Astra di batu bara
PT Astra International Tbk memperkuat bisnis batu bara melalui anak usahanya PT United Tractors Tbk (UT) dengan mengincar dua tambang di Kalimantan Tengah.
Direktur Utama Prijono Sugiarto mengatakan perseroan menganggarkan belanja modal Rp7,5 triliun-Rp8 triliun, naik 50% dibandingkan dengan belanja 2009 yang sebesar Rp5 triliun. Tahun ini, perusahaan yang dikendalikan oleh Jardine Cycle & Carriage tersebut juga membuka peluang untuk merambah bisnis infrastruktur.
Prijono menambahkan pihaknya segera menuntaskan akuisisi satu perusahaan pertambangan batu bara yang memiliki lahan penambangan di sekitar lokasi pertambangan PT Tuah Turangga Agung, unit usaha UT yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.
“Kami sudah menandatangani perjanjian jual-beli sementara [conditional sales and purchase agreement/ CSPA],” tuturnya saat jumpa pers rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), kemarin.
Perseroan menargetkan produksi tambang batu bara di dua perusahaan yang dimiliki melalui UT agar meningkat tahun ini. Selama 2009, ekstraksi batu bara meningkat 15%, atau mencapai 68 juta ton, dari sebelumnya 59 juta ton, dengan penjualan mencapai 2 juta ton.
Produksi PT Dasa Jasa Ekatama, unit usaha pertambangan lain dari UT, ditargetkan meningkat menjadi 3 juta ton per tahun dari produksi sekarang 2,4 juta ton. Di sisi lain, produksi Tuah Turangga diproyeksikan naik menjadi 1 juta ton, dari produksi sekarang 750.000 ton.
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary UT Sara K. Loebis justru mengatakan manajemen masih bernegosiasi serius dengan dua pemilik kuasa pertambangan (KP).
Namun, dia membenarkan kedua KP itu terletak di Kalimantan Tengah, berdekatan dengan lokasi pertambangan Tuah Turangga.
Investor Relations United Tractors Ari Setyawan mengatakan akuisisi kuasa pertambangan ini dilakukan guna mendukung bisnis jangka panjang perseroan. Kedua KP itu, jelasnya, mempunyai cadangan batu bara sebanyak 20 juta-30 juta ton batu bara. Tingkat produksi nantinya ditargetkan minimal 3 juta-4 juta ton per tahun. Namun, dia tidak memerinci pertambangan yang dimaksud.
Sebagai perbandingan, PT Bumi Resources Tbk yang merupakan produsen dan eksportir batu bara terbesar nasional memproduksi sebanyak 58 juta ton batu bara selama 2009. PT Adaro Energy Tbk, produsen batu bara terbesar kedua, memproduksi 40,6 juta ton. PT Berau Coal, memproduksi sekitar 15 juta ton batu bara.
RUPSLB Astra kemarin menyetujui pengangkatan Prijono sebagai direktur utama yang baru, menggantikan almarhum Michael D. Ruslim. Sejak 21 Januari, Prijono menjabat sebagai pelaksana tugas dirut.
Sebelumnya, Prijono memegang posisi direktur Astra sejak Mei 2001. Di Astra, dia menjabat sebagai director in charge untuk beberapa merek kendaraan, yaitu Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot, Nissan UD, PT Gaya Motor, PT Fuji Technica Indonesia, PT Inti Pantja Press Industri selain jabatan serupa untuk Astra Honda Sales, PT Astra Honda Motor, dan PT Astra Otoparts Tbk.
Prijono menjelaskan kebutuhan belanja Rp8 triliun akan dipenuhi dari kas internal karena perseroan memiliki neraca keuangan yang sehat, setelah berhasil mengatasi persoalan utang pada 2003.
Astra International masih akan fokus menggarap pasar otomotif dan komoditas. Saat ini, bisnis otomotif masih menyumbang 47% pendapatan, dan bisnis pembiayaan penunjang berkontribusi 15%. Sisanya 38% disumbang bisnis pertambangan, perkebunan, dan bisnis lainnya
Direktur Utama Prijono Sugiarto mengatakan perseroan menganggarkan belanja modal Rp7,5 triliun-Rp8 triliun, naik 50% dibandingkan dengan belanja 2009 yang sebesar Rp5 triliun. Tahun ini, perusahaan yang dikendalikan oleh Jardine Cycle & Carriage tersebut juga membuka peluang untuk merambah bisnis infrastruktur.
Prijono menambahkan pihaknya segera menuntaskan akuisisi satu perusahaan pertambangan batu bara yang memiliki lahan penambangan di sekitar lokasi pertambangan PT Tuah Turangga Agung, unit usaha UT yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.
“Kami sudah menandatangani perjanjian jual-beli sementara [conditional sales and purchase agreement/ CSPA],” tuturnya saat jumpa pers rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), kemarin.
Perseroan menargetkan produksi tambang batu bara di dua perusahaan yang dimiliki melalui UT agar meningkat tahun ini. Selama 2009, ekstraksi batu bara meningkat 15%, atau mencapai 68 juta ton, dari sebelumnya 59 juta ton, dengan penjualan mencapai 2 juta ton.
Produksi PT Dasa Jasa Ekatama, unit usaha pertambangan lain dari UT, ditargetkan meningkat menjadi 3 juta ton per tahun dari produksi sekarang 2,4 juta ton. Di sisi lain, produksi Tuah Turangga diproyeksikan naik menjadi 1 juta ton, dari produksi sekarang 750.000 ton.
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary UT Sara K. Loebis justru mengatakan manajemen masih bernegosiasi serius dengan dua pemilik kuasa pertambangan (KP).
Namun, dia membenarkan kedua KP itu terletak di Kalimantan Tengah, berdekatan dengan lokasi pertambangan Tuah Turangga.
Investor Relations United Tractors Ari Setyawan mengatakan akuisisi kuasa pertambangan ini dilakukan guna mendukung bisnis jangka panjang perseroan. Kedua KP itu, jelasnya, mempunyai cadangan batu bara sebanyak 20 juta-30 juta ton batu bara. Tingkat produksi nantinya ditargetkan minimal 3 juta-4 juta ton per tahun. Namun, dia tidak memerinci pertambangan yang dimaksud.
Sebagai perbandingan, PT Bumi Resources Tbk yang merupakan produsen dan eksportir batu bara terbesar nasional memproduksi sebanyak 58 juta ton batu bara selama 2009. PT Adaro Energy Tbk, produsen batu bara terbesar kedua, memproduksi 40,6 juta ton. PT Berau Coal, memproduksi sekitar 15 juta ton batu bara.
RUPSLB Astra kemarin menyetujui pengangkatan Prijono sebagai direktur utama yang baru, menggantikan almarhum Michael D. Ruslim. Sejak 21 Januari, Prijono menjabat sebagai pelaksana tugas dirut.
Sebelumnya, Prijono memegang posisi direktur Astra sejak Mei 2001. Di Astra, dia menjabat sebagai director in charge untuk beberapa merek kendaraan, yaitu Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot, Nissan UD, PT Gaya Motor, PT Fuji Technica Indonesia, PT Inti Pantja Press Industri selain jabatan serupa untuk Astra Honda Sales, PT Astra Honda Motor, dan PT Astra Otoparts Tbk.
Prijono menjelaskan kebutuhan belanja Rp8 triliun akan dipenuhi dari kas internal karena perseroan memiliki neraca keuangan yang sehat, setelah berhasil mengatasi persoalan utang pada 2003.
Astra International masih akan fokus menggarap pasar otomotif dan komoditas. Saat ini, bisnis otomotif masih menyumbang 47% pendapatan, dan bisnis pembiayaan penunjang berkontribusi 15%. Sisanya 38% disumbang bisnis pertambangan, perkebunan, dan bisnis lainnya
Comments