Mengungkit Kembali Roda Ekonomi Nasional

Efek domino wabah Covid-19 dimulai dari masalah kesehatan hingga merembet ke masalah sosial dan ekonomi memang begitu nyata. Mau tak mau, ekonomi nasional pun terjerembap kian dalam.

Kemarin, Rabu (5/8), Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan  pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi sebesar 5,32 persen (year on year/yoy) dibandingkan 5,07 persen pada periode sama tahun lalu.

Kontraksi ekonomi Indonesia sebesar 5,32 persen pada kuartal II/2020 ini merupakan penurunan produk domestik bruto (PDB) terbesar sejak dua dekade silam atau tepatnya pada kuartal I/1999 yang sebesar 6,13 persen.

Namun, sebagai bangsa, kita tak ingin terkungkung dalam kekhawatiran. Kita ingin semua pihak membangun optimisme. Relaksasi pembatasan sosial selama 1,5 bulan terakhir setidaknya memperlihatkan adanya dampak ekonomi yang mulai menggeliat.

Dengan kewaspadaan akan aspek kesehatan yang tetap terjaga, sektor-sektor usaha ekonomi mulai bergerak, meski dengan tempo yang masih lambat. Pemerintah dan otoritas tak hanya mendukung dengan melonggarkan pergerakan manusia dan aspek sosial.

Seperti mesin yang lama mati, perekonomian nasional membutuhkan engkol starter dan pelumas yang baik untuk kembali hidup. Banyak perusahaan dari skala mikro hingga besar, membutuhkan dukungan dana.

Insentif dan stimulus telah diberikan pemerintah kepada korporasi. Bahkan dana tunai berupa bantuan sosial pun digelontorkan kepada masyarakat agar dapat mengurangi beban masyarakat sekaligus memicu konsumsi rumah tangga.

Tak hanya itu, kita juga mengapresiasi langkah pemerintah untuk menggerakkan sumber-sumber dana seperti industri perbankan untuk mengambil peran yang lebih besar dalam pembangunan.

Penempatan dana pemerintah senilai Rp30 triliun di bank-bank milik negara (Himbara) telah memicu ekspansi pembiayaan yang lebih besar. 

Hingga 22 Juli 2020, bank-bank pemerintah telah menyalurkan kredit dari dana program pemulihan ekonomi nasional (PEN) telah mencapai Rp43,5 triliun kepada 518.797 debitur atau 145% dari total dana yang ditempatkan pemerintah.

Ada optimisme besar, bank-bank milik negara tersebut mampu mengungkit daya ekspansi kredit dari dana program pemulihan ekonomi sampai sebesar Rp90 triliun hingga September 2020.

Dengan bank-bank pemerintah berada di garda terdepan melakukan ekspansi kredit dan mulai menggerakkan sektor riil, harapannya, langkah ini mulai diikuti oleh bank-bank swasta. Apalagi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai kondisi likuiditas bank secara individual dan umum masih tergolong baik.

Namun, kita harus juga realistis bahwa pekerjaan rumah untuk memulihkan permintaan kredit pada sisa tahun ini masih akan berat selama pandemi belum berakhir. 

Selama masih ada wabah yang membatasi aktivitas ekonomi, maka permintaan kredit akan tetap rendah.
Untuk itu, kita berharap pemerintah tetap konsisten untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang telah membawa dampak positif seperti implementasi bantuan sosial.

Pemerintah di daerah juga diharapkan bersikap proaktif untuk membuat pengadaan program-program kerja di tingkat wilayah terkecil seperti desa dan kecamatan. Hal itu agar pendapatan masyarakat yang terdampak pandemi, bisa kembali pulih.

Dengan stimulus dan insentif yang beragam dari pemerintah, kita berharap bank-bank dan pelaku dunia usaha yang daya tahannya sudah kembali pulih, dapat kembali memainkan peran mereka untuk menggeliatkan perekonomian.

Tak lupa masyarakat juga harus tetap mematuhi protokol kesehatan dengan disiplin. Pasalnya, ini menjadi kunci utama agar Covid-19 benar-benar tidak menyebar. Dengan menggandeng tangan bersama, kita harus optimistis ekonomi nasional bisa kembali tumbuh lebih baik.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi