Jangan Memunggungi Tol Laut

Sudah lama kita memunggungi laut, memunggungi teluk, memunggungi samudera. Padahal masa depan kita ada di sana. Padahal Poros Maritim Dunia ada di sana.


(https://ekonomi.bisnis.com/read/20210325/98/1372395/muatan-balik-tol-laut-di-luwuk-masih-rendah)

Kira-kira itu pesan yang selalu disampaikan Presiden Joko Widodo di awal-awal masa kepemimpinannya. Sepertinya gaung pesan itu kini melemah. Mungkin karena banyak persoalan bangsa, atau entah kenapa.

Namun, wujud dari pesan agar tidak memunggungi laut itu bisa kita lihat dari program Tol Laut. Program ini merupakan proyek nasional untuk optimalisasi konektivitas negeri kita yang merupakan negara kepulauan.




Sebagai salah satu wujud utama dari agenda prioritas Pemerintahan Joko Widodo, keberadaan Program Tol Laut digadang-gadang mampu menjadi salah satu solusi untuk menekan disparitas harga antara wilayah barat Indonesia dan timur.

Tugas utama dibebankan kepada Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan serta PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) untuk menyediakan jaringan angkutan laut yang secara tetap dan teratur menjangkau daerah terpencil hingga terluar Indonesia.

Apakah efektif menekan harga yang mahal di daerah luar pulau Jawa?

Di awal pelaksanaan program Tol Laut, harga kebutuhan pokok di Indonesia timur memang relatif berhasil diturunkan.

Meski begitu, faktor efektivitas program ini belum tercapai optimal.

Kapal-kapal memang berlayar ke dua arah, barat dan timur, tetapi efektivitasnya masih cenderung satu arah, karena baru membawa bahan pokok dari wilayah Jawa ke kawasan Indonesia timur.

Untuk rute sebaliknya belum optimal mengangkut barang ke wilayah Jawa, sehingga secara komersial operasional kapal tersebut lama-kelamaan bisa menjadi tidak feasible.

Salah satu yang disoroti oleh publik adalah peran kapal-kapal Pelni.

Pelni, BUMN yang diberi penugasan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 106/2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang di Laut, awalnya telah melayani enam trayek, sedangkan tujuh trayek lainnya kini diharapkan dilayani oleh perusahaan angkutan laut swasta, melalui mekanisme pelelangan umum.

Kini di 2022, Pelni mendapatkan kepercayaan Pemerintah untuk menjalankan 10 trayek tol laut, yaitu:

1. Trayek T-19 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 2 dengan rute Sorong – Depapre/Jayapura - Biak/Korido - Sorong - Pomako - Merauke - Pomako - Kokas - Sorong

2. Trayek T-15 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 3 dengan rute Tg. Perak - Makassar- Jailolo - Morotai - Tg. Perak.

3. Trayek T-3 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 4 dengan rute Tg. Priok - Patimban - Kijang - Letung - Tarempa - Pulau Laut - Natuna - Subi - Serasan - Midai - Tg. Priok

4. Trayek T-10 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 5 dengan rute Tg. Perak - Tidore - Morotai - Galela - Buli - Maba - Weda - Tg. Perak

5. Trayek H-1 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 6 dengan rute Tg. Perak - Makassar - Tahuna - Tg. Perak.

6. Trayek T-14 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 1 dengan rute Tg. Perak - Larantuka - Lewoleba - Kalabahi - Tg. Perak

7. Trayek T-13 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 11 dengan rute Tg. Perak- Rote - Sabu - Tg. Perak

8. Trayek T-9 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 8 dengan rute Sorong - Oransbari - Wasior - Nabire - Serui -Waren - Sarmi - Sorong

9. Trayek T-5 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 1 dengan rute Bitung - Ulusiau - Tahuna - Marore - Miangas - Marampit - Lirung/Melonguane - Mangaran - Bitung

10. Trayek T-28 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 7 dengan rute Kupang - Waingapu - Labuan Bajo - Reo - Merauke - Atapupu/Wini - Kupang

Serta satu lagi adalah pengangkutan ternak yaitu Trayek RT 1 KM Caraka Nusantara 1 : Kupang - Waingapu - Tg. Priok – Kupang


Bagi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, efektivitas program Tol Laut yang belum maksimal tetap jadi perhatian pemerintah.

(please visit www.bisnis.com)

Kemenhub menemukan persoalan bahwa sejumlah barang yang telah dikirimkan dengan tol laut tersebut ternyata belum terdistribusi sesuai harapan, sehingga kurang maksimal menekan disparitas harga.

Di situlah dibutuhkan dukungan dari pemerintah daerah sekitar untuk dapat memetakan sejumlah komoditas yang bisa diangkut sebagai muatan balik tersebut. Inilah yang sangat diharapkan oleh Pelni.

Sinergi antarinstansi juga masih menjadi handicap program Tol Laut. Saat ini kementrian teknis dan pemerintah daerah masih memiliki program prioritas sendiri-sendiri secara eksklusif.

Karena itu, koordinasi kementerian dan pemerintah daerah harus dapat memastikan kapal yang berangkat menuju lokasi akan kembali dengan membawa komoditas yang sesuai dengan kekayaan daerah tersebut.

Sejauh ini muatan yang dibawa dari wilayah timur biasanya ikan cakalang, ikan tenggiri, pala, dan ikan asin. Belum terlalu banyak memang. Masih banyak komoditas dari Timur yang belum terangkut.

Persoalan teknis dari program tersebut adalah beleid yang mengatur jenis muatan yang bisa diangkut kapal Tol Laut, di mana hanya barang kebutuhan pokok dan barang penting saja. Karena itu ada harapan agar pemerintah merevisi beleid tol laut tersebut.

Terlepas dari itu semua, pekerjaan rumah pemerintah tentu tak hanya merevisi Perpres 106/2015, guna perluasan jenis barang muatan kapal.

Program Tol Laut akan semakin optimal jika pemerintah juga menyusun rencana pembangunan infrastruktur penunjang kemaritiman. Karena bagaimanapun Indonesia menghadapi tiga tantangan dalam mengolah tol laut yaitu segi geografis, segi demografis, dan segi sumber daya manusia.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah sedikitnya galangan kapal di kawasan Indonesia Timur. Padahal, mayoritas kapal Pelni beroperasi menuju kawasan tersebut.

Masih banyak memang yang harus dilakukan agar Program Tol Laut ini lebih optimal dan menjadi contoh bahwa kita mampu menjadi pusat maritim dunia.

Kita memang harus bekerja keras untuk membangkitkan kembali budaya Maritim Nusantara, menjaga sumber daya laut, membangun infrastruktur dan konektivitas Maritim, memperkuat Diplomasi Maritim, dan membangun Pertahanan Maritim.

"Maka ayo ke laut. Di laut tersimpan harapan. Di laut tersimpan kejayaan. Banyak ombak, banyak kehidupan," kata Jokowi.

(https://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/13/presiden-jokowi-sudah-lama-kita-memunggungi-laut.)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi