Garuda tunjuk underwriter untuk IPO
PT Garuda Indonesia menargetkan menetapkan penjamin pelaksana emisi (underwriter) pada akhir bulan ini untuk membantu penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal III tahun ini.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan penetapan itu akan berkoordinasi dengan Kementerian Negara BUMN selaku pemegang saham maskapai pelat merah itu.
"[Penunjukkan underwriter] beberapa minggu ke depan dan dalam bulan ini," katanya seusai dengan konferensi pers hari ini.
Sampai saat ini pihaknya telah mendekati beberapa calon underwriter baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun, Emirsyah enggan menyebutkan siapa saja calon underwriter baik lokal maupun asing termasuk underwriter BUMN yang berminat ikut tender calon underwriter BUMN itu.
"Kami belum bisa sampaikan siapa saja calon underwriter-nya, tapi ada lokal dan asing, karena kami juga distribusi ke luar negeri," ujarnya.
Emirsyah menegaskan pihaknya menetapkan pelepasan saham saham publik sebesar 40% dengan target dana sekitar US$300 juta.
Pelepasan saham sebesar 40% termasuk porsi saham yang dikuasai oleh Bank Mandiri, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II yang mencapai 14%.
Sepanjang tahun ini, Garuda menganggarkan dana sekitar US$100 juta untuk belanja modal (capital expenditure/capex) yang sebagian besar akan diambilkan dari perolehan dana IPO.
Sementara itu, Direktur Keuangan Garuda Eddy Purwanto menambahkan pihaknya mematok IPO pada kuartal III tahun ini setelah restrukturisasi utang European Credit Agency (ECA) sebesar US$241,2 juta tuntas.
"Hampir semua restrukturisasi utang Garuda sudah selesai, kecuali dengan ECA yang masih dalam proses negosiasi dokumentasi," kata Eddy.
Per Januari 2010, total utang maskapai Garuda sebesar US$527,8 juta atau turun signifikan dibandingkan dengan awal 2006 sebesar US$868 juta.
Kini, utang yang tersisa itu berasal dari ECA sebesar US$241,2 juta, commercial lander sebanyak US$90 juta.
FRN sebesar US$87 juta (terdiri dari US$75 juta dan Rp108 miliar) dan utang lain-lain dari Bank Mandiri, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II dan PT Pertamina total sebesar US$105 juta.
Opsi penyelesaian utang dilakukan melalui beberapa cara antara lain memperpanjang masa jatuh tempo, konversi dari hutan dagang ke general loan, konversi dari convertible bond menjadi ekuitas, reverse deduction, dan pembelian hutan melalui mekanisme tender.
Eddy melanjutkan sepanjang tahun ini Garuda menargetkan total sisa utang menjadi sekitar US$400 juta dari saat ini sebesar US$527 juta.
Dia menambahkan pihaknya berkomitmen selama tahun ini mampu membayar utang kepada ECA sebesar US$45 juta. "Sejak 2006 hingga saat ini utang sudah turun US$340 juta untuk penurunannya," tutur Eddy.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan penetapan itu akan berkoordinasi dengan Kementerian Negara BUMN selaku pemegang saham maskapai pelat merah itu.
"[Penunjukkan underwriter] beberapa minggu ke depan dan dalam bulan ini," katanya seusai dengan konferensi pers hari ini.
Sampai saat ini pihaknya telah mendekati beberapa calon underwriter baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun, Emirsyah enggan menyebutkan siapa saja calon underwriter baik lokal maupun asing termasuk underwriter BUMN yang berminat ikut tender calon underwriter BUMN itu.
"Kami belum bisa sampaikan siapa saja calon underwriter-nya, tapi ada lokal dan asing, karena kami juga distribusi ke luar negeri," ujarnya.
Emirsyah menegaskan pihaknya menetapkan pelepasan saham saham publik sebesar 40% dengan target dana sekitar US$300 juta.
Pelepasan saham sebesar 40% termasuk porsi saham yang dikuasai oleh Bank Mandiri, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II yang mencapai 14%.
Sepanjang tahun ini, Garuda menganggarkan dana sekitar US$100 juta untuk belanja modal (capital expenditure/capex) yang sebagian besar akan diambilkan dari perolehan dana IPO.
Sementara itu, Direktur Keuangan Garuda Eddy Purwanto menambahkan pihaknya mematok IPO pada kuartal III tahun ini setelah restrukturisasi utang European Credit Agency (ECA) sebesar US$241,2 juta tuntas.
"Hampir semua restrukturisasi utang Garuda sudah selesai, kecuali dengan ECA yang masih dalam proses negosiasi dokumentasi," kata Eddy.
Per Januari 2010, total utang maskapai Garuda sebesar US$527,8 juta atau turun signifikan dibandingkan dengan awal 2006 sebesar US$868 juta.
Kini, utang yang tersisa itu berasal dari ECA sebesar US$241,2 juta, commercial lander sebanyak US$90 juta.
FRN sebesar US$87 juta (terdiri dari US$75 juta dan Rp108 miliar) dan utang lain-lain dari Bank Mandiri, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II dan PT Pertamina total sebesar US$105 juta.
Opsi penyelesaian utang dilakukan melalui beberapa cara antara lain memperpanjang masa jatuh tempo, konversi dari hutan dagang ke general loan, konversi dari convertible bond menjadi ekuitas, reverse deduction, dan pembelian hutan melalui mekanisme tender.
Eddy melanjutkan sepanjang tahun ini Garuda menargetkan total sisa utang menjadi sekitar US$400 juta dari saat ini sebesar US$527 juta.
Dia menambahkan pihaknya berkomitmen selama tahun ini mampu membayar utang kepada ECA sebesar US$45 juta. "Sejak 2006 hingga saat ini utang sudah turun US$340 juta untuk penurunannya," tutur Eddy.
Comments