa cetak gol." Tak lama, kawan-kawan itu pun memindahkan kanal ke Global TV menonton Spanyol- Afsel untuk perebutan juara 3-4 Piala Konfederasi.

"Mi, kok Persipura maen kok dicuekin?" tanya bang Syahran, penulis tetap kolom Hattrick di Bisnis Indonesia, edisi Sabtu.

"Tadi udah lihat pembukaannya. Sekarang lihat Spanyol dulu lah bang," ujar saya.

"Oooo jadi lihat 5 menit pertama dan 5 menit terakhir gitu," ujar bang Lubis itu.

Sejujurnya, saya rasanya harus mengakui bagaimana 17 menit pertama, pasukan Rachmad Darmawan menyerang habis pertahanan Mutiara Hitam. David da Rocha dan Ian Kabes pun terpancing emosi.

Istilah si Amal, "Iko Persipura dak iso menerajang. Wong kito Sriwijaya main labi calak, labi alep. asino menang!"

Di babak kedua, tandukan Anoura Obiora membuat laskar Wong Kito unggul 1-0 dan itu menjadi gol terakhir karena pada menit 65, pasukan Mutiara Hitam mogok main karena protes soal kepemimpinan Purwanto.

"Kami jugo da' gala menang dengan caro seperti ini,jd da' lemak hati ni...hihi," ujar Arif, terkekeh.

Sejujurnya, saya kecewa melihat aksi walk out pasukan Persipura. Biar bagaimanapun saya mengharapkan Juara ISL 2009 ini bersikap tenang, mengejar,dan membalikan keadaan, karena mereka sangat mampu.

Bagi saya apapun yang terjadi baik kesalahan, praduga,isu-isu,konspirasi
,dsb, keputusan wasit adalah mutlak. Meskipun, bagi saya Purwanto asal Kediri itu tetap saja butuh peningkatan kualitas seperti wasit asal Norwegia, Tom Henning Ovredo.

"Ah Mi, wasit kan juga manusia. Kalau dipimpin robot dan kamera, maka pertandingan jadi gak ada unsur permainan dan kurang seru serta tidak humanis," tutur satu fans bola.

"Iya juga sih, makanya biarkan saja wasit mendapatkan caci maki, umpatan, bahkan ancaman dibunuh. Ini memang humanis bukan?" kata rekan pecinta bola lainnya.

"Saya cuma heran kenapa inspektur pertandingan enggan mengganti Purwanto dengan wasit keempat?" ujar satu teman. Masuk akal, toh itu bisa berdasarkan aturan.

Apapun, saya tetap harus mengucapkan selamat buat Sriwijaya, anda beruntung bisa menang di Jakabaring. "Aaah andai 25 menit itu......"

Selamat juga buat Mamak Alhadad yang berhasil mengantarkan Jimi Suparno dkk menjadi juara ketiga mengalahkan Elang Jawa Persijap.

Selamat juga untuk Brasil yang menjadi juara Piala Konfederasi mengalahkan Amerika Serikat.

"Ini kok kayak sudah diatur, mudah sekali gol AS ke gawang Cesar," ujar Bastanul, menebar curiga.

"Ah jangan gitu Bas, lha si Matroji tadi bilang kalau AS mainnya memang hebat," ujar saya yang memang memilih tidur daripada nonton Brasil-AS.

Berdasarkan Castrol Performance Index yang dilansir FIFA, tim asuhan Dunga itu jadi juara dengan 5 game dan 14 gol, atau di atas Spanyol yang 5 game 11 gol.

Brasil juga jadi tim yang paling banyak bikin ancaman. Jumlah 108 kali tendangan, dengan 44 di antaranya mengarah ke gawang lawan, yang dibuat Brasil lagi-lagi menjadi yang terbanyak. Spanyol kembali hanya ada di posisi dua dalam urusan ini.

Spanyol, si juara Eropa dan akhirnya hanya menduduki tempat ketiga turnamen, tetap boleh berbangga diri jika catatan statistik membahas perihal operan. 'Tim Matador' tak tertandingi dalam urusan menggulirkan bola di atas lapangan.

Dari seluruh pertandingannya di Piala Konfederasi Spanyol membuat 3.229 operan, 2.619 di antaranya sukses atau punya tingkat persentase kesuksesan 81,11%.

Jumlah itu unggul cukup jauh dari Brasil yang menghuni posisi kedua dengan 2.640 operan, dengan 2.077 operan di antaranya memiliki persentase 78,67%.

Afrika Selatan si juara ketiga menjadi tim yang paling bekerja keras dengan seluruh pemainnya total telah menempuh jarak 565.627 meter, dengan jumlah 239.325 meter di antaranya dibuat ketika tidak sedang menguasai si kulit bundar.

Sementara para pemain AS yang di partai puncak kalah 2-3 dari Brasil membuat jarak tempuh total 545.791 meter, kedua terbanyak setelah Afrika Selatan. Saat berusaha mengejar dan merebut bola dari lawan, mereka melintasi jarak 250.333 meter, capaian yang terbanyak dalam turnamen.

Lagi-lagi...mari menikmati sepakbola dengan apa adanya, tak perlu debat kusir.

salam
fahmi achmad

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi