kebas

Sulit untuk menyeimbangkan ucapan di mulut dengan pikiran di otak apalagi rasa di hati. Keseimbangan itu rapuh dan tak sekonsisten metronom menjaga ritme lagu.

Karena itu, setidaknya bagi saya, siapa saja yang mampu menjaga konsistensi omongan dengan pikiran ideal dan perasaan , layak mendapatkan (bir) bintang..

Abang, begitu saya memanggilnya dengan logat orang (Indonesia) timur, logat yang membedakan panggilan abang dengan senior-senior saya lainnya, mungkin cukup tegar mengambil konsekuensi atas kesalahannya.

Bagi wartawan, menulis itu sudah berkembang dari sekedar kesenangan, hobi ataupun mencari nafkah. Menulis yaa menulis….Berpikir, lalu ditulis atau diomongkan dan dirasakan sesuai atau tidak… kira-kira begitulah….

Satu kesalahan tidak akan menutup langkah kita untuk memulai hal yang baru. Tapi ‘Kesa’ kita satu ini, memberikan contoh bagaimana orang baik tidak selamanya enggan mengakui kesalahannya. Lagipula banyak orang yang saya kenal, emoh mengaku salah dan boro-boro memperbaiki. mereka memang terlalu kerdil...

Saya, dan anda tentunya, pasti dan selalu pernah melakukan kesalahan, mau besar atau kecil, biarlah orang yang menilai. Minta maaf atau menyangkal merupakan sikap manusiawi yang perlu diapresiasi.

Katon, Lilo dan Adi pernah menyanyikan lagu berjudul ‘Bantu Aku”, suatu gubahan musik yang menggugah dan membanting ego untuk kembali menjadi manusia yang mengejar cita-cita.

Membuat kesalahan bukan berarti terus sembunyi, bahkan dengan risiko seperti Big Phil yang dipecat Roman Abramovich meski punya reputasi mentereng sebagai juara dunia. Abang Kesa saya juga punya reputasi mentereng dan itu sudah diakui banyak orang.

Tapi okelah hidup ini terlalu singkat dan rugi besar jika kita hanya berkubang dalam kesalahan. Biarlah itu dikebas dan jangan jadi kebas.


salam
fahmi achmad

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi