Meneropong prospek bisnis Cowell
PT Cowell Development Tbk semula hanyalah pengembang kecil di kawasan Serpong, Jawa Barat. Ekspansi yang dilakukan selama 20 tahun hingga ke Balikpapan mengubah wajah bisnis mereka.
Berangkat dari perumahan Melati Mas Residence (Vila Melati Mas) di Serpong, Jawa Barat seluas 120 hektare, Cowell kini telah menjadi pengembang perumahan dan apartemen di Balikpapan dan Jakarta.
Mereka kini memiliki tiga kawasan perumahan di Serpong dengan total areal 226,5 hektare. Sekitar 200 hektare lahan telah terjual, menyisakan cadangan tanah (land bank) 26,5 hektare.
Analis Pefindo Dipo Akbar Panuntun menilai pertumbuhan bisnis Corwell hingga Balikpapan itu berpotensi menguat tahun ini seiring dengan ekspektasi kuatnya industri properti di Indonesia.
“Membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar rupiah memberikan angin positif bagi pertumbuhan industri properti,” tuturnya dalam laporan riset per 21 Januari.
Pada akhir triwulan I/2009, lanjutnya, KPR masih bertengger di kisaran 11%-12%, dan kemudian turun menjadi 9,5%-10,5% pada akhir triwulan II/2009. Memasuki triwulan III/2009, bunga KPR kembali turun menjadi 9,5%-10%.
Kondisi itu memperlebar peluang pertumbuhan penjualan perumahan nasional selama triwulan III/2009 yang diproyeksi tumbuh 25% secara triwulanan. Perumahan kelas menengah di Jakarta diproyeksi tumbuh 75% secara triwulanan menjadi 2.560 unit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 1.400 unit.
Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), lanjutnya, perlahan menurun seiring dengan stabilnya perekonomian dan turunnya BI rate menjadi 6,5%. “Meningkatnya penjualan rumah kelas menengah di Jakarta itu menunjukkan pulihnya daya beli masyarakat yang didukung turunnya bunga KPR,” ujar Dipo.
Berdasarkan kondisi positif tersebut, dia memperkirakan industri properti 2010 dapat tumbuh antara 12%-15% dan permintaan rumah untuk daerah pinggiran Jakarta seperti Serpong juga akan meningkat.
Salah satu produk Cowell yakni Serpong Terrace dinilai akan membukukan penjualan Rp108 miliar hingga 2011. Tahun lalu, produk tersebut menyumbang 40% pendapatan Cowell.
Dalam menggerakkan roda ekspansi, perseroan didukung beberapa perusahaan yakni PT Sandi Mitra Selaras, anak usaha yang bergerak di bidang properti, dan PT Karya Agung Putra Indonesia.
Pasar Balikpapan
Di Balikpapan, Cowell mengembangkan kawasan Borneo Paradiso seluas 110 hektare, yang berisi 3.000 unit rumah. Sejak peluncuran pada Juni 2009, 2 klaster atau 400 unit rumah telah dipesan senilai total Rp120 miliar.
Pefindo menilai Balikpapan merupakan pasar potensial di Kalimantan Timur, karena memiliki kantor perusahaan besar asing dan domestik yang terutama bergerak di sektor minyak dan tambang.
Produk domestik regional bruto (PDRB) pada 2008 tercatat Rp220 triliun. Angka PDRB itu relatif tidak berubah meski populasi penduduk terus meningkat dengan rerata pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 4%.
Pendapatan per kapita mereka pun mencapai US$6.000, jauh di atas level pendapatan per kapita nasional yang hanya US$1.600 per tahun.
“Angka pendapatan yang tinggi menjadikan Balikpapan sebagai kota yang sangat potensial, terbukti sudah banyak pengembang yang berhasil memasarkan properti di sana meski harganya cukup tinggi,” tutur Dipo.
Potensi tersebut, lanjutnya, ditunjang fungsi dan peran pemerintah Balikpapan sebagai kota transit dan jasa bagi kota-kota lain di Kalimantan Timur, seperti Kutai, Bontang, Sangata dan Samarinda.
Melihat celah tersebut, Cowell menggandeng PT Karya Agung Putra Indonesia untuk mengembangkan lahan seluas 110 hektare di kota tersebut selama 10 tahun ke depan.
Mekanisme pembagian keuntungan kedua perusahaan diperhitungkan berdasarkan hasil penjualan. Cowell sebagai pengembang akan menerima 80%, sedangkan Karya Agung sebagai pemilik lahan sebesar 20%.
Melihat itu, Pefindo optimistis perseroan dapat memenuhi target penjualan dari Borneo Paradiso sebesar Rp150 miliar per tahun. Dengan dukungan proyek ini, pendapatan mereka bisa tumbuh 28,6% hingga 2013.
Permintaan apartemen
Dipo menilai penurunan tingkat bunga deposito dan membaiknya pasar modal akan menjadi pertimbangan utama investor mengalihkan sebagian investasi ke sektor properti.
“Oleh karena itu, permintaan apartemen secara nasional akan tumbuh signifikan dari 6.000 unit menjadi 13.500 unit pada 2010 dengan total penawaran apartemen mencapai 18.000 unit,” ujarnya.
Tidak heran, pasar apartemen segmen menengah-atas di Jakarta juga memuaskan. Hingga September 2009, tingkat penjualan prajual apartemen segmen menengah atas mencapai 70,3%.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat prajual apartemen kelas atas yang hanya 58,8%, serta prajual apartemen segmen menengah bawah yang hanya 53,7%.
Cowell memanfaatkan potensi itu dengan mengembangkan apartemen Concord yang selesai pada 2012. Hunian menengah-atas yang juga sarana investasi itu diproyeksi mendongkrak pendapatan Cowel sebesar 38,9% per tahun hingga 2012.
Pada 2012 dan 2013, emiten properti ini diperkirakan memperoleh penjualan lebih dari Rp135 miliar dari hasil penjualan 180 unit apartemen Concord.
Berdasarkan prospek pengembangan Balikpapan dan penjualan apartemen kelas menengah atas di Jakarta, Pefindo menetapkan estimasi pendapatan Cowell pada 2009 naik 6,5% secara tahunan menjadi Rp89 miliar.
“Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pertahun tumbuh rata-rata 28,6% dan 37,1% pada 2009-2013,” ujarnya.
(arif.gunawan@bisnis.co.id)
Berangkat dari perumahan Melati Mas Residence (Vila Melati Mas) di Serpong, Jawa Barat seluas 120 hektare, Cowell kini telah menjadi pengembang perumahan dan apartemen di Balikpapan dan Jakarta.
Mereka kini memiliki tiga kawasan perumahan di Serpong dengan total areal 226,5 hektare. Sekitar 200 hektare lahan telah terjual, menyisakan cadangan tanah (land bank) 26,5 hektare.
Analis Pefindo Dipo Akbar Panuntun menilai pertumbuhan bisnis Corwell hingga Balikpapan itu berpotensi menguat tahun ini seiring dengan ekspektasi kuatnya industri properti di Indonesia.
“Membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar rupiah memberikan angin positif bagi pertumbuhan industri properti,” tuturnya dalam laporan riset per 21 Januari.
Pada akhir triwulan I/2009, lanjutnya, KPR masih bertengger di kisaran 11%-12%, dan kemudian turun menjadi 9,5%-10,5% pada akhir triwulan II/2009. Memasuki triwulan III/2009, bunga KPR kembali turun menjadi 9,5%-10%.
Kondisi itu memperlebar peluang pertumbuhan penjualan perumahan nasional selama triwulan III/2009 yang diproyeksi tumbuh 25% secara triwulanan. Perumahan kelas menengah di Jakarta diproyeksi tumbuh 75% secara triwulanan menjadi 2.560 unit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 1.400 unit.
Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), lanjutnya, perlahan menurun seiring dengan stabilnya perekonomian dan turunnya BI rate menjadi 6,5%. “Meningkatnya penjualan rumah kelas menengah di Jakarta itu menunjukkan pulihnya daya beli masyarakat yang didukung turunnya bunga KPR,” ujar Dipo.
Berdasarkan kondisi positif tersebut, dia memperkirakan industri properti 2010 dapat tumbuh antara 12%-15% dan permintaan rumah untuk daerah pinggiran Jakarta seperti Serpong juga akan meningkat.
Salah satu produk Cowell yakni Serpong Terrace dinilai akan membukukan penjualan Rp108 miliar hingga 2011. Tahun lalu, produk tersebut menyumbang 40% pendapatan Cowell.
Dalam menggerakkan roda ekspansi, perseroan didukung beberapa perusahaan yakni PT Sandi Mitra Selaras, anak usaha yang bergerak di bidang properti, dan PT Karya Agung Putra Indonesia.
Pasar Balikpapan
Di Balikpapan, Cowell mengembangkan kawasan Borneo Paradiso seluas 110 hektare, yang berisi 3.000 unit rumah. Sejak peluncuran pada Juni 2009, 2 klaster atau 400 unit rumah telah dipesan senilai total Rp120 miliar.
Pefindo menilai Balikpapan merupakan pasar potensial di Kalimantan Timur, karena memiliki kantor perusahaan besar asing dan domestik yang terutama bergerak di sektor minyak dan tambang.
Produk domestik regional bruto (PDRB) pada 2008 tercatat Rp220 triliun. Angka PDRB itu relatif tidak berubah meski populasi penduduk terus meningkat dengan rerata pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 4%.
Pendapatan per kapita mereka pun mencapai US$6.000, jauh di atas level pendapatan per kapita nasional yang hanya US$1.600 per tahun.
“Angka pendapatan yang tinggi menjadikan Balikpapan sebagai kota yang sangat potensial, terbukti sudah banyak pengembang yang berhasil memasarkan properti di sana meski harganya cukup tinggi,” tutur Dipo.
Potensi tersebut, lanjutnya, ditunjang fungsi dan peran pemerintah Balikpapan sebagai kota transit dan jasa bagi kota-kota lain di Kalimantan Timur, seperti Kutai, Bontang, Sangata dan Samarinda.
Melihat celah tersebut, Cowell menggandeng PT Karya Agung Putra Indonesia untuk mengembangkan lahan seluas 110 hektare di kota tersebut selama 10 tahun ke depan.
Mekanisme pembagian keuntungan kedua perusahaan diperhitungkan berdasarkan hasil penjualan. Cowell sebagai pengembang akan menerima 80%, sedangkan Karya Agung sebagai pemilik lahan sebesar 20%.
Melihat itu, Pefindo optimistis perseroan dapat memenuhi target penjualan dari Borneo Paradiso sebesar Rp150 miliar per tahun. Dengan dukungan proyek ini, pendapatan mereka bisa tumbuh 28,6% hingga 2013.
Permintaan apartemen
Dipo menilai penurunan tingkat bunga deposito dan membaiknya pasar modal akan menjadi pertimbangan utama investor mengalihkan sebagian investasi ke sektor properti.
“Oleh karena itu, permintaan apartemen secara nasional akan tumbuh signifikan dari 6.000 unit menjadi 13.500 unit pada 2010 dengan total penawaran apartemen mencapai 18.000 unit,” ujarnya.
Tidak heran, pasar apartemen segmen menengah-atas di Jakarta juga memuaskan. Hingga September 2009, tingkat penjualan prajual apartemen segmen menengah atas mencapai 70,3%.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat prajual apartemen kelas atas yang hanya 58,8%, serta prajual apartemen segmen menengah bawah yang hanya 53,7%.
Cowell memanfaatkan potensi itu dengan mengembangkan apartemen Concord yang selesai pada 2012. Hunian menengah-atas yang juga sarana investasi itu diproyeksi mendongkrak pendapatan Cowel sebesar 38,9% per tahun hingga 2012.
Pada 2012 dan 2013, emiten properti ini diperkirakan memperoleh penjualan lebih dari Rp135 miliar dari hasil penjualan 180 unit apartemen Concord.
Berdasarkan prospek pengembangan Balikpapan dan penjualan apartemen kelas menengah atas di Jakarta, Pefindo menetapkan estimasi pendapatan Cowell pada 2009 naik 6,5% secara tahunan menjadi Rp89 miliar.
“Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pertahun tumbuh rata-rata 28,6% dan 37,1% pada 2009-2013,” ujarnya.
(arif.gunawan@bisnis.co.id)
Comments