Bilic, Greenspan dan Klagenfurt

13 Juni 2008



Pagi ini saya mendapatkan buku biografi Alan Greenspan karangan Bob Woodward hasil meminjam dari Diena Lestari. Mantan Menteri Perdagangan James Baker (1975) memang benar bahwa Greenspan bukanlah termasuk golongan hipokrit.
Begitu pula rasanya dengan pasukan Slaven Bilic tadi malam. Pasukan papan catur putih merah ini seakan menjadi lawan Jerman yang paling sulit dikalahkan dalam satu dekade terakhir.
Tadi malam, Kroasia berhasil mendapatkan kemenangan dengan skor 2-1 atau mungkin bisa lebih besar bila Niko Kranjar (Portsmouth-Inggris) lebih tenang menghajar jala gawang Lehmann.
Penjaga gawang klub Arsenal itu tadi malam sebenarnya tampil lumayan baik dengan menghalau beberapa kali serangan Mdaric, Kranjar, maupun Darijo Srna yang jelas tak dapat dihalau penampilan sederhana dari Metzelder, Metasacker, Lahm, dkk.
Bilic jelas telah menyamai Mirasolav Blazevic, yang pada 1998 menggusur Jerman dengan Hans-Hubert (Berti) Vogts, Lothar Mattheaus, Juergen Klinsmann dan Oliver Bierhoff melalui skor 3-0. Pada satu dekade lalu, Kroasia dipenuhi pemain bintang yang bermain di klub elite Eropa seperti Zvonimir Boban, Davor Suker, Robert Jarni, Alen Boksic dan Goran Vlaovic.
Serbuan Kroasia atau Hrvatska pada 1998 hanya bisa dijegal Prancis dengan dua gol Lilian Thuram. Pertandingan di Klagenfurt tadi malam jelas menasbihkan Darijo Srna dan Ivica Olic sebagai pahlawan Kroasia.
Gol Lukas Podolski pun tidak banyak membantu Jerman menghadapi serangan-serangan yang dilancarkan oleh Kroasia. Laga ini pun diwarnai dengan hujan kartu kuning dan satu kartu merah yang diberikan kepada pemain Jerman Bastian Schweinsteiger.
Kehilangan Eduardo da Silva tak membuat serangan Kroasia tumpul. Raut muka Joachim ‘kang acim’ Loew bahkan tak bisa setenang sungai Rhein ketika Srna dan Kranjar meliuk-liuk di depan Metzelder.
Hasil 2-1 membuat Kroasia lolos dari grup B sekaligus memperpanjang rekor pertemuan dengan Jerman. Pasukan Angela Merkel ini menang terakhir kali atas Kroasi pada 23 Juni 1996 dengan skor 2-1 pula.
Pada tiga pertemuan selanjutnya Jerman tak mampu revans. Kalah 0-3 pada 1998, lalu seri 1-1 pada 2000 dan takluk 1-2 pada 2004. Mesin diesel Der Panzer mungkin perlu masuk bengkel sebelum melangkah lebih jauh.
Slaven Bilic jelas bukanlah padanan Alan Greenspan, tapi mereka berdua memiliki visi sebagai pemimpin. Bilic sebagai pelatih termuda di Euro 2008 tak bisa dipandang remeh untuk strategi dan kepemimpinannya.
Dan bagi para petaruh, simak baik-baik bagaimana Kroasia kembali melibas lawannya. Bagi Ballack, hasil 1-1 antara Polandia dan Austria jelas sedikit memberikan angin surga. Tapi Jerman tetaplah Jerman sang juara dunia tiga kali, bukan begitu bang Martin?
Terakhir, buku Bob Woodward ini memberikan ruang waktu yang berlebih seraya makan es krim Hagendaas untuk menunggu sentuhan Thierry Henry kembali mengoyak gawang van der Sar nanti malam.


salam
faa

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi